Suara hiruk pikuk yang didominasi oleh suara cempreng anak kecil terdengar sampai ruang guru yang jaraknya lumayan jauh dari ruang kelas. Tak jarang ada anak-anak yang berlari keluar ruangan karena bosan mengikuti pembelajaran. Disalah satu kelas yang terkenal dengan anak-anak yang hiperaktif, terlihat seorang wanita yang memijat pelipisnya yang berdenyut. Kelakuan anak didiknya membuat sakit kepalanya bertambah.
"Hah, kenapa anak-anak semakin liar sih." Gumam wanita itu.
Rekannya yang mendengar itu langsung menginterupsinya. "Heh Alin! Kalo ngomong nggak difilter, kebiasaan. Gimana kalau anak-anak dengar?"
"Yah mau gimana lagi Ra, lihatlah mereka." Wanita yang biasa disapa Alin itu menunjuk kearah anak laki-laki yang memanjat meja sambil menari-nari mengibaskan dasi kecilnya.
"Ya di turunkan dong Lin," Kata Rara gedek dengan sikap Alin.
"Iya-iya aku turunkan." Alin dengan langkah gontai menuju anak yang menaiki bangku. Dengan sabar dan telaten, Alin membujuk anak itu agar mau turun.
"Hai ganteng, turun yuk. Nanti jatuh, nangis, siapa yang susa... em siapa yang sakit? Kan Dito nggak mau jatuh kan? Kalau jatuh kan sakit. Dito mau sakit?"
Anak kecil yang dipanggil Dito itu menggeleng. Saat tangan Alin terulur, tangannya ditepis oleh Dito.
"Aku nggak mau turun!"
Yah inilah yang paling tidak disukai oleh Alin. Sikap keras kepala anak kecil. Kalau anak-anak sudah bilang tidak ya tidak. Apalagi kalau wataknya yang kepala batu. Bueh, sangat susah untuk dibujuk. Dibujuk susah, apalagi kalau di beri nasihat. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Kaya siapa ya..... Ehem.
Dengan segala bujuk rayu yang dilontarkan oleh Alin, akhirnya Dito mau turun dari bangku. Setelah menggiring Dito ketempat duduknya, Alin melihat masalah lagi. Oh my heart, jantung ku hampir copot. Alin segera berlari menuju jendela. Kenapa? Karena salah satu anak didiknya memanjat kursi dan menaiki jendela. Hei kelas ini bukan wahana outbound. Dengan sigap Alin menangkap anak didiknya yang hampir terjatuh.
"Kevin, kalau jatuh kan sakit. Bukankah Kevin sudah jatuh dari jendela seminggu yang lalu? Masih mau jatuh lagi? Mau kakinya pincang lagi? Nggak mau kan? Jangan manjat-manjat lagi, oke?"
Kevin yang mendengar ocehan gurunya hanya cengengesan. Alin mendudukkan Kevin ke tempat duduknya yang di samping Dito. Dito yang tidak terima pun protes.
"Kenapa anak nakal ini duduk di samping saya Bu?" Protes Dito.
"Kenapa? Suka-suka Bu Alin dong. Kenapa kamu protes? Memang ini kursi ini milikmu?" Tanya Kevin sewot.
"Iya ini kursi ku. Kenapa? Jauh-jauh sana." Dito mengibaskan tangannya mengusir Kevin.
"Dito, Kevin, jangan berdebat mulu. Kan sesama teman tidak boleh berdebat, apalagi sampai mengusirnya." Alin mengelus pucuk kepala Dito dan Kevin bergantian.
Dito maupun Kevin yang diperlakukan begitu tersenyum manis. Namun sedetik kemudian mata mereka saling beradu seakan kasih sayang Bu guru Alin miliknya. Mereka menatap satu sama lain dengan tatapan seolah Bu Alin adalah miliknya. Alin yang melihat kelakuan mereka hanya menggelengkan kepalanya.
Sementara, di sudut ruang kelas ada anak yang melihat interaksi Dito, Kevin dan Alin menjadi cemberut. Lalu ia membanting gelas kaca ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And The Princes
FantasyAlina Margaret. Biasa disapa dengan Alin. Seorang wanita yang berprofesi sebagai guru TK selama satu dekade. Bermimpi untuk punya pasangan yang kaya, seperti Kambe Daisuke (ehem) jadi dia tidak perlu bekerja. Hanya stay di rumah. Namun itu hanya ang...