13. Siapa?

1.4K 207 10
                                    

Cuma fiksi
Update semaunya
Typo bertebaran

"Tidak perlu berlebihan, sedikit saja dan asalkan tulus pasti akan menciptakan kebahagiaan."

_Roxy Aurelian_

happy reading

Zian langsung menubruk tubuh Roxy saat sampai di kamar rawatnya, tangisnya pecah begitu saja. Roxy menatap sendu lalu mulai mengelus punggung Zian guna memenangkan, senyuman miris ia tampilkan saat melihat siapa saja yang datang untuk menjenguknya.

"Kenapa?" bisik Joan pada Sandra.

"Biasa." singkat gadis itu yang dibalas anggukan oleh Joan.

Membiarkan Zian tetap dalam posisinya, Sandra dan kedua temannya memilih langsung duduk di sofa yang ada di kamar tersebut. Sedangkan Joan meletakkan buah dan camilan yang di bawa kedua teman Sandra diatas nakas di samping brangkar Roxy.

Roxy melepaskan pelukan Zian saat melihat tangan anak itu yang dililit perban, matanya menatap serius pada Zian.

"Perbuatan Deo?" pertanyaan Roxy to the point yang dibalas anggukan oleh Zian.

"Deo sengaja nabrak aku, bakso yang baru aku beli jatuh dan kuahnya kena tanganku dan kaki Deo." lirih Zian sambil menundukkan wajahnya.

"Kamu cari perhatian lagi sama dia?" tanya Roxy lagi, kali ini tatapannya terlihat begitu tajam.

Zian menggeleng, Roxy menatapnya dengan tajam. Ia tidak suka dengan tatapan itu, karena Zian merasa tidak melakukan kesalahan apapun.

"Jawab Zian." lanjut Roxy dengan nada dingin.

"Gak Roxy, Zian gak cari perhatian. Deo yang selalu cari gara-gara saat kamu gak ada, dia sengaja supaya  Weez dan teman-temannya menyalahkan Zian." anak itu hanya bisa menunduk saat Sandra memberikan penjelasan.

Roxy menghela nafas panjang, baru seminggu ia tidak sekolah keadaan bocah di depannya sudah sangat kacau. Ia melihat kearah Joan, tatapannya mengisyaratkan sesuatu yang dibalas anggukan oleh kakak bohongan itu.

"Sakit banget ya?" tanya Roxy membuat Zian mengangkat wajahnya, anak itu mengangguk dengan air mata yang kembali jatuh.

"Luka disini, apa masih bisa sembuh kalau aku obati." Roxy menunjuk dada Zian dengan jari telunjuknya.

Semua orang di ruangan tersebut seperti kehilangan oksigen, begitu sesak hanya karena perkataan Roxy saja. Mereka tahu siapa yang membuat luka, dan saling bertanya-tanya kenapa Roxy yang harus menyembuhkan sakit di hati Zian akibat perilaku kakak dan teman-temannya.

"Roxy gak perlu obati luka dihati Zian, asalkan Roxy selalu ada dan mendukung Zian itu aja cukup." lirih Zian, Roxy nampak berpikir.

"Cukup untuk apa, mental kamu tidak akan bisa bertahan dengan luka yang terus menerus dibuat mereka. Sekali-kali egois itu diperlukan Zian, jangan hanya menerima apa yang mereka berikan." ujar Roxy yang diangguki semuanya.

Zian kembali menunduk, memilin ujung pakaian rumah sakit Roxy. Dengan sedikit kasar Roxy kembali mengangkat wajahnya dan menatapnya dengan sangat tajam.

"Jangan menundukkan kepalamu, bukankah aku pernah bilang untuk tidak bersikap lemah. Apa perlu aku hancur mereka semua sekarang hah, aku benar-benar tidak tahan melihatnya." ujar Roxy geram.

PERUSAK ALURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang