"Eh ada kak Hana, kak Juwita, sama kak Sarah, sini Lia buatin minuman," ucap Aulia ketika ia turun dari lantai dua dan mendapati ada Hana, Juwita, dan Sarah di ruang tamu.
"Eh? Hai, Lia. Kakak kangen loh sama Lia. Lia nya kenapa nggak rumah lagi?" tanya Hana yang menyadari ada Aulia yang datang dari atas.
"Hehehe, kak Hana bisa aja. Lia nggak ke rumah kakak karena sibuk belajar. Lagian sebulan lagi Lia ujian, jadi gak bisa banyak main," jawab Aulia.
Hana mengangguk. Ia paham bagaimana sibuknya adik dari sahabatnya itu, karena menurut cerita dari Rina, Aulia ini termasuk anak yang sangat pintar, baik, rajin dan ambisius.
"Oiya, Hana. Tadi Lia ngomong sama lo kan? Dia ngomong apa tadi?" tanya Juwita. Memang, Juwita tak mendengar pembicaraan antara Hana dan Aulia karena dirinya asyik berdebat dengan Sarah.
"Lia kan tadi kesini, tu dia mau buatin kita minuman. Gue tanya, kenapa dia nggak ke rumah lagi? Lia jawab, dia nggak ke rumah lagi karena sibuk belajar, karena dua bulan lagi dia ujian. Yaudah, habis itu dia pergi ke dapur buatin kita minuman," jelas Hana, lalu mencomot salah satu biskuit di salah satu toples.
Juwita hanya mengangguk, lalu Lia datang dengan nampan berisi jus jeruk kesukaan Melinda twins alias Juwita dan Sarah serta green tea kesukaan Hana.
"Hai, Lia. Maaf kakak gak dengar kamu ngomong sama Hana, soalnya habis gelut sama Sarah," ucap Juwita, sambil mengelus pipi gadis kelahiran 2007 itu.
"Hehehe iya, kak. Oh iya, kak Bryan mau datang tuh. Katanya mau main sama kak Rina," ucap Aulia, sambil senyam-senyum ke arah Rina, yang diikuti oleh tatapan aneh oleh Rina.
"Hahahahaha!" tawa Hana, Juwita, dan Sarah.
Rina yang diledekin hanya memasang wajah ngambek.
"Kakak kalau ngambek tuh lucu banget tau nggak?" ledek Aulia, yang langsung dibalas dengan cubitan dari Rina.
Hana, Juwita, dan Sarah berhenti tertawa. Mereka sangat puas meledek teman mereka yang satu ini.
"Permisi! Bocil!"
Suara di balik pintu mengalihkan atensi kelima gadis itu. Itu suara Bryan.
"Gausah panggil gue bocil, babi! Masuk! Lo mau jadi gembel disana?" jawab Rina dengan setengah teriak.
Pintu terbuka menampakkan wajah tampan nan tegas seorang pemuda. Dia adalah Bryan, kekasihnya Rina.
"Hai, Hana! Hai, Juwita! Hai, Sarah! Hai, Lia! Hai, bocil!" sapa Bryan kepada kelima gadis itu.
"Kita kenal?" ledek Rina.
"Kau kenapa sih? Kurang obat? Kalau iya, biar kubeliin," balas Bryan.
"Dih! Enak aja! Lo aja yang kurang obat, kurang obat kok ngatain kurang obat," balas Rina, sambil menatap tajam Bryan.
"Udah udah, sama pacar sendiri aja kayak gitu. Apalagi kalo udah nikah," lerai Juwita, lalu mempersilahkan Bryan untuk duduk di samping Rina.
Suasana di rumah Rina kembali heboh karena kedatangan Bryan. Kaum jomblo yang menyaksikan ke uwu an antara Rina dan Bryan langsung meledek mereka.
"ADUUUH! MATA GUE SAKIT NIH LIATNYA!"
"PENGEN NGILANG AJA GUE RASANYA!"
"YA ALLAH! KUATKANLAH HAMBA MELIHAT KE UWU AN YANG ADA DI DEPAN GUE INI!"
"Iri bilang, bos! Makanya cari pacar biar gak jomblo mulu," balas Rina, sambil menjulurkan lidahnya dan nge wink.
Bryan hanya tersenyum melihat pergelutan yang dilakukan oleh para kaum jomblo vs pacarnya.
—🥺🥺🥺—
"Babai, makasih udah jenguk gue. Kapan-kapan datang lagi, ya!" ucap Rina, sambil melambaikan tangannya. Lalu, ia masuk ke rumah. Bersamaan dengan itu, Bryan berkata. "Aku nginap di rumah kamu, ya!"
Rina mengangguk, lalu ia menutup pintu dan memasuki kamarnya.
—🥺🥺🥺—
Hai hai hai!
Dua bayi bongsor kita udah muncul, guys!
Gimana dengan part dua ini? Membosankan kah? Kalau iya, aku minta maaf, karena aku belum ahli dalam membuat cerita yang bikin nge feel.
Sekian terima Eunchae!
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Happiness [On Going]
Teen Fiction[Blue Series Book 1] Nb: Cerita ini tidak ada sangkutpautnya dengan MBTI Friends dan juga Sanskerta dan Andromeda "Inikah kebahagiaan yang sesungguhnya?" Kejahatan yang membelenggu, kesedihan yang bertabu. Gadis itu merasakan kepahitan yang bertubi...