Nama gue Audrey. Tadinya gue berasal dari keluarga yang berada dan ada masalah yang membuat perusahaan orangtua gue bangkrut sehingga perekonomian keluarga gue juga ikut turun drastis.
Tapi sekarang ekonomi keluarga gue sudah kembali normal dan gue udah punya perusahaan sendiri.
Tentunya kesuksesan gue dibantun sama orang lain yaitu sahabat gue sendiri yaitu,Virgo Adonis. Dia yang selalu nemenin gue saat susah,senang,suka dan duka.*Kembali ke masa susah*
Suatu ketika bokap gue ngumpulin semua anggota keluarga di ruang tamu.
"Audrey,Mami,dan Dek Vica. Papa mau ngomong sama kalian."
Gue yang bingung karena enggak biasanya bokap ngajak ngumpul bareng spontan langsung nanya.
"Kenapa Pi? Ngebaret pintu mobil lagi?"
Bokap gue langsung menghela nafas panjang dan bilang,
"Perusahaan Papi bangkrut dan perekonomian keluarga kita bakalan anjlok seanjlok-anjloknya."
Semua yang ada di ruang tamu langsung kaget termasuk gue. Nyokap gue syok banget dan marah karena enggak bakalan bisa foya-foya lagi.
"What!? No! Wah...Mami enggak bisa hidup berkekurangan, nanti apa kata temen-temen Mami kalau nanti mereka tahu kalau Mami jatuh miskin?"
"Udahlah Mi, enggak usah gengsi. Ini mungkin hanya sementara." Kata Vika agar nyokap enggak bikin masalah dan bikin Bokap tambah stress.
"Enggak bisa! Mami mending keluar dari keluarga ini dan nyari laki-laki lain yang lebih kaya dari Papi kamu!"
Mendengar hal itu Bokap langsung kaget dan jantungnya kumat. Gue dan Vika langsung nganter bokap ke rumah sakit untuk diobatin.
***
Di rumah sakit bokap bilang kalau dia masih punya sedikit tabungan di bank dan dia nyuruh untuk kita pake uang tabungan itu buat nyambung hidup.
Gue pun keluar kamar dan minta Vica buat jagain Bokap."Vic, Kakak ngurus berkas-berkas dulu ya di bawah."
"Oke kak."
Di luar kamar gue nangis tapi enggak berani bersuara karena takut Bokap kepikiran kalau dia ngerepotin gue.
Gue langsung nelfon pacar gue namanya Adam.*Ceritanya bunyi suara hape*
Ngung...Ngung...Ngung...
Enggak berapa lama kemudian Adam ngangkat telepon gue.
"Halo Babe." Kata Adam saat menjawab telepon.
Saat itu gue enggak bisa ngomong apa-apa karena tenggorokan gue sakit akibat menahan nangis.
"Hiks..." Air mata gue seketika jatuh dan membasahi surat-surat administrasi rumah sakit.
"Babe? Kamu kenapa nangis?" Tanya Adam dengan khawatir.
"Babe hiks...Kamu bisa hiks...Ke rumah sakit sekarang? Hiks.....Bokap gue jantungnya kumat lagi."
"Okay sekarang kamu tenang dulu. Aku bakal ke sana. Wait for me okay?"
Gue pun nutup telfon dan nangis di dalam lorong rumah sakit yang sepi.
Gue nangis sambil mikirin keadan bokap,biaya rumah sakit, dan kerja apa biar dapet duit buat nyambung hidup.Selang 1 jam nangis Adam pun datang dan segera meluk gue, biar gue lebih tenang.
"Babe, gimana keadaan Papi?"