01

42 12 8
                                    

DISTRIK MAYOR - UTARA13 Oserpent 900, kalender Halesphere

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DISTRIK MAYOR - UTARA
13 Oserpent 900, kalender Halesphere

_____

"Selamat ulang tahun, Sayang."

Wanita paruh baya dalam gaun kusut berucap pelan nyaris berbisik. Dia datang membawakan semangkuk sup ikan yang masih mengepulkan asap karena baru selesai dimasak.

Aroma lezat menguar ke langit-langit. Ikal-ikal cokelat cerahnya jatuh membingkai wajah berfrekel meskipun rambutnya sudah diikat tinggi-tinggi. Gurat halus di wajah itu menunjukkan tanda lelah, tetapi air wajahnya bersemi di tengah hampanya musim gugur.

"Lihat apa ini? Kesukaanmu!" katanya dengan suara terjepit di tenggorokan lantaran euforianya yang meledak dipaksa untuk tetap tenang.

Seorang anak perempuan bertepuk tangan dengan gemas. Senyuman di bibirnya terpatri amat lebar, kepalanya bergoyang kanan-kiri, sehingga rambut bergelombangnya yang semerah apel tua mirip pegas yang siap terlontar.

Seisi rumah seketika terang benderang, kontras dengan nuansa mendung nan muram di luar.

Mereka berdua lantas duduk berhadapan. Mangkuk besar berisi sup ikan diletakkan di atas meja. Bersama-sama mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan pelan, lembut, dan hati-hati. Kemudian, serangkaian acara khidmat itu ditutup dengan doa si anak perempuan; doa yang sama, doa yang selalu diulang sepanjang waktu.

Aku ingin ke luar—semoga aku cepat besar. Begitu doanya.

Selepas berdoa dalam diam, si anak perempuan beralih menatap ibunya sebelum menyendokkan sup ikan ke dalam mulut.

"Ibu," panggilnya pelan, hampir berbisik pula seperti yang dilakukan si wanita. "Sampai kapan kita harus bisik-bisik setiap kali aku berulang tahun?"

Wanita paruh baya tersenyum. Tak mengalihkan pandangannya dari si buah hati. "Sekarang berapa usiamu?"

"Delapan tahun."

"Berarti sudah delapan kali kita bisik-bisik begini, ya?" Dia terkekeh keras guna mengalahkan bising kerumunan muram di luar rumah. "Kalau menurut Ibu, yang begini justru seru. Rasanya mendebarkan. Seperti ada petualangan spesial untuk kita berdua-spesial untukmu."

Si anak perempuan melirik ke pintu; orang-orang berlalu-lalang sambil mengatakan kalimat yang tidak jelas. Sesekali bercampur teriakan, seruan protes, tawa pahit, dan bahkan terkadang ada isak tangis.

Kedengarannya janggal.

Dia selalu bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi di luar sana, tetapi dia tidak pernah tahu jawabannya. Ibu enggan menjawab, tetapi juga melarangnya untuk pergi ke luar sebelum usianya tiga belas tahun.

Sekarang sudah delapan.

Baru delapan.

Masih ada lima lagi.

Midnight HowlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang