Chapter 10

225 13 2
                                    

Hari ini Cecil sudah bersiap untuk menemui Marcus di tempatnya bekerja. Ia tidak bisa menunggu terlalu lama lagi jadi ia memutuskan untuk menemui pria itu di tempat kerjanya. Semalaman Cecil tidak bisa tidur karena memikirkan Marcus. Dirinya masih tidak percaya bahwa Marcus memutuskan hubungan mereka yang sudah 7 tahun terjalin.

Sesampainya di sana Cecil masuk ke dalam gedung itu dan hal pertama yang ia lakukan yaitu bertanya kepada resepsionis tetapi ia kecewa karena wanita itu mengatakan kalau Marcus tidak ada di gedung melainkan pemotretan di luar dan dia tak tahu di mana tempatnya.

"Apa akan lama?" tanyanya.

"Saya tidak tahu Nona." jawabnya. Cecil menganggukkan kepalanya dengan lemah kemudian pergi dari sana tetapi saat akan menaiki seseorang memanggilnya.

"Cecil!" seru orang itu membuat Cecul menoleh.

"Jeni." Ya, itu Jeni sahabat Marcus dan juga dirinya. Jeni mendekati Cecil dan mengernyitkan dahinya.

"Sedang apa kau kemari?" tanya Jeni pensaran.

"Aku ingin bertemu dengan Marcus." jawab Cecil membuat Jeni terkejut. Tentu saja terkejut karena selama ini Cecil tidak pernah datang ke sini untuk mencari Marcus dan tiba-tiba saja Cecil dengan berani datang ke sini ingin menemui Marcus.

Ada apa ini?

"Bertemu Marcus? Kenapa? Apa ada sesuatu?" tanya Jeni ingin tahu. Cecil terdiam sejenak memikirkan apakah ia harus memberitahu Jeni tentang Marcus yang memutuskannya tiba-tiba. Beberapa detik terdiam akhirnya Cecil memutuskan untuk tidak memberitahu Jeni.

"Aku hanya ingin bertemu dengannya. Tidak ada masalah." kekeh Cecil tetapi Jeni tidak mudah di tipu karena ia tahu betapa Marcus ingin menyembunyikan hubungannya dengan Cecil.

"Benarkah? Aku kira ada masalah karena aku tahu di mana dia pemotretan." sahut Jeni santai.

"Kalau begitu aku pergi du.."

"Bisakah kau membawaku ke sana? Aku harus bertemu dengannya sekarang." potong Cecil memandang Jeni.

"Bagaimana, hm. Aku sebenarnya si.."

"Marcus memutuskanku! Dia ingin berpisah." jujur Cecil jelas saja membuat kedua mata Jeni melebar.

"Apa?!" kaget Jeni tidak percaya dengan pendengarannya. Cecil hanya menganggukkan kepalanya dengan wajah sedihnya.

"Ikut aku!" Jeni menarik Cecil menuju mobilnya dan saat mereka sampai di sana Jeni kembali memastikan pendengerannya.

"Jadi ceritakan bagaimana bisa Marcus memutuskanmu?" kata Jeni. Cecil mulai menceritakan permasalahan hubungan mereka, di mulai dengan Marcus yang semakin sibuk dan tidak ada waktu untuk bertemu. Marcus juga sering lupa ulang tahun dan anniversary hubungan mereka.

"Sampai Marcus mengatakan bahwa hubungan ini tidak ada kemajuan. Saat aku meminta menikahiku dia menolak dan memutuskanku agar aku bisa menemukan orang yang mau menikahiku."

Air mata Cecil turun begitu saja saat menceritakan itu semua. Hatinya kembali sakit karena ia sangat mencintai Marcus dan tak ingin mereka berpisah. Ia bahkan sanggup menunggu Marcus bertahun-tahun lagi.

Jeni hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam mendengar itu semua. Jeni menepuk bahu wanita itu yang bergetar hebat.

"Aku tidak ingin kehilangannya, Jen. Tidak ingin." isak Cecil semakin keras. Ia tak peduli bagaimana pikiran Jeni yang melihatnya menangis seperti anak kecil karena hatinya sangat sakit.

"Jangan menangis. Jangan." ujar Jeni menatap Cecil. Jeni mengengam tangan wanita itu lalu menyalakan mobilnya menuju suatu tempat.

"Apa kita akan ke tempat Marcus?" tanya Cecil di sela-sela tangisannya. Jeni hanya meliriknya sebentar lalu kembali menatap lurus ke depan. 20 menit kemudian akhirnya mereka sudah sampai di tempat sebuah Apartemen mewah.

Cecilia (Cinta & Dendam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang