Bye Pi!

194 23 11
                                    

Mumpung sempet,gaspol!!!!!!!!

*
*
*

Farel menunggu Livy di luar ruangan. Bersama kedua adik tiri Livy yang menangis sesenggukan dari tadi. Dua gadis itu nampak sedang di tenangkan oleh pria,yang tak lain adalah supir pribadi mereka berdua.

Sementara Livy di temani Tante Mira,melihat sang Papi lengkap dengan selang yang bergelantungan di tubuh papinya,tandanya sang Papi tak bisa mempertahankan hidupnya tanpa alat bantu tersebut. Kini hidupnya dipertaruhkan.

"Pi,bangun. Livy janji gak bakal galak lagi sama Papi! I promise!!!!"

Tante Mira masih mengelus-elus pelan pundak Livy.

"Papi masih janji kan sama Livy,mau antar Livy ke Sydney kan buat kuliah,kemarin Livy bohong kalau nggak mau diantar sama Papi,Livy mau kok Pi!!!!"

"Please,open your eyes!!!!!!!"
"Papiiiiiiiiiii"

Ruangan ICU yang berisik suara alat deteksi jantung,di tambah suara tangisan Livy yang pecah saat melihat Papinya tak berdaya begitu.

Tante Mira bilang,Papinya jatuh di kamar mandi. Lalu pingsan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Dokter bilang ada pecah pembuluh darah otaknya. Sepertinya perlu operasi. Hanya saja operasi ini sangatlah beresiko besar. Tentu saja nyawa ancamannya.

"Liv,tenang ya. Ayo kita keluar dulu!"

"Enggak Tante,Livy mau tunggu Papi aja."

"Sebentar lagi Papi mau dibawa ke ruang operasi,ayo kita tunggu di luar saja!"

Tentu saja dengan perasaan sedihnya,Livy terpaksa keluar ruangan bersama Tante Mira.

Livy terus terisak dalam tangisannya,saat keluar dia langsung di sambut pelukan oleh kedua adik tirinya. Meskipun tak dekat dan baru kedua kali ini bertemu,Livy berbaur pelukan kepada mereka berdua. Saling menangisi keadaan.

"Cici,Papi gimana Ciiiii....." Geisya,langsung angkat suara. Masih terisak juga. Sementara sang Kakak,Siska,sedikit lebih tenang sekarang. Namun wajahnya masih sedih sekali.

"Kalian doain bareng-bareng ya buat Papi,sebentar lagi Papi akan operasi." Pinta sang Mami.

Ketiga anak itu mengangguk,masih sambil berpelukan.

Farel masih menatap pemandangan terenyuh itu. Seperti melihat sisi lain dari Livy yang selama ini selalu terlihat ceria. Kini dia melihat Livy seperti bunga yang nampak layu.

Seketika Livy sadar bahwa masih ada Farel di sana. Memperhatikan dirinya dengan tatapan iba. Livy langsung mendekati pria tersebut.

"Kak,thank you banget udah tolongin gue. But,please Kak! Lo pulang aja!"

"Yakin gue tinggal?"

"Iya,yakin banget. Lagian ini masalah keluarga gue. Gue nggak mau,oh bukan,gue paling nggak suka dilihat kalau lagi hancur begini,ngerti kan lo?"

Farel pun cukup mengerti. Dia tahu,Livy pasti butuh privasi juga dengan keluarganya. Apalagi,sedikit tahu ini adalah keluarga tirinya.

Farel pun mengangguk. Lalu menepuk pelan punggung Livy.

"Semangat ya!"

Livy mengangguk pelan,dengan kedua matanya yang masih berantakan.

"Kalau ada apa-apa,hubungi gue aja!"

"Hm." Livy mengangguk kembali,hingga akhirnya Farel benar-benar enyah dari hadapannya.

*

*

OH MY PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang