01

127 12 5
                                    

Chapter 1: Niat Baik

•••


Jujur saja Daru sedikit penasaran dengan siapa yang bertamu ke rumahnya, hingga sang ibu menahan dirinya untuk tidak keluar dari kamar. Dan itu semakin membuat Daru penasaran. Tapi tidak lama setelah itu sang ibu memintanya turun karena sang romo memintanya untuk turun ke ruang tamu.

Daru berjalan dengan perasaan berdebar, jantungnya bergemuruh. Entahlah ini perasaan yang aneh menurut Daru seperti ada sesuatu yang mengganjal saat Ibu memintanya turun. Sesampainya di ruang tamu, jantung Daru seakan berhenti sejenak.

Daru hanya bisa menyembunyikan keterkejutannya melihat kakak tingkatnya yang bertahun-tahun tidak pernah ia lihat lagi setelah kelulusan sang kakak tingkat dan tiba-tiba kakak tingkatnya sekarang duduk di ruang tamu rumahnya.

Pandangan mereka bertemu membuat Daru menurunkan pandangannya karena tidak bisa berlama-lama menatap sorot mata mirip serigala sang lawan pandangan.

"Buah hati romo sudah datang. Sini sayang." Daru duduk di sebelah romonya.

Romo dari si tunggal Barata itu menggenggam tangan buah hatinya dengan erat. "Anak romo," Panggil romo dengan lembut.

"Romo tidak ingin berbelit-belit, Daru kenal nak Jana?" Daru mengangguk. "Kedatangan nak Jana kemari ingin meminang Daru, ibu dan romo tidak ingin memaksa. Semua keputusan ada pada Daru."

Daru tidak bisa lagi menyembunyikan keterkejutannya. Apa tadi? Meminangnya? Demi coca-cola minuman favoritnya! Daru terkejut bukan main, dalam hatinya ia bertanya-tanya bagaimana bisa kakak tingkat yang dulunya tak saling mengenal dalam artian dekat seperti hubungan pertemanan tapi hanya mengetahui sebatas nama, bahkan bertegur sapa saja tidak pernah. Sekarang ada di depannya dengan niat ingin meminangnya, sungguh di luar pemikiran Daru.

"Daru, romo tinggal dulu sebentar. Daru bicara dulu dengan nak Jana, nggih?" Romo menatap Jana sekilas seakan memberitahu Jana agar menjelaskan niat baiknya pada Daru.

Daru menganggukkan kepalanya. Dan berucap, "Nggih, romo."

Setelah romo pergi, keduanya diselimuti kecanggungan. Hanya saling melirik satu sama lain tanpa adanya suara yang menginterupsi keduanya.

"Handaru.." Daru menatap Jana dengan pandangan bertanya.

Jana menghembuskan napas perlahan. "Jika kamu beranggapan saya hanya main-main kamu salah. Saya serius untuk meminang kamu."

Mata mirip serigala itu menunjukan kesungguhan yang membuat Daru bimbang.

Ini pertama kalinya untuk seorang Handaru Barata. Mendapatkan hal serius seperti ini. Tidak tanggung-tanggung karena langsung menghadap orang tuanya, seorang diri pula tanpa didampingi wali atau orang tua.

Mata indah milik si Barata menatap pria berbahu lebar yang berada di seberangnya dengan serius. Daru ingin tahu lebih banyak tentang Jana yang dengan berani datang ke rumah dan berniat meminangnya.

"Saya suka kamu, Handaru. Saya cinta kamu." Pria dengan bahu lebar menatap manik indah Daru tak kalah serius.

"Kamu bisa sebut saya pengecut, saya cinta kamu sudah sangat lama. Tapi, saya baru berani menghadap kamu hari ini."

Entah berapa kali Daru terkejut, semuanya sangat tiba-tiba.

"Mas Jana.." Ribuan kupu-kupu seperti hinggap di perut Jana, menggelitik namun menyenangkan.

"Ini sangat tiba-tiba. Namun, bisa beri saya alasan yang bisa membuat saya percaya pada mas Jana? Mungkin.. Dengan alasan itu saya bisa mempertimbangkan pinangan mas Jana."

GarwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang