Park Jimin
☆☆☆
Akhirnya selesai juga.
Jimin mematikan komputer lalu bersandar di kursinya. Hembusan nafasnya terasa berat dan dia mulai memijat bahunya yang kaku setelah duduk lama mengerjakan tugasnya sebagai bagian dari manager pemasaran perusahaan.
Setelah bahunya lebih rileks, salah satu tangan pemuda cantik itu mengambil ponsel iphone 7+ berwarna merah di atas meja kerjanya. Di layar ponselnya tercatat jelas jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, saatnya untuk pulang bagi karyawan yang bekerja di H.E.O Corporation.
“Jimin-ssi, kau tidak pulang?”
Kyungsoo, teman sepekerja yang duduk di seberang meja komputer Jimin bertanya dengan lantang. Jimin mendesah berat, lalu mulai berdiri dan mengemasi barang-barangnya.
“Tentu saja aku harus pulang. Kau sendiri?” Tanya balik Jimin untuk sopan santun.
Kyungsoo nampak kesal sendiri. “Lembur lagi.”
Jimin tersenyum. “Kalau begitu bersemangatlah.”
Kyungsoo mengerucutkan bibirnya, memohon dengan aegyo miliknya yang menjijikkan. Namun Jimin dengan mudah tidak mempedulikannya.
“Bisakah kau tinggal sebentar dan menemaniku? Janji, aku tidak akan sampai malam.” Mohon Kyungsoo pada akhirnya yang tentu saja ditolak halus oleh Jimin.
“Maaf, Kyungsoo-ssi. Aku mau-mau saja, tapi aku tidak bisa.” Jimin melihat jam di ponselnya. “Aku harus menjemput Jungmin.”
Seakan baru teringat sosok Jungmin, Kyungsoo menepuk keningnya dengan sedikit keras. “Ah, benar! Jungmin.”
Jimin tertawa melihat kelakuan teman kantornya tersebut. Setelah mengemasi barangnya ke dalam tas, Jimin pun keluar dari kursinya dan melambai kepada Kyungsoo.
“Aku duluan, ya?” Jimin lalu melemparkan sesuatu di atas meja Kyungsoo. “Kopi instan yang kau butuhkan.”
Kyungsoo meringis melihat kopi instan yang di lemparkan Jimin.
“Hati-hati, Jimin! Titip salam untuk Hyeri dan Jungmin, ya!?”
“Eoh!!!” Teriak Jimin di depan pintu ruangannya.
☆☆☆
Park Jimin, 28 tahun, dia seorang laki-laki yang memiliki pekerjaan mapan sebagai manager pemasaran di perusahaan H.E.O Corporation. Dia tipe pemuda cantik yang disiplin dan pekerja keras sehingga atasannya tertarik memperkerjakannya. Perusahaan yang dibilang cukup maju di bidang properti itu tentu saja menghasilkan banyak uang untuk Jimin yang memiliki jabatan lumayan tinggi.
Sudah dua tahun Jimin bekerja disana. Walau begitu dia bukan salah satu orang yang gila kerja. Dia juga sangat bertanggungjawab terhadap keluarganya. Tak pernah sekalipun Jimin melupakan statusnya sebagai seorang ibu tunggal.
Ibu tunggal?
Ya, Jimin memiliki anak. Anak kandungnya yang lahir dari dalam dirinya. Keistimewaan yang Jimin miliki ini menjadi anugrah tersendiri bagi Jimin. Beberapa orang menganggap dirinya mengalami kelainan yang menjijikan. Tapi bagi Jimin dia merasa sangat istimewa.
Bus yang membawa Jimin ke tempat tujuan melaju melewati jembatan sungai Han. Jimin memandang keluar dan tersenyum tipis melihat kerlap-kerlip lampu yang menerangi sepanjang garis jembatan. Jimin lalu membuka jendela di sebelahnya dan membiarkan udara malam menerbangkan rambutnya yang cukup lebat.
Hidup bebas seperti ini, mengapa Jimin baru bisa merasakannya sekarang? Mengapa tidak dari dulu saja dia memilih pergi dari kehidupan sengsara bersama laki-laki kejam itu?
Jimin menopang dagunya di atas tangannya yang berpangku di jendela, mengeluarkan kepalanya ke jendela dan memejamkan mata. Dia tidak ingin mengingat hal itu lagi, dia tak ingin mengingat kejadian 4 tahun yang lalu. Dia ingin angin malam membawa pergi semua mimpi buruknya itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ⭐️ ] Complete
Fanfiction[ PDF : 10.000 ] Pernikahannya berantakan, Jimin harus mengalami pahitnya berumah tangga hasil perjodohan orangtuanya Tapi ia mencoba untuk tetap kuat demi putra semata wayangnya, Jeon Jungmin