bagian 15 ; brother and father

241 46 0
                                    

Zoro meneliti orang didepannya dari atas sampai bawah. Rambut pirang panjang dibiarkan tergerai dan tubuh ramping yang dibalut kaos putih yang terlihat kebesaran dipadukan dengan celana pendek rumahan.

Jujur jika Zoro tidak meneliti alis cowok didepannya mungkin ia hampir salah mengira orang ini adalah Sanji. Bagaimana tidak, warna rambut dan mata serupa dengan wajah seperti pinang dibelah dua dan jangan lupakan postur tubuh yang mirip.

Benar-benar seperti sebuah duplikat.

"Apa lo liat-liat?" Lihatlah bahkan galaknya tidak ada bedanya.

Sadar menatap terlalu lama, Zoro pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali sambil memasang gestur membusur sopan. Sadar jika cowok didepannya ini jauh lebih tua ketimbang dirinya. "Maaf bang." Gumamnya.

Pirang didepannya hanya mengernyit. "Nyari siapa lo, ngapain mondar-mandir enggak jelas." Sembur cowok itu.

"Gue nyari rumahnya Sanji bang, abang kenal?" Tanya  Zoro sambil menggaruk pipinya menggunakan telunjuk.

Cowok bule itu berkacang pinggang dengan sebelah tangannya menenteng sebuah kresek putih dengan logo indoapril.

"Ngapain lo nyari adek gue?"

Hah? Demi Dewi Fortuna.

Abang ipar?

.

.

.

Kini Zoro tengah duduk ganteng disofa sambil melirik seseorang disampingnya. Bule ang tadi mengaku sebagai kakaknya Sanji, Cavendish namanya. Cowok berusia kepala dua itu duduk sambil menyilangkan kakinya dan tangan dibawa bersedekap didepan dada.

Posenya bahkan sama persis dengan Sanji. Bahkan jika dilihat sekilas mata tanpa bertanya pun, orang-orang pasti akan langsung menyadari jika mereka bersaudara.

Setelah perdebatan kecil didepan restoran tadi, Zoro akhirnya menjelaskan niatnya datang untuk melihat Sanji. Awalnya Cavendish menolak mentah-mentah keinginan Zoro, dan mencegah cowok SMA itu masuk dengan alasan Zoro akan menyerang adiknya jika ia lengah.

Zoro bahkan harus membuang harga dirinya dan memohon berkali-kali, tetapi Cavendish tetap teguh pada perkataannya. Yah walau ujung-ujungnya Cavendish memberi izin Zoro untuk masuk karena nuraninya tidak tega melihat bocah itu bersikeras akan menunggu diluar hingga diperbolehkan masuk. Itupun dengan syarat Zoro harus terus ada dalam pengawasan Cavendish tentunya.

Teh hangat yang disediakan dimeja kecil ditengah tengah mereka dibiarkan menganggur begitu saja. Cavendish yang duduk dibangku yang berhadapan langsung dengan Zoro sepertinya lebih tertarik mengamati mahkluk hijau yang baru pertama kali ia lihat ini.

Meskipun memasang raut wajah datar, Zoro dapat merasakan atmosfer dingin yang diciptakan sang calon kakak ipar. Matanya bahkan seakan memancarkan kilatan imaginer kearah Zoro.

Zoro menavigasikan matanya kesekeliling ruangan. Dirinya akui ia cukup menyukai interior sederhana yang menyelimuti ruang berbentuk persegi dengan dinding bercatkan biru bergaris kuning ini.

Ruangan ini terkesan hangat, jendela terbuka dan gorden yang disibakkan membiarkan sinar matahari berambat masuk. Berbeda dari rumah mewahnya yang terkesan klasik namun suram. Zoro tak bisa melepaskan tatapannya dari beberapa bingkai foto yang terpajang didinding yang menggambarkan Sanji dengan berbagai ekspresi, mulai dari mennagis hingga tersenyum lebar.

Zoro benar-benar tak menyangka jika rumah Sanji berada tepat diatas restoran. Ia tak bisa melupakan raut wajah beberapa pelayan restoran yang kebingungan ketika Cavendish membawanya masuk keatas menaiki anak tangga yang menghubungkan restoran dan rumah Sanji.

Cupid Secret Job [zosan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang