Happy Reading
••
Tubuh haechan terbanting ke lantai dengan kasar,Pemuda itu meringgis kesakitan ketika sang ayah memukulinya. Setelah semalam menginap di rumah jeno. Haechan memutuskan untuk pulang dan saat pulang dia langsung mendapatkan pukulan di tubuhnya,Tubuh haechan sudah berbaring lemah di lantai dingin. Namun dia tidak menangis sekalipun, Haechan hanya tersenyum kecut.
"Kamu tau Yeri itu butuh donor ginjal dan cuma ginjal kamu doang yang cocok buat dia, harusnya kamu bisa ngertiin dong. Yeri itu adik kamu, kamu sebagai kakak harus bisa berkorban untuk dia. Dari dulu sampai sekarang kamu belum pernah menjadi anak dan kakak yang bisa di banggakan. Kamu ini beban keluarga,sekali aja berbuat kebaikkan apa susahnya."
Johnny mendorong kepala haechan menggunakan telunjuknya beberapa kali,"ini otak tuh di pake buat mikir bukan cuma di pajang doang"
"Untung aja jadwal operasinya bisa di mundurin, sekarang ayah gak mau tau kamu harus ikut ke rumah sakit!" Tekan Johnny dan tanpa pikir panjang menarik tangan haechan, nenyeretnya keluar rumah menuju mobil.
Haechan hanya pasrah kali ini,ucapan ayahnya cukup membuat dia tertohok. Jadi dia hanya beban saja selama ini,Haechan sadar kok kalau dia ini anak yang nakal dan keras kepala. Tapi dia begini juga ada alasannya, andai saja ayahnya memperlakukan dirinya adil haechan tidak akan pernah keras kepala dan bergaul di luar sana.
Johnny mendorong haechan memasuki ruangan yeri yang sedang berbaring di atas bangsal di temani sang ibu.
"Lihat! Lihat haechan, adik kamu lagi sakit. Dia itu adik perempuan kamu satu-satunya sebagai kakak kamu harusnya ngerti, dan mengalah. Hanya memberikan satu ginjal bukan berarti nyawa kamu bakal berakhir"
Haechan menarik nafasnya,"Iya,yah. Haechan mau" finalnya,Haechan sudah malas berdebat tenaganya juga sudah habis karna tadi di pukuli sang ayah.
"Kalau aja kamu dari kemarin gitu gak bakal panjang urusannya"
Operasi akan di lakukan pukul satu siang,Semuanya sudah di siapkan begitu pula dengan haechan yang kini sudah berbaring di bangsal dengan infus yang sudah terpasang di lengannya. Haechan memandang kosong ke arah atap ruangannya. Jika haechan meminta, haechan tidak ingin di lahirkan ke dunia. Dia tidak pernah tau bahwa dunianya akan serumit ini. Kehidupannya terlampau menyakitkan,orang tua yang harusnya memberikan kasih sayang kepadanya malah memberikan yang sebaliknya. Sebagai anak pertama laki-laki haechan selalu di paksa untuk dewasa dan mengertikan orang-orang. Padahal haechan juga mau di mengerti namun mereka tak pernah mendengar.
"Sudah siap?" Tanya dokter yang memasuki ruangannya,Haechan menoleh dan mengangguk. Dokterpun mulai menyuntikkan obat bius ke tubuhnya perlahan haechan memejamkan matanya bersamaan dengan air mata yang menetes di sudut matanya.