Brooklyn, NY, 2020
Suara musik edm berdentum mengisi seluruh ruangan dengan lampu kerlap kerlip khas disko. Banyak pria dan wanita berdansa memenuhi lantai dansa, pemandangan biasa yang bisa di lihat di club malam, apalagi pada akhir pekan seperti ini.
Meja-meja di sana hampir terisi semua. Tak terkecuali satu meja yang terletak di lantai 2 agak pojok, yang berisikan 4 orang gadis yang sedang duduk memperhatikan sekitar sambil sesekali menyesap minuman dari gelas mereka.
"I think tonight is so wild. Gila banget tuh yang pada joget di bawah." Ucap salah satu wanita bersurai abu sambil menunjuk kerumunan di bawah.
"If i have no boyfie, maybe i'll join them." Timpal gadis lain yang duduk di sebelah gadis bersurai abu tadi sambil menggoyang goyangkan gelas berisi minuman beralkohol miliknya.
"HaHa makanya, gausah punya pacar dong kaya gue, jadi sugar baby aja nih udah paling bener." Ejek salah seorang gadis lainnya.
Sedang ada seorang gadis lagi yang duduk paling ujung, dia hanya memandang teman temannya tanpa minat. "Sorry guys, kali ini gabisa bayarin kalian. Bokap gue udah blokir semua kartu gue." Ucapnya out of topic, yang kemudian mengundang tawa dari ketiga teman lainnya.
"Makanya dong Cla, lo kalo belanja tuh suka gak ngotak. Beli apa aja sih sampe abis 1 M?" Tanya gadis bersurai abu.
"Untungnya sih cuma di blokir kartu lo, Cla." Timpal gadis lainnya
"Untung gimana sih, kalau kaya gini gimana gue bisa hidup. It's Brooklyn guys. Gue gak punya siapa-siapa di sini. Terus gue mau hidup makan gimana? Mau cari part time juga kayanya gue gak sanggup. Ga cocok gue sama kerjaan kaya gitu." Keluh wanita yang dipanggil Cla tadi.
"Clara, do you wanna be sugar baby like me?" Tanya gadis dengan rambut ikal dengan sedikit mengejek.
Clara, gadis asia bermata sipit dan berkulit seputih kapas itu melempar bantal sofa kepada temannya tepat di muka. Bagaimana bisa Clara Odetta menjadi seorang sugar baby, seorang putri bungsu dari salah satu keluarga konglomerat di Indonesia tidur dengan om om berperut buncit seumuran dengan ayahnya demi nominal uang, oh thanks, but No, BIG NO! Clara masih waras untuk tidak melakukan hal tersebut. Setidaknya Clara punya selera.
"Ami, please. I'm virgin. Dan gue gak pernah kepikiran buat nyerahin keperawanan gue buat om om perut buncit." Balas Clara sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Hey, apa lo pikir Ale setua itu? Woah Clara, you have no idea, Ale itu hot daddy sih kalau kata gue, badannya bagus, masih muda dan he's single, maksud gue duda 1 anak." Bela Ami tidak terima jika Clara menganggap sugar daddy nya adalah om om berperut buncit.
Bukan salah Clara sebenarnya, dia tidak kenal dan tidak pernah bertemu dengan Ale. Jadi dia selalu memvisualisasikan seorang sugar daddy adalah seorang om om paruh baya dengan perut buncit, sudah beristri dan beranak.
"Oh well, sorry i dont know." Timpal Clara tidak mau memperpanjang masalah sugar daddy dengan Ami, karena Clara tahu pembicaraan ini tidak akan ada ujungnya.
"Nih gue kasih lihat sugar daddy gue," Bela Ami sekali lagi sambil menunjukkan layar ponselnya yang di sana terpampang fotonya dengan seorang laki-laki berusia sekitar 30-an dengan jampang lebat, mata hazel yang indah, perawakan tinggi dan gagah, dah oh jangan lupakan perutnya yang rata dan berAbs itu.
Clara menganga melihat penampakan laki-laki bernama Ale tersebut. Tapi yang tidak dia habis pikir adalah, jika Pria tersebut benar benar duda, kenapa dia harus mencari sugar baby dan membuat Ami terjebak dalam hubungan tanpa status seperti ini. Jika memang masih single harusnya dia bebas menjalin hubungan dengan siapa pun. Seharusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar
RomanceClara, seorang wanita kelas atas yang terjebak cinta bersama sang Sugar.