Bab 1

431 9 0
                                    

"Di mana barangnya?" tanya Alfaro pada tante Merry.

Beberapa waktu lalu, tante Merry mengabarkan padanya, bahwa ada barang baru yang begitu menarik, sehingga malam ini ia datang menemuinya di tempat biasa.

"Ada di kamar biasa, sudah siap." Tante Merry menjawab dengan senyuman penuh makna.

"Berapa maharnya?"

"100 jeti," jawab tante Merry membuat Al terkesiap.

"Mahal amat? Biasanya nggak ada separuh dari itu. Benefitnya apa?" Al memprotes, bukan ia tak mampu membayar, kekayaannya bahkan tak akan habis dimakan tujuh turunan,  hanya saja ia tak ingin dirugikan dengan membayar suatu hal yang tidak setimpal dengan apa yang akan didapatkannya.

Tante Merry tersenyum miring, "Gua pastikan lu akan seneng ma ni barang, Bos. Kali ini barangnya eksklusif, bukan cuma sekedar masih segel, tapi bener-bener belum ada orang lain yang menyentuhnya. Bos orang pertama yang akan menikmatinya.'' Tante Merry menjelaskan benefit yang akan didapatkan pelanggan VIPnya itu dengan membayar seratus juta.

Penjelasan Tante Merry sukses membuat Al semakin penasaran dan bersemangat. Diambilnya sebuah cek yang sudah ia siapkan di sakunya, kemudian menuliskan sebuah nominal yang tante Merry minta di sana.

"Lunas," ujar Al sembari menyodorkan selembar kertas seharga 100 juta pada tente Merry, membuat wanita paruh baya itu tersenyum mengembang.

"Thanks, Bos. Have fun, ya." Tante Merry berlalu meninggalkan Al di depan kamar tempat ia biasa menghabiskan malam. Meninggalkan kepulan asap yang aromanya menyengat menyeruak mengusik indra penciuman Al.

Dialah Alfaro Putra Al Fahri, seorang yatim piatu, pewaris tunggal Hartawan Al Fahri dan Rossalina Estemat yang sudah berpulang ke hadirat Tuhannya sejak ia masih berumur dua tahun.

Alfaro tumbuh menjadi sosok lelaki yang cerdas dan tampan, namun berkepribadian dingin dan kaku, mungkin karena ia tumbuh tanpa belaian kasih sayang kedua orang tuanya.

Lelaki yang kini telah berusia 35 tahun itu memutuskan untuk tidak menikah, karena baginya, pernikahan hanya akan membatasi dirinya. Sehingga ia memutuskan untuk menjadikan Bar milik tante Merry sebagai tempat pelariannya kala birahi tengah menguasai diri.

Namun walau ia penikmat s!x bebas, seleranya terhadap wanita terbilang cukup tinggi, tak sembarang wanita ia gauli, Al selalu berpesan pada tante Merry, agar ia dijadikan orang pertama yang dihubunginya saat ada barang baru yang masih segel, ia rela membayar berapapun nominal yang Merry sebutkan, asal wanita yang ditawarkan padanya masih memiliki selaput d*ra yang belum terkoyak.

Seperti malam ini, tanpa ragu ia merogoh sakunya, mengeluarkan uang sejumlah 100 juta demi menebus seorang gadis yang telah Merry siapkan di dalam biliknya.

Dibukanya perlahan pintu kamar tersebut, dan pemandangan pertama yang ditangkapnya adalah seorang wanita yang tengah duduk di tepi ranjang dengan posisi memunggungi pintu, wanita itu berpakaian lengkap, dari atas kepala hingga kakinya, semuanya tertutup sempurna oleh busana yang dikenakannya.

"Si-al," um-p*t Al kesal kemudian kembali menutup pintu dengan kasar, gegas ia berjalan meninggalkan kamar tersebut dan mencari keberadaan tante Merry dengan penuh emosi.

"Lho? Kok udahan? Tumben cepet, Bos?" Tante Merry berlagak heran melihat keberadaan Alfaro di hadapannya. Karena biasanya, paling sebentar lelaki itu akan menghabiskan waktu selama dua jam di dalam kamarnya.

"Lu bilang barangnya eksklusive, eksklusive apaan? Buntelan karung begitu lu tawarin ke gua," protes Al merasa dipermainkan.

Tante Merry tertawa terbahak-bahak mendengar protesan pelanggan terbaiknya, sejujurnya ia sudah mengira bagaimana reaksi pria tampan berusia 35 tahun di hadapannya kala melihat barang yang ditawarkannya, tapi ia yakin, kali ini pelanggannya itu akan merasa puas.

Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang LapukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang