2nd

6 2 1
                                    

SCHOOL

Pagi ini seperti biasa Kana tengah berjalan menuju sekolahnya.

Dengan mengenakan seragam putih abu ditambah floral pettern cardigan kesayangannya, membuatnya tanpak cantik sayangnya sedikit ditutupi dengan kacamata tebal bulat miliknya. Tapi, ia tidak peduli tujuannya ke sekolah hanyalah belajar, itu saja.

Dasar gadis lugu.

.
.

"Assalamualaikum."

Suara itu mengisi seluruh ruangan kelas, tapi tak ada jawaban. Tentu saja, pasalnya semua orang belum datang sepagi ini.

Kana memutuskan untuk duduk dibangkunya, diujung sudut didekat meja guru.

Dia mengeluarkan buku kesayangannya, buku tempat ia menyalurkan berbagai hobinya. Dia mulai menjelajahi sketcbook itu, tepat pada halaman terakhir dia berhenti sejenak meratapi isi di dalamnya.

Comel .. Gumamnya tanpa ia sadari.

Dan lagi, halaman terakhir yang tampak kusam itu kembali mengingatkannya pada seseorang.

"Ah.. apa yang kulakukan."

Kana menepuk pelan pipinya, berupaya agar tidak kembali ke masa lalunya yang menyayat hati.

"Ngapain juga aku mengingat orang itu, huft."

Ia pun menutup buku itu dan menggantinya dengan buku pelajaran yang sedikit koyak, fisika. Pelajaran yang membosankan tapi tidak bagi Kana.

.

"Hai Kana."

Sapaan seseorang membuat Kana tersontak kaget, kenapa tidak. Akhir-akhir ini seseorang mulai menyapanya, entah apa maksudnya Kana tidak mengerti.

Tapi, Kana hanya menjawab sapaan itu dengan anggukan sembari sedikit melirik si penyapa, tidak lupa dengan wajah bingungnya.

Tumben Aditya- batin Kana.

Lalu Kana kembali ke aktivitasnya semula.

Laki- laki lugas itu berlalu setelah menyapa Kana dengan melemparkan seulas senyuman, walaupun tidak di sambut dengan baik oleh sang empuh. Adit paham betul gadis itu seperti apa, jadi dia memakluminya.

Dasar sepupu jauh- batin Adit.

Yap! Aditya adalah sepupunya Kana, tapi mereka tidak lah dekat bukan apa apa. Memang keluarga mereka sedikit ada cekcok, mungkin itu membuat mereka tidak terlalu dekat karena tidak sering bertemu.

Dan walaupun satu sekolah, baru kali ini mereka dipersatukan. Entah takdir apa membuat mereka sekarang satu kelas, tapi hal itu tidak membuat Kana tertarik sedikitpun. Bagi Kana itu sama saja, dan lagu tanpa rasa peduli.

.
.

Tanpa disadari ruangan itu riuh dipenuhi gelak tawa para insan dan bel pun berbunyi membuat kelas kembali hening, patuh sekali. Para guru mapel tanpak bergegas memasuki ruang kelas guna siap mengajari.

Tak terkecuali buk Ida guru Kimia yang akan segera masuk ke kelas Kana, XI MIPA 3. Setelah guru itu masuk pelajaran pun dimulai.

Hanya itu, proses belajar mengajar berlangsung seperti biasanya. Tidak ada yang istimewa di sekolah Kana, terkadang itu membuatnya merasa jenuh, membosankan.

Triing... Triing... Tring...

Bel berbunyi 3x pertanda kelas telah berakhir.

Waktunya pulang.

Pelajaran yang disampaikan oleh guru-gurunya telah berakhir dengan khitmat, seperti biasa Kana menyelesaikan semua urusannya dikelas itu dengan baik, sangat baik.

"Wisswisswiss." /Gaduh.

Seperti biasa setelah pulang para murid mulai mengerjakan kewajiban mereka. Ya, seperti piket kelas, nongkrong, dan bergosip.

Kana tidak yakin apakah dua terakhir yang disebutkannya adalah aktivitas wajib. Karna setiap kelas usai mereka pasti melakukannya, karna itulah Kana menyimpulkan.

Beberapa perempuan mulai bergosip, tanpa sengaja saat Kana hendak keluar kelas ia mendengar sedikit gosipan mereka.

"Guys kalian denger nggak."/semangat.

"Apaan?"/riuh.

"Apaan si digantung mulu, kesel gue."/kepo.

"Diam dulu napa, nanya mulu. Jadi guys gini.."/jadi kesel tapi tetap lanjut cerita.

"Besok tu.. ada murid baruu loo."/pd.

"Ih beneran?? Cowok apa cewek?."/semngat 2.

"Nah masalahnya itu dia gua nggak tau hhe."/senyum tanpa dosa.

"Yah gimana si, info kok stengah². Gak niat kepo lu ya."/ mulai panas.

"Ya gimana namanya juga kabar burung."

"Kabar burung kabar burung bapak lo."/dan masih berlanjut.

Murid baru di tengah semester? Secara logika mana mungkin, dasar gosip absurd. Mungkin itu yang ada dikepala Kana setelah mendengar gosip teman² sekelasnya tadi.

Dan lagi lagi gadis itu tampak tak peduli.
Sepertinya kata peduli mulai pudar di kamusnya, entahlah.

Gadis itu pun berlalu pulang dan kembali kerumah ntuk mengisi sisa hari dengan dunianya sendiri. Itu yang selalu ia lakukan, tak ada hal lain. Sehingga berhasil membuatnya lupa akan kenangan masa kecilnya, meski tak sepenuhnya.

.
.
.
Soon

Arkana "End"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang