Ayah

14 1 0
                                    

"Tidak mudah tuk melupakan seseorang, Apalagi orang yang Kau cintai."

- Auristela Aileen Syaqilah-

.................

Auris terkejut mendengar suara pria dewasa di belakangnya. Ia sontak menoleh ke arah suara yang memanggilnya tersebut.

"Ah, Maaf Paman, Nama Saya Auristela,Saya teman sekelasnya Phoenix," Ucap Auris sopan.
Dimas. Ayah Phoenix hanya diam memperhatikan teman sekelas putranya ini. Ia berjalan menuju kulkas tuk mengambil sebotol air mineral dan berkata. "Phoenix
tidak suka pedas, jika Kau ingin memasakkan sesuatu untuknya jangan yang
pedas," Ucapnya langsung pergi meninggalkan dapur.

Auris terdiam tersenyum melihat punggung Ayah Phoenix yang menjauh dari pandangannya, Ia menghela nafasnya lega dan kembali membuatkan bubur untuk
Phoenix.

Phoenix terbangun pelan merasakan sebuah tangan di dahinya. Permata hitam miliknya perlahan terbuka melihat sang Ayah yang sedang menempelkan punggung
tangannya di dahinya. "Ayah,"Gumam Phoenix.

"Tidurlah lagi," Ucap Dimas kepada Phoenix.

Phoenix menggeleng. "Tidak, Aku sudah kebanyakan tidur."

Dimas terdiam permata hitamnya melirik ke arah dapur. Phoenix mengikuti penglihatan Ayahnya. "Ayah sudah bertemu, Stela," Ucap Phoenix dan Dimasmengangguk menjawabnya.

"Cantik bukan dia," Ucap Phoenix membuat Sang Ayah menoleh ke arahnya.

"Kau menyukainya?" Tanya Ayahnya.

"Aku......Aku tidak tahu," Ucap Phoenix menunduk malu .

"Dia...mirip Ibumu dulu," Ucap Dimas kepada Phoenix membuat Phoenix terkejut.

"Bunda? Kenapa Stela mirip Bunda ,Ayah?"

"Ayah sudah mengenal Bunda dari semasa sekolah menengah dan menurut Ayah, temanmu itu sangat mirip dengannya, terutama sikapnya saat tadi bertemu Ayah."

Phoenix memandang Ayahnya dengan seksama dan berkata. "Ayah, masih sayang Bunda?" Tanyanya dan Dimas mengangguk menjawabnya.

Tiba-tiba saja Auris mendatanginya sambil membawa semangkuk hangat bubur untuk Phoenix. "Ini makanlah, lalu minum obat," Ucap Auris. "Karena sudah ada Ayahmu dirumah aku pamit ya," Ucapnya lagi.

Phoenix langsung memegang tangan Auris. "Tidak, Kamu disini dulu, Aku sudah berjanji kepada Papamu untuk mengantarkanmu pulang."

Dimas hanya tersenyum melihat interaksi Putranya dan temannya tersebut. "Kau disini saja, Nak. Temani Phoenix dulu nanti Paman yang akan mengantarkanmu pulang," Ucap Dimas pergi meninggalkan mereka.


---------------------------------------


Rudi berdiri mondar-mandir di depan pintu rumahnya dengan gelisah, permata kecoklatan miliknya terus melirik di jalanan rumahnya tuk menunggu anak gadisnya pulang. "Dimana, Auris? sudah jam 7 malam tapi kenapa belum sampai rumah," Gumamnya pelan.

Langkah Rudi berhenti ketika melihat sebuah mobil berwarna hitam yang berhenti di pekarangan rumahnya. Permatanya tajam ke arah anak remaja laki-laki yang keluar dari mobilnya bersama seorang pria dewasa, dengan remaja laki-laki tersebut membuka pintu untuk anak gadisnya. Bibir Rudi tersenyum pelan melihat anaknya kembali dengan utuh tanpa lecet sedikit pun di badannya.

"Assalamualaikum, Om. Maaf saya memulangkan anak Om terlalu malam," Ucap Phoenix kepada Rudi, tapi Rudi tak menjawab, alisnya mengkerut menatap pria dewasa yang bersama anaknya dan teman anaknya ini.

Melihat Ayah dari temannya diam saja melihat Ayahnya, Phoenix berinisiatif memperkenalkan Ayahnya. "Ah ini Ayah saya Om, Ayah ini Ayahnya Stela," Ucap Phoenix.

Dimas tersenyum menjabat tangan Pria di depannya ini. "Lama tak jumpa ya, Rudi," Ucapnya membuat Phoenix dan Auris terkejut.

"Dimas itu kau,"Ucap Rudi terkejut menatap Pria didepannya ini. Ditariknya tangan Pria itu dan menyuruhnya untuk masuk."Ayo masuk, Dimas. Bagaimana kabar mu sekarang, ah bagaimana juga kabar Nadia?" tanya Rudi membuat Dimas terdiam.

Auris yang mengerti keadaan ayah temannya ini langsung berbisik ke telinga ayahnya. "Pa, Bundanya Phoenix sudah tiada sebulan yang lalu," bisik Auris ke Ayahnya. Rudi terkejut mendengar ucapan anaknya tersebut. Ia menoleh ke arah teman semasa SMA nya ini dan berkata. "Maaf, Dimas. Aku tidak tahu. Aku turut berduka atas kepergian istrimu."

Dimas hanya tersenyum seduh kepada temannya ini. "Tidak apa, Rudi. Kita pulang ya. Maaf aku belum bisa mampir saat ini. Aku pamit ya. Besok di lain kesempatan Aku akan mampir." Pria yang merupakan teman semasa SMA nya ini hanya tersenyum mengangguk mengerti.

"Baiklah, Hati-hati ya, Dimas," ucapnya


--------------------------------- 


Phoenix terdiam memperhatikan Ayahnya menyetir. Permatanya masih melihat indahnya lampu-lampu jalan di malam hari. "Phoenix," panggil sang Ayah.

"Iya, Ayah?"

"Jika Kau besok meminta restuku, Aku merestui kalian," ucap Dimas membuat Phoenix terkejut. Wajahnya memerah malu. "Ma...maksud Ayah?"

Dimas hanya terkekeh pelan melihat reaksi anak tunggalnya ini. "Suatu saat pasti perkataanku akan terjadi, cepat atau lambat pasti Kau akan meminta restuku, Phoenix."

Phoenix terdiam malu tak berani menatap wajah Ayahnya ini. Ia mengalihkan pandangannya ke arah jendela membuat Dimas tambah terkekeh dan ingin menggoda anaknya. Ia tidak pernah melihat anaknya berekspresi seperti ini.

'Nadia, jika Kau melihat ini pasti Kau akan menggoda anak kita habis-habisan.'

—------

BERSAMBUNG 

----------------

hai semuanya lama tak jumpa, maaf ya saya baru up. 


gimana ini cerita kali ini?


ada yang kangen saya buat kisah one piece Luffy x nami kah ?



salam manis


arazaku vya

Surabaya, 13 January 2023

PHOENIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang