Bab 4

261 3 0
                                    

"Jadi kita mau langsung pulang atau gimana, Pak?" tanya Sopir pribadi Al setelah melihat tuannya selesai dengan aktifitas teleponnya. Sedari tadi ia sibuk menghubungi banyak orang untuk membantunya mempersiapkan acara pernikahan esok.

"Sebentar." Al meminta tenggang waktu untuk menjawab.

"Din," panggil Al membuyarkan lamunan Dina yang sedari tadi hanya terdiam memikirkan ucapan tante Merry tentang Al yang membeli dirinya seharga Bar miliknya.

Ia menerka-nerka, berapakah harga Bar terbesar se-Surabaya itu jika dirupiahkan? Sanggupkah ia mengembalikan jumlah itu pada Al?

"Ya, Om?" sahut Dina yang belum sepenuhnya sadar.

Al menoleh dengan pandangan menyalang.

"Ah, maksudnya, Oppa Al," lanjutnya dengan senyuman bersalah.

"Nggak ada panggilan yang lebih enak didengar apa?" protes Al.

"Aku masih memikirkannya, Oppa, memangnya ada apa?" jawab Dina.

"Di mana kamu tinggal sebelumnya?" Al bertanya tanpa basa-basi.

"Kenapa Oppa tanya begitu? Oppa mau kembalikan aku ke tempat asalku?" tanya Dina heran. Setelah membayar dengan harga yang begitu besar, mana mungkin lelaki di hadapannya itu akan melepasnya begitu saja.

"Saya butuh beberapa data kamu untuk mengurus pernikahan di KUA," jelas Al tanpa basa-basi.

Dina tersenyum, tak menyangka lelaki di hadapannya itu begitu antusias mempersiapkan pernikahan mereka. Ia memang tidak mengenal sosok yang akan menikahnya itu, tapi dalam hati ia meyakini, bahwa Al adalah jawaban dari doanya yang Allah kirimkan untuknya.

"Sebelumnya aku ngekost, Oppa, di area dekat Universitas Airlangga."

"Kalau tempat tinggal orang tuamu?" tanya Al lagi.

Dina menghela nafasnya berat, "mereka sudah tenang di surga," jawabnya dengan pandangan kosong, tersirat kepedihan dari sorot matanya.

"Oh, Sorry, saya nggak tahu," ucap Al sesal.

"Nggak apa-apa," sahut Dina tersenyum tegar.

"Lalu wali nikahnya?"

"Wakil hakim saja, Oppa."

"Baiklah, Data kamu lengkap di kost-an? KTP, KK, Ijazah?" tanya Al lagi.

"Lengkap, kok," sahut Dina.

"Kalau gitu kita ke sana. Supri, mana handphone kamu," pinta Al pada sopirnya.

"Ini, Pak."

Al meraih ponsel yang diberikan Supri, kemudian menyerahkannya pada Dina.
"Tentukan titik lokasinya di Maps, biar bisa jadi petunjuk jalan untuk Supri!" titah Al pada Dina.

"Nggak usah, Oppa, biar aku pandu aja pak Sopirnya," tolak Dina tak merasa keberatan harus memandu jalan.

"Nggak usah bantah, udah cepetan cari!" titah Al tak terbantah. Segera Dina mencari titik kost-annya di Maps, kemudian kembali menyerahkan ponsel itu ke Al.

"Supri, kamu ikuti petunjuk jalan ini, ya!"

"Baik, Pak."

"Dan kamu, tidurlah! ini sudah lewat tengah malam," titah Al membuat hati Dina menghangat. Walau ia tampak sibuk menelpon sana sini, tapi perhatiannya tak luput dari bocah tengil yang berkali-kali menguap di sisinya.

"Walau gayanya badboy, tapi ternyata perhatian juga nih Om-Om," batin Dina sembari melirik Al.

"Nggak usah senyum-senyum, dah buruan tidur! Perjalanan ke kost-anmu masih setengah jam lagi."

Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang LapukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang