Dewa menyemprotkan minyak wangi ke leher dan beberapa titik baju dan tubuhnya.
Lalu menyugar rambut, perasaan gugup seketika melingkupi dirinya. "Huftt, udah kayak mau nikahin anak orang aja gue," ucapnya mengontrol rasa berdebar itu.
Tiba-tiba sekelebat bayangan diri Hazel terlintas di pikirin. "Gue pengen lo tetep disini. Cuman lo yang bisa ngertiin dan mewarnai hidup gue yang abu-abu ini."
Dewa mengambil headphonenya untuk mengecek notifikasi, ia kira itu adalah pesan dari Hazel namun ternyata bukan. Sudah satu jam cewek itu tidak membalas pesannya, biasanya Hazel akan gerak cepat saat menerima notifnya. Dewa berusaha berpositif thinking akan hal itu.
Sekira sudah rapi, barulah cowok itu melangkahkan kaki ke bawah. Teman-temannya ternyata datang lebih cepat dari yang ia kira. Sesaat kemudian ia tersenyum kemenangan.
"Woi kalian," panggil Dewa
"Anjay gurinjay. Lo mau nikahan Wa?" tanya Panca kala melihat penampilan Dewa.
"Lo serius? Gue perwakilan dari Galuh mau minta maaf ya soal kemaren cok," Panca lagi-lagi menimpali. Dewa menaikan alis untuk merespon hal itu. Ia tau Galuh tidak bisa datang hari ini, karena kondisinya sedang tidak baik-baik saja, yaa. Akibat bertaut dengan Dewa kemaren, hampir saja hanya Galuh melayang.
"Harusnya lo jangan se serius ini si wa," ucap Nikolas.
"Pernah liat tindakan gue yang nggak sejalan sama omongan gue?"
"Nggak pernah kan?"
Nikolas mengangguk, ia setuju dengan itu. Dewa memang lelaki yang bertanggung jawab akan kata-kata yang ia lontarkan.
"lo-lo pada bakalan lihat keromantisan gue ya, awas aja." Seperti tidak terjadi apa-apa kan? Seakan kejadian kemaren adalah angin lalu, walaupun bertengkar hebat, mereka tidak ingin memperpanjang dan mempersulit, saat emosinya sudah hilang, mereka akan kembali seperti biasanya.
"Udah kayak simulasi nikahan ga si ini wir?" kagum Panca.
"Hmm, ntar gue nikah sama Hazel lebih dari ini gue buat jir. Nikahan mewah yang nggak akan terlupakan." Dramatis, cukup membuat bulu kuduk teman-temannya berdiri.
"Najis. Kayak percaya banget bisa nikah sama dia." Itu Lauren yang sedari-tadi memang mendengar percakap mereka.
"Gue ga yakin si kalo umur dia bakal nyampe." Wtf
***
Helen menahan tangisnya. Ia berusaha untuk tenang dan menangani putri dengan baik walaupun rasa cemas menyelimuti yang luar biasa.
Ia tidak pernah melihat keadaan Hazel separah itu. Sekarang Hazel sedang berbaring di atas pangkuannya, gadis itu benar-benar tidak bisa membuka mata ataupun bergerak sekalipun. Tenaganya sungguh terkuras karena darah akan terus mengalir dari hidung sebelum ada penangan dari dokter di rumah sakit.
Batu es yang digenggam Helen tak henti-hentinya ia genggaman untuk mengompres sang anak.
"Sebentar ya sayang, kamu yang sabar." Ibu itu sedang menunggu Mobil ambulance menghampiri mereka untuk menjemput. Ia sangat takut dengan keadaan Hazel yang seperti ini.
Selang beberapa menit akhirnya yang ditunggu sudah tiba dengan membawa beberapa alat medis yang telah disiapkan.
Hazel yang setengah sadar itu, membuka matanya berlahan, tidak percaya dengan keadaannya saat ini. Baju yang ia bangga-banggakan malah berlumpu dengan darahnya. "Ng-nggak, aku baik-b...baik aj-a," ucapnya terbata-bata saat petugas kesehatan itu mengangkat tubuhnya.
"Ma-mama. Tol-tolong jangan bilang k-kak." Helen berusaha mendengarkan perkataan anaknya, tidak tega melihatnya kesusahan mengambil napas, dan Helen menyuruh Hazel untuk tetap diam saja. "Sttt, sayang jangan banyak gerak dulu ya. Pejemin aja matanya, tenang, kontrol napasnya ya nak."

KAMU SEDANG MEMBACA
9 Eternity || END
Romance"Dan bodohnya gue jatuh cinta sama orang yang udah mau mati." ••• Hazel tanaya.... Gadis cantik berwajah pucat. Cerdik, namun picik. Memanfaatkan seorang demi mendapatkan kekuasaan dalam dirinya, dengan cara apapun. Tapi... Bagaimana jika dia melaku...