Bab 2

7 4 0
                                    

Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring, mengisi kesunyian ruang makan pagi ini. Entahla, tidak seperti biasanya.

Tian yang baru saja keluar dari kamar untuk sarapan, terheran saat melihat Varel dan Vio yang saling diam.

Tian menarik kursi makannya, "Seperti ada yang beda pagi ini, Bund" kata Tian menyindir kedua anaknya itu.

Varel yang tahu maksud Ayahnya tidak ambil pusing. Ia tetap melahap nasi goreng buatan Bundanya. Sedangkan Vio, gadis itu hanya diam setelah meneguk susu putih yang ada di hadapannya.

"Buruan makan, ntar gue tinggalin Lo" kata Varel pada Vio, lalu pergi mengambil tasnya yang masih ada di kamar.

"Lagi pada kenapa sih, Bund?" tanya Tian yang penasaran melihat kelakuan putra putri nya itu.

"Biasa, Yah. Nanti Bunda kasih tau" kata Rani sambil menyendok kan Nasi goreng ke piring Tian.

Varel kembali ke ruang makan setelah mengambil tasnya di kamar, dan menyalami kedua orang tuanya. "Gue tunggu di luar. Buruan, nanti gue telat" kata Varel, dingin.

Vio pun menyudahi makannya yang masih tinggal setengah.

"Kenapa nggak di habisin, Vi?" Tanya Rani. Vio hanya menggeleng, mengatakan kalau dirinya sudah kenyang. Ia pun menyalami Rani dan Tian, lalu menyusul Varel.

Selama perjalanan ke sekolah, Vio hanya diam. Pikirannya melayang kemana-mana. Jujur, setelah dipikir-pikir. Selama dirinya tinggal bersama Varel dan keluarganya, Vio memang tidak pernah pergi tanpa seizin mereka.

Apalagi Varel. Dia adalah orang yang paling marah kalau Vio pergi tanpa sepengetahuannya. Jadi, wajar saja kalau kemarin Varel marah kalau ia pergi tanpa memberitahunya terlebih dulu.

Sesampainya di sekolah Vio, Varel langsung melesat pergi begitu saja. Padahal Vio ingin meminta maaf. Tapi sepertinya mood Varel masih kurang bagus hari ini.

Vio pun berjalan masuk ke halaman sekolah. Saat Vio melewati parkiran, ada seseorang yang memanggilnya. Vio pun menoleh, dan ternyata orang itu adalah Raka.

Raka berjalan mendekat ke arah Vio. "Nih, ada coklat buat Lo" Raka menyodorkan coklat untuk Vio. Tapi sayangnya, Vio menolak. Karena dirinya memang tidak terlalu menyukai coklat.

"Ouh, ya sudah. Coklatnya gue simpen lagi aja" kata Raka tak enak.

"Btw, Lo temennya Via, kan?"

Vio mengangguk. Jujur, Vio sedikit canggung dengan laki-laki satu ini. Laki-laki ini seperti merasa dekat dengannya. Padahal baru satu kali mereka bertemu langsung, dan itu pun mereka tidak banyak berbicara.

"Sorry, gue harus duluan soalnya hari ini jadwal gue piket kelas"

Raka yang ditinggalkan sendirian oleh Vio merasa dirinya sedikit tertantang untuk mendekatinya. Ia merasa penasaran dengan sosok Vio. Dan yang paling utama, misi Raka untuk mendekatinya hanya karena Vio ini adalah salah satu orang penting dari musuhnya. Siapa lagi kalau bukan Varel.

Raka dan Varel memang sudah lama menjadi musuh. Mereka tidak cocok, karena saat pertandingan balap beberapa tahun yang lalu membuat Raka seperti dipermalukan. Karena ia di kalahkan oleh Varel.

"Varel, tunggu tanggal mainnya!" kata Raka tersenyum sinis.

💜

Saat pulang sekolah, Vio menunggu Varel di pintu gerbang. Tidak biasanya Varel terlambat pulang. Tapi anehnya, saat Vio lihat gerbang sekolah Varel yang ada di seberang sekolahnya sudah sepi. Tidak ada lagi motor yang terparkir di sana.

"Varel kemana sih?" gumam Vio kecil.

Vio menoleh ke sekeliling nya. Sekolah nya pun sekarang hampir sepi. Tinggal tersisa dirinya dan beberapa siswa/i lagi di sana.

"Hai" suara bariton itu mengagetkan Vio. Lagi-lagi Vio menghela nafas saat melihat laki-laki yang menyapanya tadi.

"Nunggu siapa sih? Varel? Udahlah, tadi gue lihat dia pergi sama cewek tuh. Mungkin aja pacarnya sih kalo menurut gue"

Yah, Raka. Laki-laki yang beberapa hari ini selalu menghantuinya.

"Mendingan Lo pulang bareng gue aja. Dijamin aman dan selamat sampai tujuan"

Vio tersenyum kikuk. "Makasih Ka. Gue nunggu Varel aja" tolak Vio. Ia mencoba menghindari Raka, tapi laki-laki itu tetap kekeh mengajaknya.

Raka mencoba meraih pergelangan tangan Vio untuk diajaknya naik ke atas motor nya. Vio mengelak, tapi Raka tetap memaksanya untuk naik.

"Apa-apaan sih Lo. Gue nggak mau" tolak Vio berusaha melepas cengkeraman tangan Varel di pergelangan tangannya.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang melepas secara paksa tangan Raka yang mencengkram tangan Vio.

"Lo siapa? Jangan sok ikut campur ya" kata Raka tak suka.

Vio melihat laki-laki itu. Siapa dia? Perasaan Vio tidak pernah melihat nya di sekolah, atau pun d sekolah nya Varel.

Raka yang tak senang karena di kacau laki-laki itu, akhirnya turun dan melepaskan beberapa bogeman ke muka laki-laki itu. Tapi sayangnya, bogeman itu tidak pernah mengenai wajah mulus dan tampan milik laki-laki itu.

Bahkan, laki-laki itu dengan satu kali gerakan sudah dapat memelintir tangan Raka.

Raka yang merasa kesakitan, meminta untuk dilepaskan. Laki-laki yang memelintir tangan Raka tadi pun mendorong Raka agar menjauh.

Akhirnya, Raka pun pergi dari sana. Dan menyisakan Vio dengan laki-laki yang tak dikenalnya.

Laki-laki itu mendekat dan meraih pergelangan tangan Vio yang sedikit memerah akibat di tarik paksa oleh Raka tadi.

Laki-laki itu mengusap-usap pergelangan tangan Vio yang memerah itu.

Tanpa sadar, dengan jarak wajah yang begitu dekat membuat Vio sedikit terpaku melihat laki-laki itu.

"Lepas!"

Suara bariton yang sangat familiar di telinga Vio membuat suasana kembali seperti semula.

"Ngapain Lo pegang-pegang?" tanya Varel sinis. Ia membawa Vio ke balik tubuh kekarnya.

"Jangan asal pegang ya Lo" kata Varel tak senang sambil menunjuk ke wajah laki-laki itu.

Dengan wajah tenangnya, laki-laki itu menurunkan jari telunjuk Varel yang berada di depan wajahnya. "Santai dong"

Vio yang mengetahui mood Varel hari ini sangat buruk, ia pun mengajak Varel untuk segera pulang.

Setelah berterima kasih pada laki-laki yang membantunya tadi, Vio menarik Varel yang terus menatap laki-laki itu.

"Udah, Rel. Ayo pulang!" Ajak Vio menyerahkan helm Varel yang tadi di simpannya di atas motor.

Varel menancapkan gasnya untuk segera sampai di rumah. Dengan pikiran yang masih bertanya-tanya, ia mengumpat dalam hati.

💜

Alhamdulillah selesai. Hampir aja gue writer blok 🤧 tapi untungnya bisa sampe selesai di satu chapter ini. Jangan lupa untuk vote dan koment ya gaes 😍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VIOLETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang