1. Rencana yang gagal

306 56 7
                                    

Bukan untuk pertama kalinya Sunoo melihat seorang pria keluar dari rumahnya seperti sekarang ini. Sebelumnya Sunoo telah berkali-kali berpapasan dengan pria asing yang berganti-ganti setiap kali dia mau masuk ke dalam rumahnya saat pulang sekolah.

"Kamu keponakannya Pak Kim?" tanya pria itu. Kali ini dia terlihat sedikit lebih muda dari biasanya. Dia memakai kacamata dan setelan jas. Seperti seseorang yang bekerja di kantor.

"Iya.." Sunoo menjawab singkat sambil menatap pria itu dari atas ke bawah.

Pria itu tersenyum lalu menatap pamannya Sunoo yang baru saja keluar dari dalam rumah. "Manis, ya?" kata pria itu.

Pak Kim terlihat sekali kalau dia berusaha untuk tersenyum.

Orang itu masih menatap Sunoo dengan senyum tololnya. Wajahnya juga terlihat memerah. Sunoo cuma menatapnya, tapi dia bisa merasakan tubuhnya merinding, dan dadanya berdesir ngeri.

"Kalo begitu saya permisi." Pria itu kemudian menunduk. Sunoo dan Pak Kim balas menunduk. Setelahnya pria itu pergi.

Sunoo terus memperhatikan punggungnya yang menghilang dari balik pintu pagar kayu rumahnya.

"Aku mau berangkat sekarang. Mau ikut, sayang?" Pak Kim berbicara ke dalam rumah.

"Tidak," jawab suara perempuan dari dalam.

Pria itu tersenyum.

"Sampai nanti, kalau begitu.." katanya. Dia lalu mengalihkan pandangannya dari pintu rumah dan menatap Sunoo.

"Kamu cepat masuk," setelah bilang begitu, Pak Kim mengambil handphonenya yang berdering di saku celana kainnya.

"Anaknya sudah ketemu? Oke, saya kesana." Dia bicara begitu sambil berjalan ke garasi mobilnya.

Sunoo sempat terdiam sebentar, sebelum dia cepat-cepat mengikuti Pak Kim yang hendak membuka pintu sedan BMWnya.

"Aku tidak mengajakmu," katanya dengan nada menggelikan, ketika dia menoleh dan melihat Sunoo menghampirinya.

"Aku juga tidak mau ikut," kata Sunoo dingin. "Aku cuma mau minta tolong ke paman."

Pak Kim memandangnya dengan curiga. "Tolong apa?"

"Ada formulir untuk pendaftaran ke Universitas Negeri."

"Jadi?" tukas Pak Kim dengan nada yang tidak peduli. Dia lalu mengambil kunci mobilnya dari kantong celana dan memencet remot untuk membuka kunci.

"Formulirnya perlu ditandatangani paman," kata Sunoo buru-buru.

"Kenapa aku harus tanda tangan?" cibir Pak Kim.

Sunoo terdiam beberapa saat.

"Karena.. cuma paman, waliku.." katanya kemudian dengan suara pelan.

Pak Kim tanpa diketahui Sunoo tersenyum miring, dia lalu berbalik dan dengan kurang ajarnya memegang dagu Sunoo. Memaksa untuk menatapnya.

"Kalau aku tanda tangani ini.. apa imbalan yang bisa kudapat?"

Sunoo terkejut. Dia lalu menepis kasar tangan itu.

"Tidak usah kalau begitu," katanya ketus.

Sunoo langsung membalikan tubuhnya dan masuk ke dalam rumah, mengabaikan pamannya yang sekarang sedang tertawa kencang.

Saat dia tiba di dapur, istri pamannya yang masih muda itu sedang duduk di sofa. Terlihat mengecat kuku kakinya sambil merokok.

Perempuan itu sedikitpun tidak menoleh ketika Sunoo masuk dan melewatinya. Sunoo juga tidak peduli. Dia melompati anak tangga tiga-tiga sekaligus, dan berlari masuk ke kamarnya.

My HostageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang