Puncak komedi
Tuk... tuk... tuk
Penglihatan mereka beralih kepada seorang gadis cantik yang tengah berjalan turun melewati tangga, satu demi satu. Ia Glora.
Lain dengan satu orang yang tengah fokus melihat benda melingkar di tangannya, sangat berkarisma.
Balutan kemeja putih yang rapih melekat pada tubuhnya yang terlihat atletis, lipatan kemeja pada tangan pria itu membuat urat-urat terpampang jelas. Namun, di sela-sela kerapihannya terdapat rambut yang berantakan, Glora sedikit merinding.
"Ini Glora?" tanya pria paruh baya tersebut sebagai awalan pembicaraan mereka saat ini, yang tentu di angguki oleh Juanda, ayah Glora.
"Tentu, ini putri kebanggaan saya haha. Sini sayang, duduk di samping Papa" ucap Juanda kepada Glora sambil tersenyum.
Glora kaget dengan perubahan mendadak dalam diri ayahnya, begitu manis dan terlihat penyayang. Glora hanya tersenyum dan mengangguk mengikuti ucapan ayahnya, Juanda.
"Anakmu ini sangat cantik, Juanda" kini seorang wanita paruh baya membuka suara.
"Terimakasih, tante" ucap Glora sambil tersenyum.
"Panggil bunda Mauren saja, sayang" balasnya di sertai senyuman yang sangat manis, yang membuat hati Glora menghangat, entahlah.
Tidak perlu dijelaskan, sudah Glora pastikan jika Mauren adalah ibunda calon suaminya, lalu ayahnya? Glora belum mengetahuinya.
"Jadi Demian, mulai darimana kita membicarakan perjodohan ini?" tanya juanda kepada sang lawan bicara tersebut.
Glora yang sedari tadi mempertanyakan siapa nama seorang pria paruh baya tersebut kini membulatkan bibirnya, dan sedikit mengangguk. Oh, Demian.
"Biarkan anakmu untuk memperkenalkan diri, dan juga biarkan mereka berbicara empat mata terlebih dahulu agar lebih dekat." Juanda kembali berbicara, yang tentu di setujui oleh pasangan paruh baya tersebut
Kini tersisa hanya Glora dan satu orang yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan orang tua mereka. "akhem" pria tersebut berdehem lalu kembali melihat benda yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Tidak ada yang perlu dibahas, bukan?" tanya pria itu tanpa basa-basi.
"Aku panggil kamu apa, om?" karena jujur saja Glora tidak tau namanya.
"Victor."
Glora mengangguk kecil lalu berdiri mendahului pria itu, yang tentu terlihat tidak ingin berlama-lama dengannya, disini.
"Bau makanan yang siap saji," setelah mengucapkan hal itu, Glora melangkahkan kakinya ke arah dapur, meninggalkan Victor yang tengah berfikir keras.
"Tidak sopan."
Pria dewasa yang bernama Victor itupun berdecak kesal, lalu berjalan menyusul ke arah tujuan Glora yaitu dapur.
Terpampang jelas makanan yang siap dilahap habis oleh Glora di meja makan, begitupun dengan Victor yang kini telah ikut duduk di samping Glora.
"Oh ya, Juanda. Bukannya kamu memiliki dua putri?" tanya Demian.
Juanda mengangguk. "Kiran, dia sedang sibuk dengan kuliahnya, makanya tidak bisa hadir malam ini."
Demian pun membalas ucapan Juanda dengan menganggukkan sedikit kepalanya.
"Sudah-sudah, sekarang kita makan dulu," ucapan Mauren tersebut membuat semua orang berhenti berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLORA
Romance(21+) Sebuah pintu dengan segala isinya, mulai terbuka untuk menariknya kedalam, goresan rahasia mulai terukir. Dunia dan segala isinya, mempertanyakan kita pada banyak pertanyaan. Tugas kita, hanyalah mencari keberadaan pertanyaan tersebut. Sederha...