Suasana kelas itu seperti pasar malam: riuh rendah dengan obrolan dan tawa siswa yang tak pernah kehabisan bahan. Beberapa terlihat sibuk menyelesaikan tugas yang seharusnya dikumpulkan pagi tadi, sementara yang lain santai bersandar di kursi, berbicara soal hal-hal remeh. Di tengah hiruk-pikuk itu, pintu kelas terbuka, dan wali kelas mereka, Pak Harun, masuk dengan langkah mantap.
Pak Harun tidak butuh waktu lama untuk menarik perhatian semua siswa. Dengan satu ketukan ringan di meja, ia berbicara dengan nada tegas namun tetap ramah.
“Baik, anak-anak, dengarkan sebentar. Saya punya pengumuman penting,” katanya, memandang seluruh siswa yang mulai diam memperhatikannya. “Prom night kita akan diadakan minggu depan, tepatnya malam Minggu. Temanya kali ini adalah vintage, jadi pastikan kalian punya pasangan dan pakaian yang sesuai. Jangan sampai terlambat mendaftar.”
Kelas mendadak bergemuruh seperti baru saja dilempari bom kabar bahagia. Beberapa siswa berteriak antusias, lainnya mulai ribut membahas siapa pasangan yang akan mereka ajak. Di sudut kelas, David dan Rendy saling melirik. Mata mereka saling berbicara tanpa kata, dan bibir mereka perlahan melengkungkan senyuman yang identik.
“Wah, akhirnya prom!” seru David, tubuhnya bersandar santai di kursi, tangannya melipat di belakang kepala. Ada semacam kilatan kegembiraan di matanya. “Kayaknya bakal seru banget.”
“Iya,” sahut Rendy, meski nada suaranya terdengar sedikit ragu. Ia menundukkan kepala sebentar, sebelum kembali menatap David. “Tapi… soal pasangan. Lo udah tau mau ngajak siapa?”
David menoleh pelan, wajahnya memperlihatkan senyum lebar yang penuh makna. “Ngapain nanya gitu? Gue punya lo.”
Rendy menatap David, tak yakin apakah itu gurauan atau sungguhan. Ia terkekeh pelan, tapi ada kerutan samar di dahinya. “Hah? Serius? Maksud gue, nggak aneh gitu? Kita kan sesama cowok.”
David mendengus kecil, matanya menyipit dengan ekspresi yang seolah mengatakan, Apa sih yang lo pikirin?. “Aneh? Kenapa harus aneh? Kita udah deket dari kelas 10, Ren. Lo inget nggak, gue pernah rangkul lo di depan anak basket pas kita menang lomba? Bahkan gue pernah peluk lo di kantin bahkan di depan guru-guru. Ada yang ribut? Ada yang nanya hal aneh?”
Rendy terdiam. Ia membiarkan kata-kata David berputar di kepalanya. Benar, mereka memang tak terpisahkan sejak awal. Orang-orang sudah menganggap mereka sebagai satu paket—David dan Rendy, jika David tidak ada bersamanya, maka orang lain akan mempertanyakan kenapa, begitu juga sebaliknya. Tak ada yang pernah mencurigai apa-apa, bahkan saat mereka terlalu dekat di mata sebagian orang.
Senyum kecil mulai muncul di wajah Rendy. “Lo bener juga, sih. Mereka nggak bakal mikir apa-apa kalau kita dateng bareng. Kita bisa pura-pura jadi sahabat yang kebetulan nggak punya pasangan, kan?”
“Nah!” jawab David dengan semangat, menepuk bahu Rendy dengan penuh antusias. “Lagian, lo tau kan, kita nggak perlu repot-repot ajak cewek yang kita nggak nyaman cuma buat pura-pura. Gue sama lo lebih ngerti satu sama lain, jadi bakal jauh lebih seru.”
Mendengar itu, Rendy perlahan mengangguk, rasa gugupnya mulai terkikis. “Kalau gitu, gue serahin semuanya ke lo. Lo yang urus, ya. Mulai dari konsep sampai gimana kita tampil di sana.”
David tersenyum penuh percaya diri. “Gampang banget, santai aja. Kita bakal jadi pasangan yang paling keren malam itu. Percaya sama gue.”
.
Sabtu pagi itu cerah, sinar matahari menembus tirai kamar David yang setengah terbuka. Ia berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan hati-hati. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Di luar, sebuah mobil sedan abu-abu milik kakaknya sudah diparkir di depan rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/300758536-288-k385910.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Manis; Skyren (✓)
FanfictionAlternate universe, dewasa dan homo konten. . David tahu sejak awal berteman dengan Rendy, dia akan menyukai pria itu. Tapi, ia tidak pernah menyangka perasaan itu akan berkembang begitu dalam. Rendy, dengan sikap manisnya, perlahan mengambil alih...