05

597 76 0
                                    


Haruto mengaduk malas nasi goreng yang tersaji di atas meja. Sudah berulang kali ia menghela nafas lelah. Kantong mata yang terlihat di wajahnya seolah menguatkan asumsi namja manis itu tidak memiliki waktu tidur yang cukup. Pandangannya kosong, pikirannya melayang entah kemana.

Ia hanya merasa.... tidak memiliki tenaga untuk melakukan apapun hari ini.

Keadaan kantin yang masih sangat ramai, tidak mengusik lamunan Haruto sedikitpun. Ia yang duduk di pojok kantin sendirian memang sudah terbiasa tidak terlihat di sekolah ini. Kondisi itu membuatnya sedikit bersyukur.

Setidaknya, saat ia ingin sendiri seperti ini, tidak akan ada yang-




"Kok gak dimakan nasi gorengnya ?"

Terdengar suara dari arah depan membuat Haruto mengangkat kepala. Baru saja Haruto lega, nyatanya Park Jeongwoo tidak membiarkan dirinya hilang dari pandangan sedikitpun.

Jujur saja, sejak kejadian di Rumah Sakit beberapa hari lalu, Haruto merasa harus menjaga jarak dengan Jeongwoo. Namja tampan itu terlalu ikut campur urusan hidupnya sama seperti So Junghwan.  

Dan itu membuat Haruto muak.

Haruto hanya ingin sendiri.



"Ru ?"

Jeongwoo hendak duduk satu meja dengan Haruto. Namun, pemilik meja lebih dulu beranjak tanpa menyentuh nasi gorengnya sedikitpun. Sikap Haruto itu tidak lepas dari pengamatan Jeongwoo.

"--- Mau kemana, Ru ?"

"Maaf, aku masih ada urusan di kelas" balas Haruto yang kembali melangkah.

Wajah Haruto menahan kesal saat tangan Jeongwoo tiba-tiba menarik lengannya yang membuat langkahnya terhenti. "Aku anterin".

Perasaan Haruto semakin kesal dengan sikap Jeongwoo. Kenapa Jeongwoo selalu bersikap seenaknya ? 

"Enggak perlu". Haruto menepis tangan Jeongwoo.

Beberapa siswa yang ada di dekat keduanya, memekik kaget. Tidak menyangka si cupu Haruto berani menyentak tangan Jeongwoo.


"Demi apa ? Si culun barusan nolak ajakan Jeongwoo ?"

"Gilak... gue aja gak pernah dilirik Jeongwoo. Eh si culun sok jual mahal".

"Gak tahu diri. Sok kecakepan emang si Haru. Lagaknya sok nolak. Dikasih uang juga pasti langsung disikat tuh si Jeongwoo"

"Beneran gak rela aku kalo sampe Jeongwoo deketin si culun. Gak level banget, anjing !"


Berbagai celotehan berunsur merendahkan dari para siswa yang ada di kantin, membuat Haruto meremas jemarinya. 

Tak bisakah mereka semua berhenti membully hanya karna status sosial dan fisiknya ?


"Gak usah didengerin". Jeongwoo seakan paham apa yang dirasakan Haruto. Ia pun sama sekali tidak ambil pusing atas penolakan Haruto barusan.

"--- Yuk. Katanya mau ke kelas ?"


Haruto mengalah. Ia biarkan Jeongwoo menggenggam tangannya dan berjalan beriringan menjauh dari kantin.

***




Sacrifice (JEONGHARU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang