2. Soal Karina

107 13 5
                                    

"I've never expected to hear this kind of confession from YOU,"

Karina mengaduk teh leci di depannya. "Ya.... normal nggak sih kalo gue naksir dia? He's indeed a smart and confident guy, my kinda type," cengirnya.

Giselle mengangguk setuju. "Bener. Tapi the fact lo nggak pernah ngaku naksir sama orang sebelum dia bener bener deketin lo tuh? Aneh. He seems not really into love life thingy as I know, belum pernah liat atau denger kabar dia deket sama cewe,"

"Iya, that's why," Karina bergidik.

Selama kenal satu sama lain, Giselle hampir tidak pernah menemui fakta bahwa Karina mengaku menyukai seseorang yang belum pasti bisa digapainya. Selalu kisahnya adalah ia yang lebih dulu di approach oleh laki laki, dan Karina yang akan menyeleksinya dari atas hingga bawah, depan hingga belakangnya.

Giselle menutup laptop, meregangkan buku buku jari. "What's your next move then? Approach him in person?" tanyanya menatap Karina penuh sangsi.

"Nah I'm not doing anything, kan cuma naksir aja. Gue juga pengen denger dulu beberapa hal soal dia dari orang yang kenal dia," jelas Karina yakin.

"Yaudah gue call Yuda deh biar kasih lo pencerahan."

Karina menyatukan alis. "Siapa?"

"Yedaaam elah cowonya Ningning yang kata dia paling oke itu," tukas Giselle sambil mencari kontak yang ia maksud. 

"Oi dimana?" Giselle hanya mengatakan tiga sampai empat kalimat terhitung dengan sapaan di dalam telepon, ia menutupnya dan kembali melipat kedua tangannya di atas meja cafe.

"He'll be here in 15 minutes,"

Karina menggerakkan bola matanya salah tingkah. Membuat Giselle didepannya langsung tertawa geli. "Yedam you dumbass yang mau dateng Yedam bukan Heeseung," ledeknya.

Nggak ada yang salah, semua itu tergantung perspektif. Keduanya saling meledek hingga yang ditunggu datang. Iya, sang pasangan super toxic dan aneh, Yedam dan Ningning. Seperti biasa, mereka berdua datang dengan wajah super bete dan berjarak 1 meter satu sama lain.

"Berantem kenapa lagi kali ini?" tanya Karina. Sebenernya bukan pertanyaan sih, lebih ke sebuah penegasan.

Ningning lebih dulu duduk di samping Giselle sambil merapihkan rambut badainya. "Ah biasa lah bocah posesif ini ada aja yang disebelin, heran banget gue ngobrol sama temen dikit langsung gerah. Deeeeuh," omelnya, sambil melirik Yedam yang baru menarik kursi bulat untuknya duduk.

"Elah udah si yang masih aja bete," keluh Yedam, tangannya bergerak menyodorkan tisu untuk pacarnya itu.

Masih dengan amarahnya, Ningning menerima uluran tisu dari Yedam. "Ya lo mikiiiiir, gue ngobrolnya sama siapa?????" 

Karina tertawa. "Emang ngobrol sama siapa sih?"

"Sama Heeseung nyet, kating gue BEM. Literally gue udah eneg banget liat mukanya nyuruh koordinasi mulu, ni orang lagi ada gila gilanya cemburuin gue, super freak. Haaaaah gerah, mending lo pesenin gue Mango Tea deh yang," Omel Ningning, lagi. 

Yedam berdiri tanpa merespon, memesan minuman dan makanan. Memang tidak ada gunanya menanggapi omelan Ningning, wasting your energi ceunah Giselle mah.

Selagi Yedam memesan, Giselle iseng menyenggol Ningning setelah wanita itu me-mention nama yang sedari tadi ia bicarakan dengan Karina. "Apa lagi senggol senggol?" 

"Nih kating tua lo ini naksir deting," ledek Giselle. *deting : adik tingkat

"Buset yang bener? Deting mana, Kak?" tanya Yedam, ikut menimpali dengan  dua gelas mango tea di tangannya.

"Iya deh, nggak biasanya sama deting, kemaren kan abis sama kating, bukannya selera lo yang lebih tua kak?" tanya Ningning.

Karina menggaruk asal pelipisnya, "Nggaa bukan naksir yang gimana, cuma i found him attractive gitu. Berdasarkan apprarance sama tingkah dia yang selama ini gue tau aja. Makanya pengen nanya nanya dulu ke kalian yang lebih kenal kan sering sama dia," jelas Karina.

Yedam kaget, jujur ini pertama kalinya dia melihat Karina bercerita seterbuka ini soal laki laki, terutama di depannya. "Waduh, siapa nih kak coba spill dulu gua siap kasih informasi selengkap lengkapnya," katanya bersemangat.

"Setuju, siapa yang bikin princess ini berbunga bunga," 

"Hng.... Heeseung..." jawab Karina sambil membuang muka, enggan melihat reaksi ketiganya.

Ningning dan Yedam berpandangan, sama sama melipat bibirnya kedalam menahan tawa. "Kak, hahahahah jujur sebenernya gua ngga kaget sih soalnya ya emang banyak ya yang naksir dia, cuma kayak apa ye... gua anjiiiir gitu?? sumpah sorry banget tapi ini lucu banget dah, ya gak yang?" respon Yedam.

"Iya ih lucunya tuh karena si Heeseung ini nggak pernah keliatan punya cewe apa enggaaa soalnya temen temen cewe dia tuh banyaaak banget, not in a negative way ya bukan yang main cewe gitu cuma emang bener bener kita gatau dia tuh punya cewe apa engga karena semuanya ya keliatan kaya temen aja gitu." Jelas Ningning.

"Tuhkan, as I said, dia nggak keliatan tertarik buat love life thingy gitu." timpal Giselle.

"Yaudah at least dia nggak keliatan punya cewe kan?" Karina menaikkan alisnya.

"Ya engga sih, coba approach aja kak, dia baik kok orangnya. Cuma emang mungkin rada kaku aja, kadang obrolannya suka nggak nyambung sama anak anak kalo lagi nongkrong. Kalo sama lu nyambung nah berarti emang bisa lanjut tuh," cengir Yedam.

Ningning mengangguk setuju. "Nanti kalo lagi nongkrong gua singgung singgung soal lo deh, Kak. Siapa tau dia langsung kepikiran ditaksir lo," ledeknya.

Karina tertawa, "Hahaha thankyou I guess? Lebih pengen kenal dulu aja sih gue, takut sebenernya nggak cocok, kaya tadi kata Yedam kan dia orangnya agak kurang bisa nyambung," 

"Hmm, kalo kata gua sih kalian lumayan bakal nyambung ya. Soalnya dia suka ngobrolin hal hal secara serius gitu, bukan tipikal yang suka obrolan kacang tongkrongan yang becanda becanda gak jelas, lu kan juga gitu hehehehehe," tambah Yedam.

Mereka lanjut berbincang, Yedam dan Ningning yang menceritakan semua hal yang mereka tahu tentang kakak tingkatnya yang ramah tapi tertutup itu, Giselle yang membumbui, dan Karina yang semakin tersipu sipu.

Mereka sama sekali tidak sadar, Cafe bernama Kopi Fakultas itu juga memiliki julukan lain, yaitu "Tembok yang Mendengar". Semua orang tahu bahwa apapun yang pembicaraan yang ada di dalam Cafe itu, konon akan sampai pada telinga orang yang dimaksud. Pada kasus ini, fortunately, bukan tembok yang mendengar, melainkan Jake, sobat baik Heeseung, si barista magang.

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heesie | Heeseung x KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang