1

7 0 0
                                    





Lara membuka matanya paksa. Sebab guncangan hebat dan suara sirine dari ambulan dan mobil polisi yang menjadi satu. Lara tengah memahami keadaan sekitar tiba tiba tubuhnya diangkat bude Darmi.

Rumahnya dikelilingi orang orang berseragam, berlalu lalang, saling menghubungi, mencatat sesuatu, adapula yang bertanya pada tetangga tetangga nya.

Lara tidak mengerti apa yang terjadi, kemudian ia melihat tubuh ibunya digotong diatas tandu, hanya dengan ditutupi selimut coklat yang biasa ia pakai tidur berdua bersama ibunya. Namun kali ini, ibunya berlumuran darah. Menutup matanya rapat, dan beberapa lebam di sekitar mukanya.

Tubuhnya tiba tiba berontak lepas dari cekalan bude Darmi. Merengek ingin bertanya pada ibunya apa yang terjadi, namun tak cukup kuat untuk berlari kesana.

" Bude, Ibuk kenapa ? Kenapa dibawa bawa. Lara mau ikut sama ibuk ! "

Teriaknya histeris, membuat semua orang disana terdiam seketika. Menatap naas gadis kecil berusia 7 tahun dengan rambut yang berantakan.

" Nduk, Ibuk sudah ndak ada "

" Kenapa ibuk ngga ada ? Mau dibawa kemana ? Kenapa ibuk berdarah darah ? "

Semua pertanyaanya tak ada yang terjawab. Dadanya terasa sesak, ketakutan memenuhi dirinya, hingga dirinya terseret seret hingga masuk ke dalam mobil.

Lara menangis tanpa suara, bude Darmi keluar dari mobil dan membiarkan Lara sendirian. Tangan mungilnya menggedor gedor kaca mobil berharap ada orang yang bisa menjelaskan semua yang terjadi.

Lara takut sendirian, Lara tidak suka gelap, Lara tidak suka berada di antara orang tak di kenal. Lara mau bersama ibunya saja, ia tidak mau sendirian.

Bagaimana cara membuka ini ?

" Lara mau keluar ! Lara sesak sekali "

Lara terus mengucap berulang kali kata kata itu. Menggedor gedor kaca mobil dengan lemah.

Semakin banyak orang berlalu lalang di luar mobil. Pandanganya semakin buram karena terasa panas dan sesak. Kepalanya berdenyut sakit, sampai seseorang membuka salah satu pintu mobil dan membuat hawa dingin menemui kulit coklat dekil milik Lara.

Badanya terhuyung lemas, sebuah tangan menggapainya. Membelai kepalanya penuh cinta,-apakah itu bude Darmi ?


Lara nggak mau sendiri
























***




Ini hari kedua Lara bungkam. Hanya duduk di matras ruang rehabilitasi kepolisian pusat. Menatap dengan pandangan kosong ke arah jendela. Mendadak ketakutan jika seseorang datang mendekat, dan berteriak histeris jika seseorang memaksa untuk menyentuhnya.

Bude Darmi adalah tetangga yang mengasuhnya dari kecil pun tak dapat berkomunikasi dengan Lara.
Gadis kecil itu seperti namanya, penuh Lara.

Sering kali Lara mendengar berita simpang siur tentang ibunya, mereka mengatakan ibunya adalah seorang pelacur. Lara tidak tau arti pelacur.
Otaknya memproses, setiap orang orang itu mengatakan bahwa ibunya sering membawa pelanggan silih berganti ke rumahnya.

Selama ini Lara tau ibunya adalah seorang dokter yang mengobati pasienya di rumah. Tentu saja pasien datang berganti ganti bukan ?

Ibunya tak perna berbicara lebih banyak dari pada Lara. Hubungan mereka buruk, Ibunya sering kali membentak, berlaku kasar, memukul, memaki dan mengeluarkan kata kata tidak pantas pada Lara.

KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang