prolog : Perjanjian

7 2 0
                                    

“AGH!”

“BERHENTI! KU MOHO- AHH!” teriakan kesakitan itu tak sekalipun di dengarkan oleh mereka, mereka terus mencambuk tubuh kurus yang penuh luka itu tanpa ampun, mereka benar-benar memperlakukannya layaknya binatang.

“sekarang giliranku” pria tua itu menyeringai sembari mengambil alih cambuk dari tangan pria tua satunya lalu ia memasukkan penis besarnya kedalam lubang sempit yang penuh darah tersebut.

“AKH- ku mohon hentikan..” tenggorokannya sakit, seluruh tubuhnya sakit dan lemas, ia bahkan tak memiliki tenaga untuk sekedar mengeluarkan suara.

“diam lah bocah!”

lagi, tubuhnya lagi-lagi dicambuk. punggungnya terasa panas dan kebas. darah segar mengalir dari punggung ramping itu. ia hanya bisa terdiam dan menangis, untuk mengeluarkan teriakan saja sudah tak bisa. tenggorokannya terlalu sakit, tubuhnya lemas dan sakit.

ia lelah diperlakukan seperti ini setiap hari, ia hanya berharap bisa hidup bebas dan tenang tanpa adanya siksaan seperti ini.

pandangannya mulai mengabur, lalu setelahnya, gelap. Taeyong kehilangan kesadaran.






Taeyong membuka matanya perlahan, kepalanya terasa sangat berat.

ia memejamkan matanya sebentar untuk menetralisir sakit yang menerjang kepalanya dan tubuhnya yang terasa sangat sakit.

Taeyong bangkit dari posisi tidurnya, mengambil pisau yang berada diatas nakas samping ranjangnya.

ia lelah, ia lelah dijadikan budak seks setiap harinya, tubuhnya diperjual belikan dan disiksa setiap hari.

ia telah memutuskannya, ia takkan ragu lagi. ia ingin siksaannya berhenti sampai disini.

Taeyong mengarahkan pisau itu tepat di nadinya, mengirisnya perlahan sehingga darah segar keluar dari pergelangan tangannya.

“je veux faire un pacte avec toi, viens” lalu setelahnya, Taeyong kembali tak sadarkan diri.

Taeyong terbangun dengan keringat yang mengalir deras dari dahinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taeyong terbangun dengan keringat yang mengalir deras dari dahinya. ia melihat sekelilingnya, gelap. tak ada cahaya satupun disekelilingnya, hanya ada kegelapan yang menyelimutinya.

“kau memanggilku, apa kau ingin melakukan sebuah perjanjian, Taeyong?” sebuah suara membisikinya tepat ditelinganya.

“ya, aku ingin membalas dendam pada orang-orang yang telah menindasku dan memperlakukanku dengan hina! aku ingin mereka merasakan siksaan yang sama sepertiku!” tanpa ragu Taeyong menjawab, suaranya menggema didalam kegelapan tersebut.

ia mendengar kekehan, kekehan menyeramkan yang bisa membuat siapa saja berlari ketakutan, tapi tidak untuk Taeyong.

“jiwa mu sebagai bayarannya, bagaimana?” suara itu kembali terdengar, Taeyong mengangguk tanpa ragu sebagai jawaban.

“tak ada keraguan, ya? haha, jiwa mu yang penuh akan kebencian adalah makanan yang ku inginkan, Taeyong”

“ambillah jiwa ku jika seluruh dendam ku telah terbalaskan” Taeyong tak ingin merasa ragu lagi, ia akan membalaskan dendamnya dan memberikan jiwanya pada iblis yang akan mengabdi kepadanya.

“Taeyong, Taeyong, Taeyong. apa kau percaya kepada Tuhan, Lee Taeyong?”

Taeyong tersenyum kecil mendengar pertanyaannya, pertanyaan yang lucu pikirnya.

“apa kau pikir aku akan menjual jiwa ku pada iblis seperti mu jika aku percaya bahwa Tuhan itu ada?”

“bravo, jawaban yang mengesankan! jadi apa yang harus ku lakukan untukmu, Lee Taeyong?”

“jadilah pelayan setia ku, mengabdikan diri mu untukku dan jagalah tubuh ini sampai hari itu tiba”

The AbyssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang