PROLOG

20 3 0
                                    


~Selamat Membaca~

°
°
°
°
°

Pemuda berambut segelap malam itu menyusuri reruntuhan dengan raut muka mengernyit dan sedikit menahan sakit.

Memiliki pendengaran ultra sensitif membuatnya seperti memainkan pedang bermata dua. Sangat bermanfaat tapi juga dapat melukai diri sendiri.

"Happ!!"

Hibiki, sang pemuda yang masih mencari dimana asal suara aneh itu terkejut kala dua telapak mungil tiba-tiba membekap telinganya.

Punggung lebar tertutup jaket itu juga merasakan dorongan dari tubuh gadis dibelakangnya.

"Sudah kubilang jangan terlalu memikirkan suara-suara yang kau dengar. Dan Hey, dimana headphone mu, pantas saja kau berkeliaran seperti ini."

Meskipun telinga tertutup rapat. Tapi Hibiki masih dapat dengan jelas mendengar suara gemulai milik gadis yang sudah ia kenal sejak kecil.

"Tapi, suara itu seakan memanggil diriku."

[Name]. Gadis tersebut memutar bola matanya malas, "Ya, ya, ya. Berkali-kali kau mengatakan hal yang sama."

"Aku tidak bohong."

"Aku percaya. Tapi kau tau? Biasanya suara-suara aneh yang hanya bisa didengar beberapa orang saja mungkin adalah sesuatu yang menyeramkan dan diluar nalar. Seperti, hantu~ misalnya." Si gadis berucap menakut-nakuti.

Hibiki hanya mendengus, "Sayangnya aku tidak takut hantu."

"Ah, sayang sekali."

[Name] mendekatkan bibir mungilnya kearah telinga Hibiki, gadis itu sedikit berjinjit agar bisa menggapainya.

"Ne Hibiki-chan. Rendah kan tubuhmu." Bisiknya.

Hibiki melirik sinis, "Jangan tambahkan -chan, aku bukan anak kecil lagi!"

Gerutu si pemuda, namun tak urung mengikuti permintaan sederhana sabahat dekatnya itu.

"Heh, Kenapa? Meskipun sudah besar tapi kita kan tetap sahabat sejati sampai mati."

Si gadis ikut menggerutu, sembari menempelkan tubuh bagian depannya kearah punggung si pemuda.

Disusul melingkar kan kedua kaki rampingnya di pinggang Hibiki. Membuat remaja laki-laki itu sedikit terhuyung.

"Hey, apa yang kau lakukan?!"

"Hibiki cepat, topang tubuhku dengan kedua lenganmu atau kita akan terjungkal!"

Remaja berambut hitam itu otomatis meletakkan lengannya dibawah bokong si gadis. Lantas tanpa diperintah ia berdiri.

"Nah. Karena kau sudah menggendong ku, jadi ayo kita kembali ke kapal. Aku akan tetap menutup telinga mu agar tidak mendengar suara aneh tadi."

Hibiki kembali mendengus. Selalu saja begini, "Kau pikir tubuhmu ini ringan? Seenaknya minta gendong."

"Aku tidak gendut Hibiki!"

"Ya, ya, ya. Selalu saja alasan yang sama."

"Hibiki-chan!" Geram [Name].

"Baik. Kau tidak berat. Sungguh."

[Name] terkikik "Memang!."

Hibiki kesal mendengar cekikikan gadis dalam gendongannya itu. Sebuah ide jail muncul di otaknya.

Dengan sedikit kasar ia menghentakkan tubuh [Name] yang ada dipunggung nya.

"Oii, Hibiki! Aku hanya berpegangan pada telinga mu, jika seperti itu aku akan benar-benar jatuh. Atau kau mau telinga ultra-hyper-super sensitif mu ini terlepas bersamaku?!" Omelnya.

Hibiki tersenyum tipis. Setelahnya ia sedikit berlari kecil, melewati puing-puing bangunan yang sudah berlumut.

"Oi!!"

"Kau tau, menggendong mu sambil melakukan parkour kelihatannya seru. Ayo kita coba!"

Tanpa persetujuan, si pemuda mulai memacu larinya lebih cepat, melewati banyak puing dengan sedikit meloncat. Mengabaikan si gadis yang mulai pias juga berkeringat dingin. Bahkan lengan kecilnya tak lagi menutup telinga Hibiki, namun sudah melingkari leher si pemuda dengan erat.

"Oii Hibiki bodoh, jangan gila. Oii, berhenti. Aku tidak mau tubuhku kesakitan jika terjatuh bersamamu!"

Hibiki mulai cekikikan. Sungguh, sifat pendiam dan aura dinginnya akan tanpa sadar lenyap jika bersama gadis ini. [Name], sahabatnya sejak kecil yang beruntungnya juga menjadi korban selamat dalam bencana buih yang melawan gravitasi itu. Meski ia dan [Name] harus kehilangan kedua orang tua masing-masing. Tapi, dengan masih memiliki satu sama lain saja itu sudah lebih dari cukup bagi Hibiki. Setidaknya, ia masih memiliki satu alasan untuk melanjutkan hidupnya.

"AAA.. MAKOTO-NEE. HIBIKI BODOH INI AKAN MEMBUAT ADIK KESAYANGAN MU DALAM BAHAYA!!"

Teriak [Name] frustasi disambut gelak tawa riang dari Hibiki.

~Bersambung

'010223'

She's a BubbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang