4th

3 1 1
                                    

PE-MALU(?)

Hari ini bukan akhir pekan dan bukan lah tanggal merah, tapi Kana tengah bersantai di kamarnya sepagi ini. Bersiap siap tapi bukan sekolah tujuannya, jangan heran!

Tepat pada hari ini pemerintah mengadakan  pemilihan umum serentak di seluruh Indonesia, tak terkecuali tempat Kana berada. Di provinsinya, Jawa Barat. Karna itu sekolahnya diliburkan, pasalnya sekolahnya digunakan untuk pemilihan tersebut.

Karna umur Kana tahun ini telah memasuki usia syarat pemilu, yaitu 17 tahun. Dan baru baru ini ia telah memiliki Kartu Tanda Penduduknya sendiri, kali ini pemilu tahun ini tentu ia ikut berpatisipasi.

Kegiatan tersebut diadakan di Masjid dekat rumahnya Kana, tidak jauh tidak pula dekat. Kana pun pergi ke sana bersama temannya, Mia.

Mia adalah temannya semasa di Taman Kanak-kanak, mereka cukup dekat bisa dibilang teman karib!? Ya, itu terjadi setelah kepergian Arka.

Jika dibandingkan dengan Arka, ia adalah sahabat bermainnya dirumah. Karna Arka tidak satu sekolah dengan Kana semasa itu, dan juga tak lama Arka juga pindah sekolah lagi setelah kedekatan mereka.

Kana dan Mia menjalin pertemanan hingga saat ini, meski sekarang mereka juga tak di sekolah yang sama tapi pertemanan mereka masih dipertahankan. Walaupun jarang bertemu karna kesibukkan masing masing, tapi sesekali mereka menyempatkan waktu untuk bermain bersama.

Sedikit tentang teman sejawat Kana. Mia adalah gadis nan sama sekali berbeda dengan Kana, tak hanya penampilan tapi juga sifat mereka sangat keterbalikan bahkan tak satupun hobi mereka yang sama.

Tapi menariknya, perbedaan tersebut tak menghalangi jalinan pertemanan mereka. Jangan tanya kenapa mereka bisa berteman bahkan bisa bertahan sejauh ini, itulah takdir siapa sangka.

You don't know, neither do I

.
.

Kana telah selesai bersiap, mengenakkan hoodinya yang hangat dan longgar dan sekarang ia tengah menunggu temannya, Mia. Tak lama kemudian yang ditunggu tunggunya pun muncul juga batang hidungnya.

"Kanaa~~ yuk cuss." Sapanya yang sedikit berteriak.

"Maaf ya lama dikit hhe." Timpalnya sembari cengengesan.

Gadis itu siapa lagi kalo bukan Mia si ekstrovert.

Kana yang sedari tadi menunggunya sudah lama memaklumi jam karetnya Mia, biasalah nak gadis banyak gaya. Padahal cuma coblos jugak, dasar Mia.

Tak lama kemudian, akhirnya mereka sampai di tempat pemilu, sepagi ini ternyata sudah banyak yang ngantri giliran, antusias sekali orang ni.

Suasana yang tak diinginkan orang introvert seperti Kana mana tahan, rasanya sesak mau pulang saja. Tapi mereka terjebak di keramaian.

"Um.. Mia." Seraknya nyaris tak terdengar dengan raut muka tak nyaman.

Karna ramainya na'uzubillah, Mia berinisiatif mencari tempat duduk terlebih dahulu. Mia paham betul bagaimana sahabatnya yang satu ini disituasi seperti ini.

Tapi, tak jauh dari keberadaan mereka. Mata Kana menangkap sosok tak asing dipikirannya, ya! Bunda Arka beserta anak tunggalnya, Arka.

Bunda Arka tak salah melihat Kana, ia pun memanggil Kana dan menyuruhnya untuk segera duduk didekat mereka, kebetulan orang disamping bunda mendapat giliran. Tampa berfikir panjang Kana dan Mia pun segera duduk disana, takut keduluan orang lain pasalnya disana masih ramai.

"Makasih bund~." Itu Mia. Mewakili rasa terima kasinya dan dibalas senyuman oleh wanita paruh baya tersebut.

"Ayah mana bund~," Tanya Mia, ini anak emang nggak bisa diam.

"Udah duluan tadi." Dan percakapan pun berakhir seiiring kebisingan yang merajalela.

Duh.. gak enak, kok ganjel ya- itu batin Kana bersuara.

Kana yang belum betul mengetahui posisinya, mencoba untuk melirik ke sebelah kanannya.

/deg.
/nafasnya sejenak terhenti.

What!? Sepertinya Kana salah memilih tempat duduk, buktinya sekarang jantungnya malah melaju lebih kencang, padahal dia hanya duduk. Ya! Duduk di samping Arka. Kana pun berusaha agar terlihat biasa saja. Tiba-tiba suara berat itupun menyapa telinga Kana.

"Kana, ayah dan ibu Kana mana? Udah coblos?." Tanya Arka.

Tapi sedikit samar karna keramaian. Merasa terpanggil Kanapun menoleh ke arah Arka dan sedikit mendongak, menyadari kalau Arka sedang bertanya kepadanya terlihat saat Arka menatapnya.

Karna tatapan Arka, Kana merasa sedikit salting. Alhasil, Kana pun kembali menarik wajanya dan menjawab asal.

"Ah mungkin." Jawabnya singkat.

Jujur saja dalam kebisingan ini ditambah kelinglungan Kana, membuatnya salah tanggap. Padahal ia sangat ingin mengobrol dengan Arka, banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan tapi tak bisa ia lontarkan.
Mungkin ini bukan waktu yang tepat.

Mendengar jawaban Kana yang samar-samar Arka pun hanya menoleh kebingungan sambil manggut manggut.

"Nomor 130, 131, 132, 133 dan 134, silahkan memasuki ruangan pencoblosan." Suara spekearnya melengking.

Nomor antrian bunda dan Arka terpanggil. Waktu giliran Arka dan ibundanya untuk mencoblos, merek pun pamit duluan. Saat itupun Mia menyenggol lengan Kana.

"Kana, kok ngejawab Arka kayak gitu, Arka nanya ini kamu jawab itu. Gak nyambung banget sih."

Mia sebagai saksi bisu pun hanya terkekeh setelah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada kedua insan tersebut.

"Ha? Seriusan? Tapi perasaan udah benar kok jawabnya."

Kana yang bingung pun, akhirnya menyadarinya. Seketika itu ia menyesal sekaligus malu karna untuk pertama kali ia berbicara kepada Arka, malah salah begini. Rasanya Kana ingin menghilang saja.

Ingin rasanya memutar waktu dan kembali menjawab pertanyaan Arka dan memberi kesan pertama yang wah. Tapi naas, bagaimana lagi salahkan kebisingan dan dirinya yang terlalu gugup.

.

Entah ia sadari, ia tampak berubah. Semenjak bertemu mata dengan Arka, ia tak hentinya memikirkan berbagai kemungkinan, alias ngehalu.

Apakah kebahagiannya yang lama hilang telah kembali!?

Mungkin inilah saatnya bagi Kana.

Kana come on, get out of zona nyamanmu!

.
.
.

Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arkana "End"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang