bab 1. awal

18 3 0
                                    

Adakah manusia yang mau cintanya terhalang oleh tembok besar? Mungkin tidak ada, begitupula dengan dua remaja SMA yang berbeda, si cewek hamba Allah, dan si cowok anak Tuhan.

Seperti minyak dan air, mereka tidak dapat bersatu. Namun, jika ada sabun, tak mustahil lagi jika mereka semua menjadi satu dalam wadah.

"Aku mau ke gereja dulu ya, udah jam 7 kamu juga jangan lupa shalat ya," ucap seorang laki-laki bertubuh jangkung, yang diketahui bernama Dhananjaya Farensa Devananta, anak tunggal dari pemilik perusahaan terbesar di Jakarta.

"Siap kapten," ujar gadis cantik seraya berhormat kepada laki-laki di hadapannya,

"Pinter, Zura," lanjut Faren sembari mengacak gemas pucuk kepala gadisnya itu,

"Yaudah sana berangkat, tar telat lohh," ucap Azzura disertai senyum manisnya. Ya, gadis cantik itu adalah Queen Azzura Atreya, anak dari pasangan Lira dan Bayu.

Azzura dan Farensa sudah dari kecil bersahabat, puluhan purnama mereka lalui bersama. Tak jarang juga Azzura main, bahkan menginap dirumah Faren, dan tidur bersama Bunda Mira agar beliau tidak kesepian saat suaminya ke luar kota.

__________________________________________

Hari ini adalah hari sabtu, sekolah sekolah pun libur, namun tak jarang juga yang masih masuk.

Azzura kini tengah menyabut rumput yang ada di sekitar rumahnya, tetapi tiba-tiba langit menjadi gelap, pertanda tangisan alam akan turun, suara gemuruh petir sudah mulai terdengar, sontak Azzura pun panik. Dibalik sifatnya yang tomboy, ia sangat takut dengan hujan, apalagi petir. Ia memiliki trauma tentang hujan.

Dahulu, Azzura pernah pergi mandi hujan bersama kakak laki-lakinya, Satria. Di taman dekat rumah mereka. Tiba-tiba, tanpa ada aba aba satu pun, kilat menyambar tubuh Satria dan menyebabkan ia menghembuskan nafas terakhir nya.

Sebelum Satria meninggal, ia berpesan kepada Azzura, "adek harus bahagia ya," kemudian matanya pun tertutup rapat dan ia pun meninggal dalam keadaan tersenyum.

Azzura sangat merasa kehilangan sosok abang yang sangat ia sayangi, itulah sebabnya Azzura trauma akan hujan dan petir.

"Mamaaa, Zura takut," ucapnya sembari berlari menghampiri mamahnya.

"Ehh Zura sayang, gapapa kok, itu cuman petir," tutur Lira menenangkan Azzura seraya mengusap lembut punggung anaknya itu,

Zura menangis tersedu sedu di pelukan Lira, rasa trauma itu melekat di diri Azzura. Padahal kejadian tersebut sudah 10 tahun yang lalu, tetapi masih terbayang dipikiran nya.

_____________________________________

"Aduh, ujan lagi. Azzura gimana yaa, mamah Lira di rumah ga ya," ucap Faren gelisah, memikirkan gadisnya yang sangat takut dengan hujan,

Pria tampan itu merogoh saku celana dan mengambil benda pipih miliknya. Ia pun membuka aplikasi berlogo telepon dan mencari nomor Azzura lalu menelfon nya.

'Tut, tut, tut, nomor yang Anda tuju, tidak dapat dihubungi'

"Aagghh," teriak Faren mengacak rambutnya frustasi, ia pun memutuskan untuk pulang kerumah Azzura untuk mengecek keadaan gadisnya itu.

Faren berlari keluar dari gereja dan menaiki motor kesayangannya, Jupri. Jupri adalah hadiah dari kakek karena Faren mau mencari rumput untuk sapi sapi miliknya.

Tanpa pikir panjang, Faren pun mengendarai Jupri dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang basah akibat hujan.

______________________________________

Setelah sampai dirumah Azzura, Faren langsung masuk ke dalam, karena saking dekatnya ia dengan Azzura dan keluarga nya,

Ia pun menemui Azzura yang sedang memeluk boneka sapi pemberian Faren beberapa tahun lalu,

"Heii," ucap laki laki dengan raut wajah khawatir nya,

"Faren, takut." kata Azzura kemudian menenggelamkan wajahnya di dada bidang laki-laki itu.

"Udah, udah. Aku disini, jangan nangis lagi, masa queen nya Xyzira nangis siii," ujar Faren berusaha menenangkan sekaligus menghibur gadisnya.

Kini posisi Faren dan Azzura tengah berpelukan, Faren membiarkan Azzura menumpahkan air mata di dadanya yang terbalut kaos hitam polos.

Lira pun berjalan dari dapur menuju ruang keluarga, dimana Faren dan Azzura tengah berpelukan,

"Minum dulu yok sayang, tenangin diri kamu," tutur Lira lembut,

Faren pun perlahan melepas pelukan Azzura, dan Azzura pun mengambil teh buatan Lira kemudian meminumnya.

"Gimana ya Ren, mamah jadi khawatir sama Zura, kalo mamah lagi ngga dirumah terus tiba-tiba ujan," ucap Lira resah.

"Tenang aja mah, Faren bakal terus jagain Zura, apapun keadaannya,"

"Makasih ya nak," ucap Lira sedikit lebih tenang.

Tak lama kemudian Azzura pun terlelap di pelukan Faren, mungkin karena sudah lelah menangis. Dengan sigap, Faren langsung menggendong Azzura ala bridal style menuju kamar dan menurunkan nya di king size milik gadis tersebut.

_____________________________________

Beberapa saat kemudian, hujan pun berhenti, Faren langsung berpamitan kepada Lira untuk pulang. Jarak rumahnya dan rumah Azzura kurang lebih hanya 5 meter, jadi tak jarang jika mereka mengobrol di balkon kamar masing-masing.

Antara Tasbih dan Kalung SalibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang