Sudah usai hari di mana Cara harus mencari opsi makanan paling murah namun mengenyangkan. Biasanya, pilihannya akan langsung jatuh pada mie ayam depan gang yang satu mangkuknya berharga delapan ribu rupiah saja, porsinya cukup banyak untuk mengisi perut sampai besok.
Sekarang, dia bebas makan apapun yang dia mau. Semua akan tersedia di hadapannya dalam hitungan jam. Sekarang, hari-harinya penuh dengan makanan lezat yang dulu tak diketahuinya ada.
Sudah dua minggu ini, yang dinikmatinya adalah macam-macam makanan dengan persentase mewah dan rasa yang menunjukkan kemahiran koki-koki yang terlibat. Malam ini, hidangannya adalah sepiring steak lezat dengan bermacam side dish enak.
"Gimana, enak?" tanya sebuah suara dari ujung meja yang jauh dari posisi Cara. Itu adalah kakeknya, kakek barunya. "Kalo nggak enak, nanti Kakek akan ganti kokinya."
Sontak saja Cara menggeleng cepat. "Enak banget kok, aku suka," ujarnya dengan mulut penuh.
Satu sosok yang berdiri tak jauh dari kakeknya itu tampak mendengus pelan. Matanya yang biru keabuan lagi-lagi menatap Cara naik turun, seringaian tipis tersimpan di bibirnya. Cara tahu, dia sedang dihina habis-habisan di dalam hati lelaki itu.
Hm, mungkin Cara memang harus melaporkan lelaki itu pada kakeknya. Cara tak tahu namanya, tapi pelayan lain menyebut lelaki besar itu dengan sebutan 'Eden'. Sebenarnya Cara ingin mengabaikannya saja, tak mau membuat keributan di keluarga barunya, tapi makin lama, pengawal itu makin mengesalkan.
Mencoba bertingkah tak terganggu, Cara kembali mengiris daging, beberapa kali pisau hampir terselip dari tangannya. Memang dia belum terbiasa makan dengan peralatan seperti itu.
Ah, sesungguhnya, dia belum terbiasa hidup dengan banyak hal yang terkesan asing ini. Memang menyenangkan, tapi ternyata menyesuaikan diri dengan 'standar tinggi' yang datang seiring perubahan statusnya pun bukanlah hal sepele.
Hidup di istana gemerlap bagai mimpi, tidur di kasur empuk dengan renda-renda indah bagaikan putri raja, memakai gaun indah dan aksesoris cantik di dalam rumah, memiliki begitu banyak uang dalam tabungan yang Kakek berikan untuknya ... tentu saja tak akan mudah untuk terbiasa begitu saja.
Lagi-lagi sosok itu menyeringai, dan kali ini Cara memberinya pelototan dongkol. Melihat kekesalan Cara, lelaki itu mengubah ekspresinya menjadi senyum profesional. Wajah tampan yang justru membuat Cara terganggu, ingin sekali dia melemparkan garpu ke sana.
Cara masih ingat beberapa jam lalu saat lelaki itu mengatakan, "Lingkungannya bisa diganti, tapi siput hanyalah siput. Tetap hanya bisa menjadi siput berlendir bahkan ketika ditempatkan di kastil berlian."
Sungguh kurang ajar.
Mendengarnya, terang emosi Cara tersulut, tapi dia tak dapat berkata apapun mengingat saat itu mereka hanya berduaan, jadi untuk apa mencoba melawan pria berbadan besar seperti itu? Yang ada dia dilempar dari jendela lantai empat.
Tak berhenti sampai sana, pengawal itu adalah orang paling judes. Saat seisi rumah sibuk tersenyum lebar dan bersikap kelewat lembut serta sopan untuk mengambil hati Cara, si pengawal satu itu malah kerap memandangnya remeh, dengan gamblang menampilkan ketidaksukaannya pada Cara.
Cara tak pernah melapor pada kakeknya lantaran tak mau bersikap seperti anak kecil yang harus selalu menangisi tiap ketidaknyamanan. Tapi ... kok lama-kelamaan pria itu semakin melunjak saja....
Merasa tak sanggup makan dengan tenang, kali ini Cara memilih untuk buka suara. "Ehem!" Dia berdeham. "Kakek," panggilnya pada pak tua yang kemudian menatapnya penasaran. Cara menunjuk Kaiden yang berdiri tegak. "Orang itu ... bisa suruh dia keluar sekarang? Aku nggak bisa makan sambil lihat muka dia."
Kakeknya tampak mengerutkan kening, bolak-balik menatap Cara dan pengawalnya yang disebutnya dengan Eden. "Loh, kenapa emangnya?"
"Mau muntah," jawab Cara yang kini melotot kala melihat subjek pembicaraannya itu menyimpan binar menertawakan. "Cepet Kek, suruh dia pergi!"
Sang Kakek menghela nafas sebelum membenarkan posisi kacamata. Lalu dengan santai pria tua itu melanjutkan makan. "Maaf ya, sayang, nggak bisa. Kamu harus tau ... Eden ini pengawal pribadi yang harus ada di samping Kakek kapanpun."
Mulut Cara ternganga lebar. Ini pertama kalinya sang kakek menolak permintaannya. Kakek bisa memberinya mobil mahal dalam sekejap, namun tak bisa mengusir satu pria?!
Ini gila.
Nafsu makan Cara semakin memudar melihat gerak-gerik lelaki yang jelas tampak senang telah dibela.
"Saya tidak bermaksud membuat Nona Cara tak nyaman," ucap lelaki itu lurus. Suaranya dingin dan datar, tapi selipan nada menyindir tak lolos dari perhatian Cara.
Cih, Nona Cara dia bilang? Di belakang semua orang, pria mengesalkan itu hanya menyebutnya dengan nama. Benar-benar muka dua. Catat juga bagaimana sosok itu tidak repot minta maaf, memang karena dia tak merasa bersalah!
"Selain itu, kamu harus terbiasa sama dia," ucap Kakek lagi. "Sebentar lagi kan dia akan jadi pengawal pribadi kamu. Kakek sangat berharap kalian bisa dekat."
Astaga, yang benar aja!
KAMU SEDANG MEMBACA
Archangel Kaiden
Romance⚠️ 21+ ---- Dilahirkan dan tumbuh di keluarga miskin, di usianya yang ke 24, hidup Cara Airyn berubah dalam satu malam. Ternyata dirinya adalah cucu dari konglomerat asal Perancis yang merajai merk-merk fashion mahal. Sekarang dia tinggal di istana...