03. CALVIN - KENAPA?

6 0 0
                                    

Warning : Mengandung kata - kata makian. Diharapkan bagi pembaca untuk bijak!

Waktu terus berjalan. Siang menjadi petang dan kini waktunya untuk beristirahat dari penatnya kegiatan sekolah. Tetapi, sepertinya si Sanjaya tidak ingin beristirahat seperti kebanyakan orang. Hari ini selepas pulang sekolah, Calvin rencananya akan pergi bermain dengan teman - temannya. Mereka akan berkumpul di sebuah rumah, katanya sih ingin *mabar. Karena hal itu juga, Calvin berusaha membujuk Jevon agar merelakan waktu bermain ponselnya tadi pagi sebelum berangkat sekolah. Jevon tentu saja menolak, tapi saat mengingat dia bisa meminjam ponsel kakaknya yang lain sejenak, maka pemuda itu mengiyakan. Sebenarnya lebih ke malas bertengkar di pagi hari hanya karena benda pipih tidak bernyawa itu.

*mabar : main bareng. Biasanya dilakukan oleh sekelompok orang. Permainan yang dimainkan bisa permainan online atau offline, tergantung keinginan kelompok tersebut.

Sesuai rencana setelah sepulang sekolah, sebelum ke rumah temannya Calvin menyempatkan diri untuk mengganti baju seragamnya dulu. Jika rusak atau kotor itu akan merepotkan, karena dia tidak punya seragam lain. Pemuda itu bahkan menyempatkan untuk mandi dulu. Jevon yang satu kamar dengan Calvin bahkan agak kaget melihat kakaknya yang begitu bersemangat padahal hanya di ajak main saja. Tapi, pemuda itu memilih tidak peduli dan fokus membaca buku paket yang dia pinjam dari perpustakaan.

Setelah bersiap - siap, Calvin yang sudah rapi dan wangi keluar dari kamarnya dengan Jevon. Pemuda itu memakai kaus putih polos yang kelihatan masih baru -- hadiah ulang tahun dari Mateo yang baru dia pakai -- dan celana jeans panjang. Dia tampak begitu sumringah sambil memegang ponselnya.

" Kakak, mau kemana? " Baru saja mau membuka pintu suara si adik bungsu yang sedang mengusak matanya menarik perhatian Calvin. Larissa datang menghampirinya dengan wajah bantal sehabis bangun tidurnya. Calvin mendadak jadi ingat. Dia sudah tahu tentang Galen dan adiknya, dan bagaimana kakak tertua mereka, Mateo, membawa pulang adiknya lebih dulu tadi. " Kak? "

Calvin menggelengkan kepalanya, dia ingin fokus dulu dengan rencananya saat ini. " Mau ketemu temen. " Mendengarnya Larissa mengangguk tanda mengerti. Pantas saja kakaknya itu terlihat begitu senang, dia diajak bermain ternyata. Hanya, sesederhana itu untuk membuat Calvin tersenyum lebar seperti ini.

" Yaudah, kakak hati - hati ya. Semoga menyenangkan. "

Selepas kalimat penuh antusias itu suara klakson motor terdengar dari luar rumah keluarga Sanjaya. Senyuman Calvin jadi lebih cerah lagi, pemuda itu langsung mengusak rambut Larissa dengan cepat lalu dengan setengah berlari langsung keluar dari rumah. Tampak, sebuah motor ninja berwarna hitam berhenti di depan rumah mereka. Diatasnya ada Lucian -- teman Calvin -- yang melambaikan tangan padanya.

" Anjing, wangi banget nih anak. Mau ketemu siapa lo? *Cemceman lo ya? " Setelah Calvin mendekat Lucian langsung saja bertanya dengan nada mengejek. Pemuda itu tampak tertawa kecil melihat Calvin yang membalas ucapannya dengan gelengan dengan ucapan 'tidak' berkali - kali dan tawa kecil. " Udah, buruan naik! Arran udah nungguin. "

*cemceman : sederhananya seperti gebetan

Tanpa babibu, Calvin kemudian langsung naik ke jok belakang motor milik Lucian. Lalu, kuda besi itu melaju meninggalkan rumah milik keluarga Sanjaya. Angin sepoi - sepoi menerpa wajah cerah Calvin. Pemuda itu masih terlihat kesenangan, apalagi saat melihat motor milik Lucian. Tak munafik, dia juga ingin memiliki si kuda besi. Tapi, mungkin saat ini belum waktunya.

CANDALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang