14. Capek banget ya

1.5K 155 6
                                    

Hari berganti hari Aidan sudah di perbolehkan pulang pagi tadi dengan catatan harus rutin minum obat dan chek up. Sekarang dirinya terduduk di sofa ruang tamu.

"Bunda Aidan sakit, sakitnya sama kayak bunda"

"Aidan mau sembuh biar nggak buat abang susah, tapi Aidan nggak tahu bisa atau gak ngelawatinnya bun"

Mata Aidan terpejam diiringi dengan buliran bening yang keluar dari matanya.

"Bunda Aidan rindu bunda, pingin peluk sekalii aja"

"Bunda pernah bilang anak cowok nggak boleh nangis kan? Maaf ya bun Aidan nangis Aidan cengen "

__________

Aidan menggigit bibirnya menyalurkan rasa sakitnya. Tangannya memukul dadanya yang terasa sesak. Ia meraih tas nya mengambil butiran obat yang memang di kasih dokter Yudha waktu penyakit itu kambuh.

Aidan mendengus pil ini bahkan lebih besar dua kali lipat dari pil sebelumnya. Ia mengambil satu pil berukuran besar dan satu pil berwarna merah, menelannya secara paksa.

"Aidaannn"

Aidan mendongak menatap Arka" kenapa"

"Nggak, pengen manggil aja"

Arka mengambil duduk di samping Aidan jari telunjuknya dengan jahil menusuk-nusuk pipi Aidan

"Lo mangkin kurusan ya, diet bang"

"Keliatan banget ya"

Arka mengangguk" jangan diet lah njir lo aneh kalau kurus gini, btw lo sakit apa semalam"

"Sakit hati di putusin ayang"

"Serius bego jangan bercanda ya njir"

"Loh kok kasar, aku cuman sakit biasa doang kecapean mungkin"

"Dan lo temen gue sahabat gue lo bisa cerita ke gue semuanya, jangan gini gue nggak suka Aidan. Kita kenal nggak sehari dua hari, tolong lo sedikit terbuka ke gue Dan"

Aidan menghela nafas" emang kamu mikirnya aku kenapa"

"Kok malah balik nanya sih dodol"

"Aku sakit leukemia kalau kamu mau tahu"

Arka bungkam, sorot matanya berubah sendu detik berikutnya air matanya lolos begitu saja.

"Lo bohong ya becanda lo nggak lucu kampret" Arka tertawa hambar menepuk pundak Aidan sedikit keras

"Kamu minta aku jujur kan, aku jujur aku sakit leukemia"

"Aku juga sakit mental mungkin"

Tawa Arka dan pukulan di bahu Aidan berhenti, Pemuda manis itu menatap netra cokelat Aidan dengan tatapan kosong.

"Sejak kapan"

"Udah lama"

"Lo anggep gue sahabat nggak sih Dan, kenapa lo nggak cerita ke gue"

Aidan terkekeh"kamu liat diri mu Arka, gimana caranya aku bisa ngasih tahu kamu. Jangan natap aku gitu"

Aidan benci situasi ini, ini yang ia tidak mau jika Arka tahu penyakitnya.

"Udah ka besok aku masih hidup elah, kamu nangis kayak aku besok mati aja"

Plak

"Di jaga ya mulut nya"

"Siap saya salah kak"

Arka mengusap bahu Aidan yang tadi ia pukul" pasti capek banget ya"

"Capek apa"

"Berjuang sendiri, gue nggak pernah ngerasain tapi gue bisa rasain setiap kali ngeliat sorot mata lo Dan"

"Biasa aja tuh, kamu-nya lebay aku bisa sembuh Ka. Makanya kasih semangat,  aku nggak butuh air mata mu btw"

"Lambe mu itu sekali-kali minta di servis ya Dan"

Aidan mendengus" siap kak saya salah lagi"

Arka menepuk pundak Aidan" lo masih punya gue, kalau ada apa-apa bilang ke gue, kalau lo ngerasa sakit bilang ke gue kalau nggak ini sama lo"

Arka mengepalkan tangannya tepat didepan wajah Aidan

Aidan menggidikan bahunya" sumpah nggak takut"


Aidan menggidikan bahunya" sumpah nggak takut"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Surat Dari Adek | Jeno Haechan [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang