01

965 84 0
                                    



SPLASH !


Guyuran air soda tiba-tiba mendarat tepat di wajah Haruto. Membuat sebagian tubuhnya basah dengan cairan berwarna merah pekat. Gelak tawa langsung terdengar di seluruh penjuru kantin.

Segerombolan para siswa dan siswi yang menjadi pelakunya, terlihat tidak peduli dengan tubuh Haruto yang sudah menggigil. Salah satu siswa dengan gaya rambut mullet bahkan menarik paksa kacamata tebal milik Haruto dan menginjaknya hingga hancur.

"Dasar kuman !" bentak siswi ber nametag -Soojin-

"Masih aja punya nyali sekolah disini. Gak tahu malu" timpal Daren tidak kalah ketus.


Desahan pelan keluar dari bibir Haruto. Sedikitpun tidak ada niatan untuk melawan. Toh, percuma. Sudah lebih dari 1 tahun sejak ia bersekolah disini, pembulian terhadap dirinya tidak pernah berkurang.

Bahkan semakin parah.

Apa yang diharapkan dari seorang siswa penerima beasiswa yang hanya hidup dengan neneknya ?

Haruto tidak bergelimang harta ataupun memiliki keluarga sempurna. Ia hanyalah remaja biasa yang selalu terpinggirkan dan tidak mempunyai teman.

Keadilan tidak akan pernah berpihak pada orang seperti dirinya.


"Enyah lo dari sini ! Bikin gue sakit mata !" bentak Felix. Sebelum tangannya mendarat di pipi Haruto, sebuah tepukan berhasil menghentikan aksinya.

"Cukup. Kita balik sekarang". Namja yang sedari tadi hanya diam memperhatikan tingkah teman-temannya, menahan tangan Felix.

"Tapi boss gue belom-".

"Tangan lo gak pantes nampar wajah dia yang busuk".

"Pffttt !" 


Suara tawa tertahan dari para siswa itu membuat hati Haruto berdenyut sakit. Ucapan So Junghwan -sang leader- dari kelompok pembuli itu berhasil menyakiti hatinya.

Untuk kesekian kalinya.

Haruto bersumpah, di sekolah ini tidak ada yang paling kejam dan yang paling ia benci selain So Junghwan.

.

.

.

.

.

"Sorry ya, Ru.... lagi-lagi gue gak bisa bantuin lo".

Kegiatan Haruto yang tengah berganti seragam baru, terhenti sejenak. Ia membalas tatapan namja yang berdiri di belakang tubuhnya melalui pantulan cermin.

"---- Gue terlalu pengecut buat ngadepin komplotannya Junghwan. Mereka terlalu berkuasa dan gue terlalu biasa aja di sekolah ini".

Haruto tersenyum tipis. Ia mengangguk paham ucapan satu-satunya siswa di sekolah ini yang setidaknya mau berkomunikasi dengannya.

"Gak papa, kak. Makasih ya udah nyempetin dateng kesini" balas Haruto pada namja ber name-tag Kim Doyoung.

Usapan pelan Haruto rasakan di pucuk kepalanya. Ia merasa sedikit bersyukur setidaknya ada satu orang di sekolah ini yang masih memberikan perhatian padanya.

"Mending lo langsung pulang aja, Ru. Nanti bisa gue ijinin sama Bu Mina wali kelas lo".

"Enggak usah, kak. Aku masih ada ulangan di jam terakhir nanti".

Sacrifice (JEONGHARU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang