8.

258 35 4
                                    

Mereka makan malam di ruang tengah sembari mengobrol dan menonton ulang salah satu serial Netflix kesukaan Zarina. Setelah selesai seperti biasanya Reylan yang bangkit lebih dulu memberesi piring-piring kotor, diangkatnya ke dapur. Tak lama Zarina mengikuti hanya untuk berdiri diam memperhatikan Reylan mencuci perlengkapan bekas makan mereka. Selalu seperti itu, Reylan yang akan melakukan apa pun saat bersama Zarina.

Tangan masih sibuk telaten mencuci, kepala Reylan berpaling, bibir sontak menyunggingkan senyum melihat Zarina dengan pandangan mata sangat fokus ke kegiatan mencucinya.

"Tadi kemana aja sama Bunda?" tanya Reylan sembarang mengisi kekosongan.

Zarina tidak langsung menjawab, berkedip tersadar dari lamunan. "Emm, makan ayam goreng di restoran favorit Tante, jajan es boba kesukaan Tante, jalan-jalan di taman kota sama belanja di toko langganan Tante. Hal-hal yang gak bisa Tante lakuin bareng anak cowok karena cuman bakal ngeluh capek."

"Kurasa itu kata-kata yang persis sama Bunda bilang buat satu-satunya anak cowoknya," balas Reylan sangat hafal bagaimana reaksi Bunda setiap kali habis jalan-jalan sendiri karena ia jarang mau menemani.

Tanpa diperkirakan tiba-tiba Reylan mendaratkan satu kecupan ringan di dahi Zarina yang sontak membuat wanita itu melongo menempelkan telapak tangan di bekas bibir Reylan.

"Makasih udah nemenin Bunda hari ini. Bunda pasti bakal bosan banget nunggu aku sama Ayah selesai meeting."

Raut wajah Zarina berubah ceria, senyumnya terulas tulus. "Sama-sama, aku juga seneng kok jalan-jalan sama tante Wanda. Udah tiga bulan kayaknya enggak ketemu Tante."

Memang semenjak bisnis clothing line dijalankan oleh Reylan, om Chandra dan tante Wanda memutuskan untuk membeli rumah di desa meninggalkan Reylan menempati rumah mereka di kota sendirian. Pensiun dini begitu yang sering om Chandra katakan kepadanya. Namun Zarina tahu beberapa kali om Chandra masih sering berkunjung ke workshop, memantau dan membimbing Reylan.

Zarina ikut mencuci tangan saat akhirnya Reylan selesai mencuci piring. "Ngomong-ngomong kenapa harus meeting sama om Chandra?" lanjut Zarina balik bertanya.

"Rencana Ayah enam bulan lagi mau buka cabang toko."

"Sungguh?" seru Zarina kagum. "Selamat, Rey!"

"Baru mau, Za," bantah Reylan.

"Pasti berhasil." Zarina mengepalkan jemari tangan tetap bersemangat.

Respon Reylan hanya mengangguk-anggukan kepala mengiakan. Optimisme Zarina satu hal yang disukainya.

Beberapa saat mereka saling tatap, ketika Reylan hendak membuka mulut Zarina cepat menyela. "Nginep sini yaa...." Zarina ragu-ragu melanjutkan, nada bicaranya terburu-buru. "Em temenin aku nonton Bird Box. Kata Clara bagus, tapi agak horor jadi aku gak berani kalau nonton sendiri. Tapi aku penasaran pengin nonton." Ada sedikit nada merengak dalam sura Zarina diakhir kalimat.

Merasa gemas akan sikap kikuk Zarina yang tidak biasa, Reylan terkekeh spontan tangan mengacak lembut kepala wanita itu. Bukankah sudah biasa ia menginap di apartemen Zarina. Bahkan tanpa Zarina perlu membuat alasan atau ia yang meminta untuk tinggal. Kebiasaan mereka tidur bersama satu ranjang bukan hal yang membuat canggung lagi karena mereka memang sudah berbagi ranjang sejak kanak-kanak.

"Oke, Za, aku temenin. Tadi aku juga mau bilang pengin nginep sini aja. Kalau pulang ke rumah juga nanggung udah jam sembilan lebih."

Merasa senang karena Reylan tinggal, bergerak sigap Zarina berbalik hendak menuju kamar. "Buat kamu tidur kayaknya celana pendek sama kaos putih masih ada."

Only Yours ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang