Suara dentuman musik DJ terus menggema di dalam club yang memekikkan telinga semua orang di dalam nya namun dibalik itu tentunya mereka semua menikmati musik DJ tersebut, apalagi jika musik DJ sudah dimainkan oleh Rachel Elvetta, gadis cantik berpakaian sedikit minim yang terkenal sebagai pemain DJ diberbagai club terkenal entah dikota ataupun luar kota, Rachel selalu menerima job entah di manapun tempatnya, menurutnya money is everything alias Rachel akan melakukan cara apapun untuk sebuah uang, karena uang adalah kebahagiaan nya.
Rachel tersenyum senang melihat banyak orang yang dimulai dari kalangan atas, pria berumur, kalangan muda, bahkan remaja dibawah umur yang nekat pun terlihat bergoyang bersama mengikuti alunan musik DJ yng dimainkan nya. Disaat semuanya sedang menikmati musik mereka dengan kompak mendesah kecewa saat musik DJ tiba-tiba dimatikan, begitupun dengan Rachel yang turun dari panggung kecil tempat DJ berada. Waktunya sekarang sudah habis, saat nya ia pulang.
Setelah Rachel turun dari panggung dan membawa tas nya tak lama muncul Harson, pemilik Club yang datang tergesa-gesa menghampiri Rachel. Rachel tersenyum pada Harson seraya menunjukkan jam tangan mahalnya pertanda Jam Job nya sudah habis. Harson mendesah frustasi saat melihat lumayan banyak orang-orang yang mulai keluar club dan merasa tidak tertarik lagi dengan musik yang dimainkan oleh DJ pengganti. "Oh ayolah Rachel, kasih gue bonus buat beberapa lagu aja" bujuk Harson dengan wajah memelasnya.
Rachel tersenyum seraya menggeleng. "Nope, tadi gue udah lebihin semenit loh kak"
Harson menyugarkan rambut hitam nya. Percuma mau semelas apapun ia tidak akan bisa membujuk gadis di depannya itu, Rachel begitu profesional dan tepat akan waktu. "Okay, gue bayar lo lagi buat ngeDJ beberapa jam kedepan"
Rachel mengangguk. "Boleh, tapi next time. Kemarin lo cuma nyewa gue 2 jam kan? Dan sekarang udah 2 jam lebih 2 menit 32 detik. Jadi waktunya gue pulang" ucapnya melewati Harson begitu saja, tak lupa gadis itu menepuk pundak Harson yang terdiam mematung.
"Rachel gue bayar lo 2 kali lipat tapi lo manggung sekarang" teriak Harson yang tentunya tidak di dengar oleh Rachel, entah benar-benar tidak mendengar atau pura-pura tidak mendengar. Hanya Rachel dan Tuhan yang tau.
"Chel"
"Rachel"
"Bajingan" umpat Harson saat punggung Rachel benar-benar sudah tidak terlihat dari pandangan nya.
Harson menghembuskan nafasnya kasar dan berjalan menghampiri keenam teman-teman nya.
"What's wrong bro?" Tanya Ramon saat melihat wajah kusut salah satu sahabatnya itu.
Harson mendudukan bokongnya disamping Jelino dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. "Rachel, dia nolak buat ngeDJ lagi"
"Rachel?" Tanya Vian mengangkat kedua alisnya.
"Cewek yang barusan ngeDJ" jawabnya yang membuat Vian mengangguk mengerti.
"Dia nolak buat ngeDJ lagi, ayolah padahal gue udah ngasih tawaran buat 2x lipat bayaran nya Tapi dia pergi gitu aja" curhat Harson yang langsung mendapat tepukan dari Jami di samping kiri nya.
"Emangnya lo job tuh cewek berapa jam buat ngeDJ?" Tanya Jami dengan wajah telernya.
"2 jam"
"Goblok, 2 jam Job buat ngeDJ tuh gak ada apa-apa nya." Sambat Yoga melemparkan topi milik Jelino yang tersimpan diatas meja.
Harson mengusap wajahnya frustasi. "Tapi itu batas waktunya nyet, kalau bisa lebih gue pasti udah bayar 6 jam berapapun bayaran nya, Cuma tuh cewek ngasih batas waktu perjob itu 2 jam"
KAMU SEDANG MEMBACA
Who U Priority?
Fanfiction"Kalau kamu gak bisa jadikan aku your priority, lebih baik kita putus aja. kamu harus tau kalau diluaran sana masih banyak ratusan cowok yang nunggu aku!" ucap Rachel menatap tajam Jerino yang sekarang sedang memijit pelipisnya pusing. Rachel selalu...