Happy reading
Enjoy yaa
Jangan lupa vote dan komen, mentemen:')
🦋💙
“Mas Biyan. Kita mau ke mana?” tanya Etam yang kini bingung mau di bawa ke mana dirinya.
Dalam mobil bernuansa coklat muda itu hanya terisi mereka berdua, tidak seperti biasanya. Namun, dapat Etam lihat dua mobil hitam yang mengiringi mereka di belakang.
“Jalan-jalan. Etam senang?” tanya pemuda itu menolehkan pandangannya sekilas.
Etam menggeleng. Sejujurnya ia bahagia bisa keluar bebas menghirup udara seperti sekarang, tapi ia juga takut jika sang opah akan marah.
“Etam senang, tapi Etam takut ... Kita pulang aja, ya, mas," mohonnya.
Wajah imut itu tampak lesu. “Etam takut opah marah, ayo kita pulang aja mas Biyan.”
Tidak ada jawaban, hanya kekehan ringan yang Biyan suarakan, membuat Etam semakin dirundung rasa takut. Anak itu meraih lengan sang abang, menggoyangkan tangan itu dengan brutal.
“Mas Biyan, ayo kita pulang. Nanti opah marah, lho sama mas Biyan,”
“Etam kan ndak boleh keluar, nanti opah pukul mas Biyan. Mas Biyan, ayo kita pulang.” Etam tampak risau, ia teringat saat pernah sekali ia meminta keluar pada bodyguard yang selalu menjaganya, kemudian berakhir dengan si bodyguard yang dihajar habis-habisan oleh sang, Papilio.
“Gapapa, sayang. Opah yang suruh kita jalan-jalan, kamu tenang, ya,” ujaran Biyan baru saja membuat Etam sedikit lebih tenang.
Manik bulatnya melihat ke arah dashboard, ia tersenyum saat mendapat dummy miliknya.
Kepalanya ia sembunyikan pada sela ketiak Biyan. “Mas Biyan, i want my dummy," cicitnya.Biyan melirik ke arah dummy, terkekeh sekilas kemudian memasukkan benda kenyal itu ke dalam mulut adiknya.
Pipi gembil itu bergerak lucu, maju mundur dengan bibir manyun. Membuat Biyan gemas dan ingin menerkam Etam sekarang juga. Rauwr!
“Mau dipangku, hm?” tanya pemuda itu saat melihat mata Etam yang mulai sayu.
Kebiasaan Etam yang tak pernah hilang. Baru beberapa menit ia menghisap benda kenyal itu, tapi kantuk sudah menghampirinya.
Etam mengangguk, dengan sigap Biyan menghentikan mobilnya sejenak, lalu meletakkan bungsu itu di atas pangkuannya.
Berhentinya Biyan membuat para bodyguardnya bingung, mereka ikut berhenti dan menghampiri tuan Tee nya.
Tee, persetan dari kata three yang artinya tiga. Itu menandakan jika Biyan adalah anak ketiga dari keluarga Vlinder.
Lelaki berbadan semampai dengan tegas mengetuk kaca mobil. Biyan yang tau maksud bodyguardnya itu pun menurunkan kaca mobil.
“Tuan Tee, ada apa?”
“Gapapa, adek gue ngantuk.” setelahnya Biyan kembali menaikkan kacanya.
Sejenak, Biyan mengusap surai lembut sang adik, mengecup pucuk kepala itu berkali-kali, kemudian berkata, “Aku menyayangimu, sungguh. Tidak ada yang boleh mengambil adikku.”
Setelahnya, mobil kembali berjalan, tapi bukan melanjutkan perjalanan. Biyan memutar arah untuk pulang, Etam butuh tempat yang nyaman untuk tidur agar tubuhnya tidak sakit saat bangun nanti.
🦋💙
Perlahan Biyan membawa sang adik ke kamar yang penuh dengan gambar pororo, kartu kesukaan anak itu.
Merebahkan tubuh kecil adiknya, lalu menatapnya lamat-lamat wajah polos yang sedang tertidur pulas.
Ia terkekeh pelan melihat wajah polos adik bungsunya. “Kau terlalu manis,” ujarnya seraya mengecup pucuk hidung Etam.
Setelahnya, Biyan naik ke atas kasur. Ia ingin tidur bersama sang adik, memeluk bongkahan daging bernyawa itu dengan posesif. Begitu pula dengan Etam, memeluk erat sang abang seakan tak mau kehilangan.
“Abang menyayangimu, sungguh,” gumam pemuda itu, lalu ikut memejamkan matanya menyusuri mimpi.
Etam membuka matanya, bukan terusik. Hanya saja, ia tak tidur sedari tadi. Remaja kecil itu hanya memejamkan matanya akibat terlalu takut dengan dunia luar.
Yah, Etam tau, jika dunia luar sangat kejam untuknya. Sang kakek, Papilio sempat memberitahunya mengenai apa-apa saja kekejaman di luar sana. Namun, meski begitu ia juga ingin bebas, baik bebas dalam artian keluar atau tertanam.
“Etam juga sayang sama mas Biyan,” lirih anak itu, kemudian mengecup dagu Biyan.
Setelahnya, ia benar-benar ingin tidur. Memeluk Biyan bagai guling hidup kesayangan, seakan tak membiarkan siapapun mengambil miliknya.
Biarlah, remaja kecil itu menyelami alam mimpi di atas mimpinya.
Selamat tidur semua, Etam menyayangi kalian.
🦋💙
Tbc
Maaf, up nya lama, huhu:'
Btw, rekomendasiin cerita Brothership dong, hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Matelyk
Teen FictionEtam Dantie Tezege, remaja berusia 14 tahun yang tak pernah merasakan apa itu sentuhan dari orang tua, apa itu kasih sayang orang tua. Bahkan, malangnya ia tak pernah tau bagaimana wajah mereka. Etam selalu berhayal, jika dirinya dapat merasakan bag...