Suasana pagi di rumah Radhit sedikit berbeda setelah kedatangan Ayra, Dina tak lagi sibuk menyiapkan sarapan untuk anak anak nya seorang diri. Sedikit banyak Ayra bisa membantu Dina di dapur.Seperti pagi ini, Ayra sedang menata piring di meja makan lengkap dengan segelas susu untuk masing masing orang.
" Pagi Ay, wah rajin banget nih udah bantuin mama di dapur" ucap Rangga yang baru saja keluar dari kamarnya.
Ia sudah rapi dengan setelan jas andalannya.Ayra tersenyum menanggapi perkataan Rangga.
" Pagi Kak, mau sarapan sekarang? Aku ambilin ya" Ayra menyendokkan beberapa sendok nasi goreng di piring Rangga.
" Makasih ya Ay, bener bener udah cocok jadi istri idaman. Iya kan ma?" Goda Rangga.
" Istri idaman? Pacar aja masih Gonta ganti mau punya istri" sindir Dina.
" Ya kalau istri nya kaya Ayra,.aku tobat lah ma heheh"
" Udah udah makan. Radhit mana kok belum turun?" Tanya Dina yang belum melihat Radhit.
" Tuh" Rangga menunjuk Radhit dengan sendok ditangan nya.
Radhit baru saja turun dan sudah siap dengan tas ranselnya. Ia akan pergi ke kampus.
Seperti biasa mereka selalu sarapan bersama sebelum menjalankan aktivitas nya masing masing. Hanya saja kali ini ada Ayra di tengah keluarga kecil mereka.
" Dhit ajak Ayra bareng berangkat nya" pinta Dina.
Radhit sudah bersiap untuk berangkat.
" Nggak bisa ma. Radhit ada urusan lain dulu"
" Ehm...nggak papa Tan, aku naik bis aja" Ayra tidak ingin merepotkan Radhit.
" Ngapain naik bis sih kalau kamu bisa bareng Radhit?"
" Tapi tadi Radhit bilang mau ada urusan dulu Tan"
Ayra paham dan mengerti Radhit tidak mau pergi bersama nya.
" Udah biarin aja ma. Biar sama Rangga aja, nanti Ayra biar Rangga yang anterin. Naik mobil, enak nggak kepanasan" Rangga menyela.
Mendengar itu Radhit terpaksa mengizinkan Ayra ikut dengannya.
Karena Radhit tidak percaya dengan Rangga.Setelah berpamitan dengan Dina Radhit dan Ayra pun berangkat menuju ke kampus.
Sudah lama rasanya Ayra tidak naik motor dijalanan ibu kota. Selama di Kalimantan Ayra lebih sering pergi ke pedalaman untuk menemani mamanya yang kadang harus pergi ke pelosok pelosok untuk mengobati pasien." Dari sekian banyak Universitas di sini, kenapa Lo milih kuliah di kampus gue?" Tanya Radhit di tengah perjalanan.
Ayra harus merapat kan tubuhnya agar bisa mendengar suara Radhit, ia bahkan tanpa sadar melingkarkan tangannya di perut Radhit.
" Karena ada temen temen gue. Ratna sama Ratih. Lo masih inget mereka kan?" Jawab Ayra sedikit berteriak agar Radhit dapat mendengar nya.
" Lo bisa nggak, nggak usah mepet mepet gini?"
Radhit menutupi rasa gugup nya, jantung nya berdebar kencang saat Ayra memeluknya seperti ini. Saking dekatnya bahkan Radhit dapat mencium aroma parfum mawar yang dipakai Ayra.
" Oh sorry" Ayra lalu memundurkan tubuhnya dan melepaskan pelukannya dari Radhit.
Tak lama kemudian Radhit menghentikan motornya jauh di depan gerbang kampusnya.
" Lo turun sini deh" pinta Radhit.
" Kenapa Dhit? Kan kampus nya masih jauh"
" Lo punya kaki kan? Gunain kaki Lo buat jalan , jangan manja"
" Oke oke!! Biasa aja dong, nggak usah nyolot"
Dengan wajah cemberutnya Ayra segera turun dari motor Radhit.
" Siapa yang nyolot?"
" Siapa lagi kalau bukan Radhitya Mahendra. Si paling jutek dan nyebelin sedunia" sindir Ayra kesal.
" Lo ngomong apa barusan?"
" Lo punya kuping kan? Gunain buat denger baik baik" balas Ayra lalu berlari meninggalkan Radhit, Ayra tau Radhit pasti kesal mendengarnya.
Ayra berjalan seorang diri menyusuri trotoar yang mengarah ke kampusnya. Suasananya cukup ramai oleh mahasiswa yang juga akan pergi ke kampus.
" Ayra!!"
Ayra melambaikan tangan nya pada dua orang diseberang yang memanggil namanya dengan lantang.
Mereka adalah sahabat sahabat Ayra saat di SMA. Ratna dan Ratih.Ayra berlari dengan semangat menghampiri sahabat sahabat nya di seberang. Saking semangatnya ia sampai tidak menoleh ke kanan dan kiri saat akan menyebrang.
Sementara dari arah berlawanan sebuah motor sport berwarna merah melaju dengan kencang ke arah nya. Tidak terlalu kencang namun berbahaya.
" Ayra awas!!" Teriak Ratna dn Ratih secara bersamaan.
Ayra yang masih berada di tengah jalan tidak dapat menghindar lagi, seolah langkahnya terasa begitu berat bahkan hanya sekedar untuk bergeser saja.
Sementara motor itu semakin dekat dan Ayra hanya bisa pasrah menutup kedua matanya berharap rasanya tidak terlalu sakit.Gubrak!!
Ayra mendengar suara benturan keras tak jauh dari sana, suara roda yang masih berputar pun Ayra dapat mendengar nya. Namun anehnya ia tidak merasakan apa apa.
Perlahan Ayra membuka kedua matanya dan apa yang ia lihat membuatnya tak bisa berkedip.
Bagaimana bisa ia ada diatas tubuh Radhit dan memeluk nya erat.
Ia bahkan tak ingat ada Radhit di sekitar nya." Ra Radhit?"
Ayra terbata, ia pun tak sengaja menatap Radhit dan baru menyadari Radhit memiliki mata yang indah.
" Bisa bangun nggak?" Tanya Radhit membuyarkan lamunannya.
" Ah iya, maaf maaf"
Ayra segera bangun dan membersihkan pakaiannya yang terlihat kotor.
" Ay Lo nggak papa? Hampir aja celaka, untung ada Radhit" Ratna memeriksa setiap sisi dari tubuh Ayra.
Ayra yang masih syok hanya bisa mengangguk dan mengangguk.
Hingga ia sadar ad orang lain yang juga terluka karena nya.Ia berlari menghampiri kerumunan untuk memastikan keadaan orang yang hampir menabrak nya.
Demi menghindari Ayra diduga pengendara motor itu memilih untuk banting setir dan akhirnya menabrak trotoar.
Namun betapa terkejutnya Ayra saat melihat siapa orang dibalik helm itu.
" Evan?"
Ayra sangat mengenal nya, ia bahkan sudah melupakan nya sejak dua tahun lalu. Kini ia dipertemukan kembali dengan Evan dengan situasi yang tidak pernah Ayra bayangkan sebelumnya.
" Eh Lo yang hampir ditabrak kan?" Tanya seorang mahasiswa disana.
" Tanggung jawab tuh, bawa Evan ke klinik. Kasian gara gara Lo dia jadi celaka" tambah yang lain.
Semua orang disana menuntutnya untuk bertanggung jawab atas kecelakaan ini. Mereka menekan Ayra dan akhirnya Ayra memutuskan untuk membawa Evan ke klinik.
Beruntung ia tidak harus pergi jauh jauh keluar Kampus karena dikampus sudah memiliki fasilitas klinik sendiri.Entah Ayra harus senang atau sedih...
Tapi rasanya dadanya sesak
Tiap kali teringat bagaimana Evan tidak pernah memperdulikan perasaan nya selama ini.
Evan yang dengan teganya justru mencintai sahabat Ayra sendiri.
Memaksa Ayra untuk menerima kenyataan bahwa cinta pertama nya tidak berakhir sesuai keinginan nya.Next...

KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine
RomanceRadhit yang menyadari cinta Ayra hanya untuk Evan. Ia akhirnya menyerah dan mengubur dalam dalam perasaannya. Namun takdir mempertemukan kembali Radhit dengan Ayra dengan versi yang berbeda. Lalu apakah Radhit akan mengambil kesempatan untuk meraih...