1. Awal

22 2 6
                                    

BUGH!

BUGH!

BUGH!

"Lo tu harusnya sadar kalo lo itu cuma jadi beban dunia."

Sekelompok murid kelas dua belas sedang mengeroyok Rina di tengah lapangan sekolah. Mereka adalah Bian, Herman, dan Winda.

"Masih punya urat malu kah? Lo tuh disini cuma nyusahin seluruh dunia tau gak?"

"Lo tuh harusnya mikir, orang kayak lo itu harusnya udah jadi tanah, bukan jadi manusia. Hahahahah!"

"Dasar anak miskin."

Rina hanya diam tak mengatakan apapun. Tak ada yang berani menghentikan mereka bertiga, karena jika ada yang berani menghentikannya maka orang itu juga akan diincar.

"Lo tuh emang harus mati tau gak? Beban dunia kok malah idup sih."

"Lo kan sakit, jadi moga lo cepet mati ye, biar tenang idup gue."

"Rasain lo! Itulah akibat dari gak mau nurutin perintah gue, sekarang mampus lo. Gak ada yang mau belain, hahahah!"

Seorang gadis yang melihat pemandangan tak indah itu mengepalkan tangannya, lalu ia berjalan menghampiri ketiga murid kelas dua belas tersebut.

"STOP! BERHENTI NGE BULLY RINA! LO GAK PUNYA HATI APA PAKE SEGALA NGAJAKIN HERMAN AMA BIAN BUAT GEBUKIN DIA!?!?!?"

Seantero sekolah terkejut karena kedatangan seorang murid yang sepantaran dengan Rina sambil memarahi Winda si tersangka utama.

"Heh Haminah! Lo gak usah ikut campur urusan kami, ya! Ini urusan gue ama si culun," sinis Winda.

"ANJIRLAH! SIAPA YANG LO PANGGIL HAMINAH!?!?!? GUE ITU HANA, HA! NA! BUKAN HAMINAH! DASAR PICK ME GIRL!"

Winda yang tak terima dikatain pick me girl langsung meninju wajah Hana, sehingga sang empu mundur beberapa langkah.

Cih! Berani juga ya lo ama adkel? Lo gak tau aja kalo gue tuh mantan atlet taekwondo, batin Hana.

Perkelahian antara Hana dan Winda semakin memanas, sedangkan Bian dan Herman sudah terlebih dahulu meninggalkan tkp agar tak ada yang mencurigainya.

Namun siapa sangka, mereka berdua yang berniat untuk kabur malah dikejutkan dengan kedatangan Juwita dan Sarah yang sudah menyiapkan senjata tajamnya yaitu guru BK yang ternyata sudah memperhatikan Bian, Herman, Winda, dan Hana yang berada di tkp.

-🥺🥺🥺-

"Kalian tuh ya, kenapa selalu nyari masalah sama Rina? Rina emang ada salah sama kalian? Enggak, kan? Harusnya kalian sebagai kakak kelas harus jadi contoh buat adik-adik kelas kalian."

Bu Via, guru BK tersebut menasehati Winda, Bian, dan Herman yang ketahuan mengeroyok Rina di lapangan sekolah. Untungnya insiden itu diliat oleh Juwita dan Sarah secara langsung dan merekamnya, jadi tak perlu lagi dijelaskan kenapa.

"Kalian bertiga Ibu skors selama dua minggu karena udah nyari masalah sama Rina," ucap Bu Via.

Bian meninggalkan ruang BK dengan berat hati, disusul oleh Winda dan Herman.

-🥺🥺🥺-

"Rin, lo gapapa?" tanya Hana, sambil mengecek wajah Rina yang terlihat banyak lebam membiru.

"Sans aja, udah biasa gue digituin," jawab Rina dengan nada yang sangat santai, lalu ia memainkan ponselnya.

Btw, Rina sudah dibawa ke UKS dan sudah ditangani oleh Juwita yang kebetulan merupakan anggota PMR.

Last Happiness [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang