넷 / net

37 5 1
                                    

Usiaku sudah 22 tahun. Namun rasanya seperti anak SMA yang baru tahu bahwa bersentuhan fisik dengan orang asing bisa sedikit memercikan hormon dopamin.

Setelah keluar dari club, kondisi lalu lintas cukup ramai.

Selain hari ini adalah hari patah hati masa mudaku, orang-orang juga sedang merayakan malam minggu. Sudah pasti area hiburan malam seperti ini akan ramai dipadati oleh orang-orang.

Dengan sopan, namja itu meminta ijin untuk memegang tanganku, mambantuku untuk terus dalam pengawasannya dan tidak tersesat.

Aku baru sadar...

Ternyata skinship dengan lawan jenis sangat memiliki efek besar, aku, Oh Ha Young, yang sebenarnya sedang sedih, masih tetap bisa merasakan produksi hormon dopamin karena sentuhan fisik dari lawan jenis. Luar biasa.

* * *

"Aku mengenalmu," ucapnya setelah kami duduk berhadapan sambil menunggu pesanan makan malam kami tiba di sebuah restoran dalam hotel berbintang lima.

"Jinjja?" Sepertinya aku tidak memiliki teman seperti dirinya.

"Ne" jawabnya pasti

"Mianhae," aku menundukan wajahku, mencoba menunjukan maaf karena tidak mengenal sosok namja yang menenangkanku setelah melalui 10 tahun pencobaan yang lebih terasa nikmatnya.

Namja itu memegang tanganku, matanya menatapku dalam seakan memintaku mencoba mengingat sosoknya.

Kupandangi wajah yang masih asing dalam ingatanku.

Aku terus mencoba,

Tapi jujur, aku tidak mengenalnya,

"Ayo Wendy pergi ke Neverland dan kalahkan Kapten Hook bersamaku," ucapnya sambil terus menatapku.

Aku ingat kalimat itu, aku pernah berlari memegang tangan seorang oppa sambil berteriak, Ayo Peter cepat, Kapten Hook mendekat.

Seketika banyak memori di kediaman Halmeoni yang diriku ingat.

"Jongdae Oppa!" Ucapku tegas dan penuh semangat, aku mengingat lelaki ini. Seorang kakak lelaki tetangga yang selalu menemaniku ketika Halmeoni sedang pergi ke acara lingkungan.

Dengan cepat dia memelukku erat, "akhirnya aku menemukanmu" aku paling tidak bisa memberikan respon atas suatu momen penuh emosi, karena sudah 10 tahun ini relasi dalamku hanya terjalin bersama namja yang tidak menunjukkan emosi.

"Jeongmal bogosippo," ucapnya yang terdengar tulus.

Mendadak aku lupa, dia adalah lelaki yang kutemui di sebuah club malam.

"Bagaimana oppa bisa mengenaliku?" Pertanyaanku membuatnya melepas tautan lembut yang tadi dirinya berikan.

"Aku masih mengingat dengan jelas mata tajammu,"

"Jinjja?" Tanyaku tak percaya

"Tentu saja tidak, kita terakhir bertemu adalah ketika kau jelek dan sebelas dua belas dengan anak lelaki setiap harinya,"

Mataku membulat sempurna, "Oppa!" Teriakku kesal.

Apa iya aku seperti anak lelaki? Pantas saja saat bertemu denganku Sehun tidak terpikat seperti aku yang tergila-gila dengan keelokannya. Ternyata jawabannya adalah karena aku tidak elok.

Dan seketika aku menjadi bersedih lagi.

"Mian mian, pasti ucapanku membuatmu sedih ya, itukan dulu, lalu aku juga bercanda, kau selalu menjadi yeppeon hayoung bagiku" ucapnya panik

"Jinjja?"

"Ne,"

Sedihku harus hilang, dengan dopamin dari pujian yang baru saja Oppa lontarkan, aku tersenyum dengan senang, "gomawo oppa".

Revenge a.k.a Not a Romantic SongWhere stories live. Discover now