59.

1K 35 0
                                    

Exon jelas bukan prajurit biasa, pria itu pun membantu penyembuhan Arletta dan pengeluaran jiwa Ramosha. Butuh waktu sehari semalam hingga Alaric harus mencari alasan saat William mempertanyakan keberadaan Arletta. Sang Duke jelas tahu betul jika William masih berpikir jika yang ada dalam tubuh Arletta adalah jiwa Veronica yang telah meninggal beberapa waktu yang lalu.
"Yang Mulia, gawat! Nona Veronica-" Ucapan Diego yang masuk dengan terburu-buru dalam ruangan itu dibuat terhenti ketika mendapati sosok Alaric ada di sana. Menatap horor pada pria yang hampir ia laporkan pada William.
Wajah William menoleh, mendengar nama Veronica, membuat pikirannya langsung buyar.
"Ada apa?"
Belum sempat Diego menjawab, tiba-tiba Alaric langsung berteriak nyaring. "Tangkap pembunuh Raja!"
Baik William dan Diego dibuat sangat terkejut ketika belasan prajurit masuk dari berbagai arah pintu dalam ruangan itu. Diego yang panik hendak menggunakan kekuatan sihirnya. Namun, ketika tak sedikit pun kekuatannya muncul, membuat pria itu semakin ketakutan karena menyadari alat anti sihir telah kembali diaktifkan. Bahkan, para prajurit juga menggunakan anti sihir di sekujur tubuh, semakin banyak prajurit berdatangan, alat anti sihir semakin menekan kekuatan sihirnya hingga tidak berfungsi sama sekali.
Diego yang kepanikan tidak bisa berbuat banyak saat para prajurit menangkap tangannya. Ia hanya bisa memohon pada William untuk menyelamatkannya. Namun, saat William berteriak untuk memerintahkan, tak ada yang mau mendengarkannya.
"Kubilang lepaskan! Apakah kalian tuli!"
Mata William langsung menyorot nyalang pada sosok Alaric yang tampak hanya menjadi pengamat di sana. William yang geram nyaris menghajar Alaric. Namun, para prajurit juga langsung menahan dua lengannya.
"Apa yang kalian lakukan?! Jauhkan tangan menjijikkan kalian dariku! Aku ini seorang putra mahkota! Akan kupastikan akan membunuh kalian! Cepat lepas! Apakah kalian melakukan pemberontakan, hah?!"
Mendengar kata pemberontak, Alaric terkekeh sinis, membuat matanya kembali beradu sengit dengan William.
"Bukankah kau yang telah memberontak, William?"
Kedua mata William menyipit tajam. "Akan kupastikan memenggal kepalamu karena telah memberontak, Alaric!"
Alaric mendekat dengan rahang mengeras, pria itu berbisik pada William yang terus berusaha meronta dari cengkeraman dua prajurit.
"Apakah aku harus berterima kasih? Bagaimana pun juga, yang disebut pemberontak saat ini adalah kau, William. Membunuh Raja dan menggunakan sihir yang jelas terlarang, kau sungguh tidak diampuni, William. Tapi berkat perbuatanmu itu, aku tidak perlu merebut Kerajaan Imaginary dengan sebutan pemberontakan. Kau tahu kenapa? Karena gen tamak kalian sudah cukup untuk mengantarkan kalian pada kebiasaan. William, terima kasih sudah mengembalikan kekuasaan pada pewaris yang sah."
"Sialan kau, Alaric! Kau menjebakku!"
William semakin memberontak. Namun, Alaric segera melempar senyum miring dan membalikkan badan.
"Kau bisa mengatakan semuanya di depan hakim, William."
"Alaric, kubunuh kau!"
**
"Duke," panggil Arletta ragu pada sosok yang tampak sedang membawa di samping  jendela kaca lebar yang membawa cahaya matahari masuk hingga membuat Alaric seolah diterangi cahaya surga.
Wajah pria itu mendongak. "Kau sudah sembuh?"
Tanpa sepatah kata lagi, Arletta langsung berlari dan memeluk Alaric dengan erat.
"Maaf. Kuharap Duke bisa memaafkanku dan memberiku hukuman berat. Duke, ambillah nyawaku karena telah bersekutu dengan Putra Mahkota."
Sungguh, Arletta merasa menjadi orang paling menjijikkan di dunia. Setelah apa yang ia lakukan, Arletta tak bisa berkata apa-apa lagi. Apalagi ketika ia membuka mata, Alaric masih tetap melindunginya.
"Mengapa kau berpikir untuk dihukum?" Alaric menjauhkan tubuh Arletta, memandang wajah sayu itu lebih seksama. "Seharusnya kau lah yang lebih pantas menghukum orang-orang yang telah memanfaatkanmu."
"Tapi bagaimana pun juga, aku telah membunuh Raja. Aku adalah pemberontak."
Cup!
Tiba-tiba sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Arletta, membuat wanita itu langsung diam tak berkutik. Alaric mengusap lembut puncak kepala Arletta.
"Yang membunuh Raja adalah penyihir hitam dan para antek William. Kau adalah korban dari keserakahan William. Jadi, berhentilah merasa bersalah atas sesuatu yang bukan ulahmu."
"Duke, Anda baik sekali," cicit Arletta lalu kembali memeluk Alaric.
Bulu kuduk Alaric merinding mendengar Arletta menyebutnya baik. Sungguh, Alaric tidak pernah dekat dengan istilah baik. Pada akhirnya, ia adalah Alaric yang sama. Sosok yang menginginkan pembalasan dendam dan mengembalikan kekuasaan pada pewaris tahta kerajaan yang sesungguhnya.
**
Putri Whitney dihukum mati, tetapi Arletta membela wanita itu karena fakta menunjukkan bahwa Whitney tidak memiliki bagian apa pun dalam pembunuhan Raja.
"Tapi dia adalah saudara William, jadi dia pantas dihukum mati!"
Arletta bangkit, bersikukuh dengan pembelaannya. "Hukuman atas dasar hubungan darah sudah seharusnya dihapuskan dari sistem peradilan negeri ini. Mengapa? Karena itu sangat tidak adil ketika hukum membunuh keturunan yang tidak bersalah dari penjahat. Bagaimana pun juga, mereka tidak bersalah."
Setelah pembelaan dari Arletta, akhirnya Whitney dihukum pengasingan karena terbukti terlibat dalam pembunuhan Arletta. Ya, Arletta saat ini sedang membela orang yang nyaris membunuhnya. Membuat Whitney yang kini jauh dari penampilan bangsawan hanya bisa menangis malu setelah dirinya berusaha keras untuk membunuh Arletta.
Sementara William, dia akan dihukum pancung sore ini di alun-alun dilihat oleh seluruh rakyat yang telah dibuatnya menderita. Pajak selangit hingga perbudakan pada rakyat sendiri, tak ada yang bisa memaafkan perbuatannya. Orang-orang pun ramai-ramai menyorakinya ketika ia digiring dengan pakaian lusuh menuju tengah alun-alun Kerajaan. Beberapa juga melemparkan kotoran hewan pada William. Namun, pria itu sudah tak memiliki kekuatan untuk membela diri. Tatapannya kosong, masih tak menyangka dengan apa yang terjadi saat ini.
Di belakang William, kepala Diego dan kepala Marques Burton digiring sebagai salah satu penyokong pemberontak. Pemandangan yang mengerikan, tetapi tidak lebih mengerikan dari sejarah yang telah keluarga Martinus tuangkan dalam perjalanan Kerajaan Imaginary.
Setelah eksekusi William dan para anteknya, Alaric memasuki istana bersama Arletta. Tak lupa seorang wanita yang berada di atas kursi roda yang ia dorong membuat para bangsawan sangat terkejut.
Elina Wilton, sosok wanita yang berada di belakang Alaric itu mengejutkan semua orang karena dikira telah mati belasan tahun yang lalu bersama pembantaian Keluarga Wilton yang lain. Elina dibawa ke puncak singgasana, memandang tajam pada semua orang.
"Hari ini adalah hari pembalasan dari Dewa atas kekejaman yang telah dilakukan Marga Martinus di masa lalu. Pembantaian keluarga Wilton, tidak akan pernah terhapus dari catatan kelam sejarah Kerajaan Imaginary. Bagaimana pun juga, Marga Wilton pernah menjadi penguasa sebelumnya. Maka setelah pengkhianatan Marga Martinus pada Kerajaan Imaginary, kekuasaan dikembalikan pada marga Wilton. Apakah para petinggi setuju dengan pilihan ini?"
Hening sejenak, hingga akhirnya satu per satu para bangsawan berlutut. Semua orang sama-sama berlutut, mengakui bahwa Marga Wilton kembali menjadi penguasa sah Kerajaan Imaginary.
"Pada hari ini, aku, sebagai anak tertua Marga Wilton yang memiliki kekuasaan sebagai pemimpin atas Kerajaan Imaginary, menobatkan Alaric Wilton sebagai Raja baru Kerajaan Imaginary."
Dengan kompak, semua orang langsung mengucapkan dengan keras nama Raja baru mereka. Termasuk Arletta yang turut berlutut pada Alaric untuk mengakui Raja barunya.
"Kami menyambut Raja baru kami, Raja Alaric Wilton yang diberkahi para Dewa!"
Pelantikan Alaric sebagai Raja diadakan bersamaan dengan pernikahannya dengan Arletta. Alaric tidak mengadakan pesta meriah untuk menghormati masa berkabung Raja Valius sebelumnya. Namun, ia mengadakan jamuan besar di seluruh negeri sebagai peringatan kebangkitan Kerajaan Imaginary dengan kembalinya tongkat kepemimpinan yang sah.
Di hadapan seluruh rakyat, Elina Wilton memasangkan mahkota Raja pada Alaric. Lalu, Alaric memasangkan mahkota Ratu kepada Arletta. Wajah Arletta mendongak, tangis haru kembali mengalir bersamaan dengan senyum harunya.
"Hidup Raja dan Ratu!" teriak seluruh orang melihat Raja dan Ratu baru mereka.
Ini juga menjadi sejarah baru dalam kerajaan mereka, di mana Ratu berasal dari Keluarga yang hancur. Hal ini juga bentuk upaya Alaric dalam menghapuskan hukum jerat keluarga, di mana berbagai undang-undang baru akan disahkan sebagai upaya keadilan bagi seluruh rakyat, khususnya bagi mereka yang berasal dari kaum si papa karena selalu dipersulit oleh hukum sebelumnya.
Dari kejauhan, Exon menyaksikan kembang api menghiasi langit malam. Pria itu sudah berada di kapalnya, tersenyum puas dengan kemenangan di tangan mereka. Hal itu membuat Exon menguatkan tekad, bahwa bukan mustahil juga bagi kerajaannya untuk kembali bangkit, seperti bangkitnya Marga Wilton yang mengembalikan kekuasaan pada pemimpin yang mengayomi.
Mengangkat gelas berisi anggur di tangannya, Exon bersulang untuk pelantikan Alaric dan Arletta.
"Exon Xavier bersulang untuk Raja dan Ratu," ucap Exon lalu membungkuk sekilas.

I Choose The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang