02. Hukuman

2.3K 208 0
                                    

Aidan pulang di antar Arka sebenernya Aidan tidak enak jika Arka mengantarkan nya pulang, rumah cowok itu berlawanan dengan rumahnya bukan itu saja sih kalau Arka mengantarnya pulang sampai di depan rumahnya itu akan repot cowok itu pasti akan bertanya kenapa dia pulang ke rumah Afano

Makanya Aidan setiap di antar pulang dengan Arka selalu berhenti di depan halte bus.

Aidan berjalan masuk kedalam rumahnya menaiki tangga menuju kamarnya tapi antensinya teralihkan saat suara Afano memanggil nya.

"Bagus lo telat ke sekolah, dan lo juga telat pulang"

Aidan menghela nafas kepalanya menunduk "aku minta maaf"

Afano berdecih" karena lo tadi pingsan maka hukum lo masih berlanjut"

Aidan hanya mengangguk sudah di tebak olehnya hukuman apa yang akan di beri Afano kepadanya, kalau tidak di jadikan samsak Afano ya Aidan harus berendam di kolam renang jam 2 malam nanti.
Bayangkannya aja udah ngerikan?

"Gue lagi butuh samsak udah lama gue enggak jadiin lo samsak kan"

Afano berjalan masuk kedalam ruangan yang memang khusus untuk berolahraga.

Aidan tersenyum kecil saat memasuki ruangan olahraga yang ada di rumahnya, dulu ayahnya suka sekali mengajak dia dan kembarannya untuk berolahraga disini.

Yang paling semangat itu Afano cowok ituemang sangat senang berolahraga berbeda dengan Aidan yang hobinya menghabiskan kue kering yang dibuat oleh bundanya. Ah sial mengingatnya Aidan jadi rindu.

"Ngapain lo disitu sini"

Jujur Aidan takut sekali, dia lebih baik di suruh afano berenang malam-malam di banding harus jadi samsak-nya.

Afano menyunggingkan senyumnya"gue benci lo Aidan"

Aidan hanya pasrah melawan tidak bisa jadi hanya memilih diam, Afano meninjunya berulang kali tanpa jeda

"Gue benci lo karena udah buat bunda dan ayah ninggalin gue"

Bugh

"Lo udah buat gue jadi yatim piatu"

Bugh

"Kalau lo enggak minta datang ketaman bermain pasti  bunda sama ayah gue masih hidup"

Dugh

"Bangsat kenapa enggak lo aja yang mati waktu itu"

Aidan menahan lengan Afano, Air matanya sudah deras mengalir" kenapa enggak bunuh aku aja"

Afano berdecih"gue lebih ga suka lo mati"

Aidan menggeleng, kepalanya terasa sakit apa lagi wajahnya yang terasa perih, Aidan yakin pasti banyak banget luka lebam di wajahnya apa lagi tulang keringnya yang mati rasa

"Bersikan diri lo"

Afano berjalan keluar meninggalkan Aidan yang terisak, Aidan juga tidak menginginkan Bunda dan Ayahnya pergi tapi itukan sudah takdir kenapa Afano selalu menyalahkan nya

Aidan sudah berada di kamarnya dia juga sudah membersihkan dirinya sekarang dia sedang mengompres luka yang ada di wajahnya

Ponselnya berdering disana muncul nama Arka

"Hall-

"Aidan lo enggak apa-apa kan lo baik-baik ajakan"

Aidan tersenyum, kenapa Arka cemas dengannya

"Aku baik Arka, kenapa sih"

"Ntahlah gue agak khawatir aja- eh tunggu suara lo kok serak abis nangis?"

"Enggak, udah dulu ya arka nanti aku telpon lagi okay"

"Eh tung-

Panggilan di matikan sepihak oleh Aidan, ia menghela nafas panjang membaringkan tubuhnya di kasur menatap langit-langit kamarnya

Aidan tersenyum dia senang Arka mengkhawatirkanya tapi dia akan lebih senang jika afano lah yang mengkhawatirkannya ah tapi ya mana bisa pemuda itu saja sangan benci dengannya.

"Abang idan mau main ujan"

"Nggak boleh idan nanti bunda marah"

"Tapi idan mauu"

"Ya udah ayo main hujan"

Anak kembar berusia 6 tahun itu berputar di bawa derasnya hujan

"Kalau ketahuan bunda gimana"

"Abang yang lindungi idan"

Aidan kecil mengangguk, menarik tangan Afano untuk mengejarnya.

"Afano Aidan"

"Abang itu bunda" cicit Aidan kecil tubuhnya di sembunyikan di balik tubuh abangnya

"Siapa yang suruh main hujan"

"Maaf bunda, Afano yang salah kalau mau hukum kita hukum Afano aja jangan idan"

"Nggak bunda Ai-

"Afano yang ajak Aidan main hujan bun"

Aidan menatap Afano bukan abangnya yang salah kenapa ia mengaku

"Masuk cepat ayo nanti masuk angin, buat abang nanti bantu bunda cuci piring"

Afano mengangguk tidak buruk hukuman dari bundanya, dia menatap Aidan yang seperti ingin memangis

"Abang kenapa bilang abang yang ajak kan idan yang ajak"

"Nggak apa-apa itu tugas seorang abang buat jagain adeknya kata ayah sih"

"Terus tugas idan apa"

Afano tersenyum"sayanng sama abang banyak-banyak"

Aidan juga ikut tersenyum memeluk Afano"idan sayang banyak-banyak"

"Abang too"

Aidan terisak sebelum matanya terpejam "abang idan kangen"


Aidan terisak sebelum matanya terpejam "abang idan kangen"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Surat Dari Adek | Jeno Haechan [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang