Prolog

17 2 0
                                    

"Percuma lo ganteng, kalau bodoh?" -Gavesha Nararsya
.
.
...

Suasana kelas sebelas mipa1 kini terlihat sangat ramai. Di mulai dari Keandra yang bernyanyi merdu di iringi alunan musik dari Arlot dan Rayn. Tak hanya mereka yang menikmati alunan musik tersebut, namun seluruh siswa maupun siswi disana juga ikut menikmati.

Di sisi lain, seorang gadis dengan tumpukan buku yang di bawanya berjalan menuju kelas sebelas mipa1. Langkahnya berhenti kala melihat kelas yang ia datangi seperti tempat karaukean.

"Permisi," ucapnya dengan sedikit mengetok pintu kelas tersebut.

Namun, kerasnya suara musik membuat seisi kelas tak ada yang mendengarkannya.

Ah, mungkin suaranya terlalu kecil.

"PERMISI!" gadis itu berteriak layaknya meminta pertolongan. Ia merutuki dirinya sendiri ketika seluruh pasang mata menatap dirinya dengan tatapan jengkel, alat musik yang di mainkan oleh mereka juga berhenti, menambah kesan freak padanya.

"Woi! ganggu banget sih lo," ucap ucap salah satu gadis yang ber-name tag 'Sarah'

"Santai-santai. Ehemm, ada apa gerangan nona cantik datang kemari?" goda Arlot, dasi yang semula di kepala kini ia pasang asal-asalan di kerahnya, tak lupa juga ia menyisir rambut dengan jemarinya.

"Dih, dasar buaya jantan!" kata Sarah memutar bola matanya malas.

"Ya kata siapa gue betina?"

"Stop! lo lama-lama gue nikahin sama Sarah baru tau rasa," lerai Rayn.

"Sebelumnya maaf ganggu waktu kalian. Saya disini cuma mau nganterin buku Fisika kalian dan sekalian mau memanggil Kak Keandra untuk menuju ke ruang guru."

Gavesha- gadis itu meletakkan tumpukan buku itu di meja salah satu siswa. Lalu ia segera pergi dari sana, sebelum mendapat cercaan dan makian dari kakak kelasnya yang bernama Sarah.

"Neng! woi neng, baru aja mau mintol nomornya udah pergi aja," Arlot memasang raut wajah sedih, sedangkan Sarah menatap Arlot sinis.

"Selera lo rendah juga ya, Lot!"

"Lah. Mending dia kali, daripada sama mak lampir kayak lo!" mendengar jawaban dari Arlot, Sarah menggeram kesal, berbalik dengan teman satu kelasnya yang menertawai Sarah.

"Awas aja lo pada pacaran, gue ngaceng!" Rayn meletakkan gitar berwarna kecoklatan itu di mejanya.

"Ngaceng? apaantuhhh?" tanya Arlot kebingungan, sedangkan Rayn tersenyum tidak jelas.

"Ngakak Paling Kenceng! awoakwok"

***

"Tunggu," Keandra berhenti tepat di depan Gavesha, lelaki itu tampak mengatur nafasnya yang terengah-engah.

"Nama lo siapa?"

Gavesha mendengus kesal, sepertinya seluruh murid laki-laki yang ada di SMA Arwana sifatnya sama.

"Woi!"

Suara teriakan dari Keandra membuat Gavesha reflek menginjak kaki Kean yang berbalut sepatu putih, membuat sang empu meringis pelan.

"Anj-"

Pletak...

Yap, seperti dugaan kalian, Gavesha menyentil dahi Keandra agar bahasa binatang tersebut tidak di keluarkan.

"Sorry," kata Gavesha terkekeh kemenangan.

"Lo-" Keandra menunjuk Gavesha dengan jarinya," Ck! untung lo cewek," ucapnya kesal.

"Kalau gue cowo? mau lo pukul? cuihh palingan juga gue yang menang,"

Keandra tertawa lepas mendengar ucapan adek kelasnya itu, bisa-bisa nya seorang cewek menghayal menjadi cowok yang berwibawa, sedangkan dirinya saja tidak mau mengaku bersalah.

"Iyain deh, cewek kan selalu bener,"

"Kata siapa? ada kok cewek salah! lo nya aja yang gak tau!"

"Masa iya? buktinya, lo nyentil gua bukannya minta maaf malah ngayal jadi cowok, kocak lo!" lagi-lagi Keandra tertawa lepas mengingat jokes yang ia buat, walaupun garing bagi lawan bicaranya.

"Eh! asal lo tau ya, gue nyentil lo karna lo ngumpat, dimana salah gue coba?" Gavesha menatap tinggi-tinggi Kakak kelasnya tersebut. Mengingat tingginya yang berkisar 145 cm.

"Apa salahnya ngumpat, Dek?" Keandra semakin menarik kemarahan Gavesha.

"IHHH! PERCUMA LO GANTENG, KALAU BODOH!" teriak Gavesha sebelum akhirnya berlari meninggalkan Keandra yang terkekeh akan tingkah lakunya.

"Ternyata gua ganteng,"

Sialnya Keandra baru menyadari bahwa dirinya termasuk lelaki tampan. Kemana saja ia waktu di puja-puja para kaum hawa?

Keandra berjalan santai dengan satu tangan yang masuk ke dalam saku celananya. Sepatu putih dan baju seragam yang di biarkan terbuka menampilkan kaos hitam polos yang menambah kesan cool pada dirinya.

Tujuan pertama Keandra sekarang adalah menuju ke ruang guru, dimana ia akan bertemu dengan seorang guru yang memanggilnya.

"Pak Kumis," sapa Keandra saat berpapasan dengan lelaki paruh baya yang dikenal sebagai 'Pak Kiduy'.

"Apa kamu bilang? saya punya nama, jangan mentang-mentang saya berkumis kamu jadi panggil saya Pak Kumis!" Pak Kiduy menatap jengkel pada siswa bebuyutannya tersebut.

"Cocokan juga Pak Kumis, kan Bapak punya kumis," katanya cengengesan lalu berlari kecil menuju pintu ruang guru.

"DASAR ANAK KURANG AJAR! AWAS AJA KAMU KALAU PELAJARAN SAYA!" mata Pak Kiduy kini tampak melotot tajam di tambah dua tanduk yang berada di kepalanya.

Keandra yang mendengar teriakan amarah dari Pak Kiduy menggelengkan kepalanya pelan sembari mengelus dadanya.

"Keandra," seorang wanita paruh baya menghampiri Keandra.

"Iya, Bu?" jawabnya halus, dengar, gini-gini Keandra anak yang patuh dan taat saat berinteraksi dengan Bu Dayu.

"Kamu tadi udah di beritahu Gavesha kan tentang olimpiade senin ini," kata Bu Dayu yang mampu membuat Keandra menyipitkan matanya.

"Olimpiade? kenapa mendadak sekali, Bu?" siapa coba yang tidak kaget saat di beri amanah untuk mengikuti lomba dalam jarak beberapa hari saja?

"Justru itu, dengan olimpiade ini kamu jadi bisa lebih siap menghadapi olimpiade-olimpiade lainnya yang akan Ibu tujukan untuk kamu," kata Bu Dayu dengan santainya membuat Keandra ingin sekali berhenti menjadi pintar dan jenius.

Keandra hanya mengangguk paham tanpa berniat menjawab lagi.

"Oh ya, kali ini kamu tidak sendiri," Bu Dayu memegang kedua lengan Keandra, guna menyemangati siswa nya tersebut.

"Kalau boleh tau, dengan siapa?"

"Kamu akan saya dampingkan oleh Gavesha Nararsya, anak kelas 10Mipa1. Dia juga cerdas sama seperti kamu, kenal kan?"

Bu Dayu mengambil secarik kertas dari tote bag nya, lalu di berikan kepada Keandra.

"Mulai nanti, kamu les bersama Gavesha di laboratorium. Bu Dayu tunggu nanti siang!"

Setelah mengatakan tersebut, Bu Dayu melenggang pergi. Kini hanya menyisakan Keandra yang berdiri tegak menatap kolom kotak-kotak yang berisi jadwal les.

"Sialan, gua lagi?" batinnya

Bersambung....

Salam dari aku, Siboba:>

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GAVESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang