☀ that brother

108 10 1
                                    

“Yuk gue anterin sampe kelas,” ajak Jasper sembari menggandeng tangan Lilyaneth.

Bahkan gadis itu sama sekali tidak merasa risih oleh perlakuan Jasper yang selalu menggebu-gebu akan dirinya, bahkan polosnya Lily ini sampai tidak menyadari kalau perlakuan Jasper itu karena suka dengannya.

“Kaya anak TK aja digandeng terus dianterin sampe kelas,” ucap Lily.

“Nih emang anak TK soalnya lucu rambutnya dikuncir dua hahaha,” gombal Jasper.

“Kaya bapak nganter anaknya beneran ngga sih, soalnya semenjak gue di teknik jadi ketularan jokes absurd gitu, apalagi badan gue bongsor, big boy banget ya gue,” lanjut Jasper.

“Jassy..” panggil Lily yang malah tidak menyahut obrolan Jasper.

Pemuda itu menoleh ke arah Lily dengan sedikit menunduk, “Kenapa? Berhenti?”

“Gue.. gue lupa belom ganti baju! Ke toilet bentar yuk,” ajak Lily pada Jasper dan langsung saja gadis itu menggandeng tangan Jasper untuk diajak ke kamar mandi.

Tentu saja Jasper menunggu dari luar saja dan membiarkan Lily menggunakan kostum yang ia maksut tadi.

Lily keluar dari kamar mandi dan membuat Jasper kaget, “Ini kostum apa Lyy?”

“Hahaha ini kostum seminggu sekali yang dipake, ya random aja si, ketentuan dari prodi sih kalo anak fib harus nyentrik, tau sendiri anak fib kalau dibiarin nyentrik ootd nya jadi aneh,” jelas Lily menceritakan kostum yang ia pakai adalah jubah berwarna putih.

Jasper tertawa terbahak-bahak, “Pantes dulu ada bencong ke teknik, ternyata itu anak fib? Kenapa nggak sekalian dipakein tongkat atau apa gitu Lyy? Biar semakin mirip aliran sesat hahaha,” ledek Jasper membuat Lily sebal.

“Ini bukan aliran sesat tauk! gini-gini bisa ngelairin elo sampe gede kaya gini, sampe jadi big boy,” ucap Lily lalu berjalan mendahului Jasper yang bingung dengan ucapan Lily.

“Hah?”

Sementara itu di kantin kampus, Thalia, Hugo dan Taylor yang merupakan geng paket lengkap kalau kemana-mana selalu bertiga, seperti halnya Cassie, Jaysen dan Bella.

“Itu makhluk apa ya?” Bingung Hugo.

“Makhluk yang sama yang ngikutin dan nyenengin Cassie,” ucap Thalia.

“Sekarang juga suka Katty juga?” tanya Hugo lagi.

Taylor mengangguk, sedangkan Thalia mencoba menghabiskan makanannya terlebih dahulu, “Mereka berdua harus hati-hati sih kata gue, soalnya mereka berdua yang gampang banget terpapar makhluk nggak jelas di kastil.

“Terus apa gunanya mereka ada di kastil?” bingung Hugo.

“Coba tanya ke orang tua kita deh, dan kenapa kita dilairin lewat mereka? Bisa aja mama lo sama ayah gue dan jadilah gue?” ucap Taylor membuat Hugo berpikir akan silsilah keluarga mereka dan keluarga semua penghuni kastil.

“Yang tau jawabannya dua bersaudara itu,” ucap Thalia.

“Yang mana?” tanya Hugo, biarkanlah peran Hugo hanya sebagai perantara pertanyaan saja karena pemuda itu memang benar tidak mengetahui apa-apa.

“Oh ya, Katty bisa diselamatin sebelum dia bertindak terlalu jauh dan harus ada counternya, kekasihnya yang sekarang itu nggak bisa diandelin,” tambah Thalia.

“Gue bisa.”

summertime sadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang