bagian 10 ; master and servant role

275 51 0
                                    

Baru turun dari motor dua sejoli hijau kuning ini langsung disambut dengan tatapan tidak percaya oleh seisi sekolah. Tak seperti Sanji pada biasanya? pasalnya Zoro ini notebane-nya tidak mau ribet ditambah tidak pedulian juga.

Bukannya parkir dilapangan belakang yang disediakan khusus untung para murid yang membawa kendaraan, lumut sarjana tersesat satu itu malah memarkirkan motornya di garasi teduh disamping pepohonan rindang didekat taman sekolah.

Otomatis mereka berdua langsung menjadi pusat perhatian para siswa yang berlalu lalang dihalaman sekolah. Perasaan baru kemaren berantem saling enggak sapaan, sekarang malah ketangkap basah datang boncengan. Apaan ini? Mukjizat apa bukan?

Tatapan mata disekeliling mereka dibuat makin terbelalak kaget tatkala tangan Zoro dengan entengnya membantu Sanji yang terlihat kesulitan membuka pengait helmnya. Terlihat beberapa gadis terpekik gemes dengan pasangan friendnemies ini. Sebagian lainnya melayangkan tatapan iri.

"Kayak bocah lo, gini aja enggak bisa." Ujarnya sambil mendengus tapi tangannya tidak berhenti. Tak ada nada mengejek dari intonasi suara baritonnya.

Sanji hanya bisa terdiam menutup matanya, menerima setiap perlakuan manis Alpha Roronoa yang hanya ditunjukkan padanya. Sesekali bahu kecilnya terjengkit tak sengaja menggigit bibir bawahnya begitu keras ketika jemari dingin Zoro bersentuhan dengan kulit telanjang dileher jenjangnya yang putih.

"Udah?" Tanya Sanji memastikan sambil mengintip ekspresi Zoro dari balik bulumata pirangnya.

Zoro tersenyum kemudian menjawab. "Udah."

Tiba-tiba lengan coklat terbakar matahari itu mengentuh kurva merah mudanya sambil mengelus benda kenyal itu dengan ibu jarinya, pelan seolah bibirnya itu sesuatu yang amat rapuh. "Jangan digigit, entar luka."

Nah kan! Jangan salahin Sanji sambil nyebut dia baperan, Zoro aja yang perhatiannya kelewat enggak wajar. Untuk kali ini, Sanji tidak dapat menyembunyikan rona wajahnya tetapi menyangkal perasaan kupu-kupu diperutnya.

Sempat terpaku sejenak, sadar-sadar Sanji langsung menepis wajahnya dari tangan Zoro dengan telinga semerah kepiting rebus.

"Lo suka banget mancing keributan pagi-pagi buta ya?" Tangannya meraih tangan yang lebih besar kemudian menariknya menjauhi area taman sekolah begitu biru lautnya menangkap banyak figura yang tengah menyaksikan kemesraan dua pasangan ini.

But hang on, wait, wait, wait. Mesra? Pasangan? Apa-apaan istilah. Jangankan memulai hubungan, status mereka saja ambigu enggak jelas. Mereka saja jauh dari kata akur, apalagi cocok.

Zoro yang kapasitas kepalanya tidak cukup besar untuk menerjemahkan tuturan dari kalimat yang diucapkan Sanji pun hanya bisa memasang wajah tanda tanya. Kakinya dengan patuh mengekor dibelakang si bule tanpa mengeluarkan kalimat kontra sama sekali ketika Sanji tanpa permisi meraih pergelangan tangannya dan menariknya dengan paksa, membiarkan si pirang pemilik hati menuntun langkah kaki kepala lumut ini.

"Nanti istirahat temui gue dikantin okey." Deretan enam kalimat acak itu mencelos begitu saja tanpa pikir panjang dari mulut Zoro.

Sanji menghentikan langkahnya, dengan cepat ia melepas cengkraman tangannya dari pergelangan Zoro lalu menariknya kembali. Ia berbalik, tubuhnya menghadap Zoro tapi kepalanya jatuh tertunduk.

"Kenapa lo pengen makan bareng gue," Sanji menghindari tatapan lekat Zoro sambil memainkan jari-jarinya yang terlihat terawat dengan baik, beda dengan tangan Zoro yang kasar dan kapalan karena terlalu sering memegang katana.

Zoro memiringkan kepalanya, berusaha membuat Sanji menatap kearah wajahnya. "Gue pengen makan bareng sama lo." Jawabnya santai sambil mengejapkan bahunya.

"Ya kenapa harus gue!" Oke, kali ini Sanji mulai ngegas lantaran kesal dengan reaksi Zoro yang itu-itu aja.

"Ya karena gue mau elo!"

Keduanya bungkam, Sanji yang tengah memproses kalimat Zoro dan Zoro yang tengah mencerna kalimat yang baru saja ia ucapkan.

Yang tadi itu bukan confess enggak langsung kan?
Bilang enggak please, soalnya Sanji malu banget.

Zoro disisi lain diam-diam merasa bangga dengan kalimatnya. Bibirnya mengulas senyuman puas melihat betapa merahnya wajah hingga leher dan telinga Sanji karena ulahnya.

Tidak sopan.

Tapi berani.

Walau keceplosan.

Mari kita berikan apresiasi.

Kapan hari-hari menjadi pembantu pribadi Zoro ini akan segera berakhir. Baru sehari saja nyawa Sanji sudah dibuat tinggal sisa setengah.

- ⚘ -

By : thysfall

    By : thysfall

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cupid Secret Job [zosan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang