Chapter 1 : Permasalahan hidup orang-orang

3 0 0
                                    

"Yeay, dah nyampe!!" Riska Tiba-tiba turun dari motor dan menuju gerbang rumah ku.

"Ya ampun Riska!, Aku masih gas loh kamu tiba-tiba turun gitu bikin jantungan tau gak!.."

" Ya maaf, namanya juga anak kampung." Dengan suara sok imutnya, merinding dengar nya.

" Pak Heru!! Bukain gerbangnya dong, ini Metha!!."
Aku memanggil Pak Heru sambil memencet bel gerbang.

Rumah ini, peninggalan mendiang ibu yang diwariskan untukku. Ibu sudah menduga bahwa dirinya gak akan lama di dunia ini, dia sudah memindahkan aset warisannya ke tanganku secara langsung. Saat berumur 7 tahun, aku di berikan berkas hak tanah dan warisan oleh ibuku, katanya buat jaga-jaga saja kalau ada apa-apa yang tidak mengenakan.

Dan setelah itu, seminggu setelah di berikan berkas itu, Ibu  meninggalkan dunia ini dengan senyum di wajah cantiknya. Ibu meninggal dalam keadaan sedang membaca buku kesayangannya, dia tersenyum layaknya telah menemukan apa yang ia cari selama ini.

" Oalah, non Metha pulangnya kok cepat?. Ada neng Riska juga ternyata!." Sambil membuka gerbang untuk kami.

" Iya pak hehe, Si Metha tadi pingsan di lapangan dan sakit hari ini jadi harus pulang ke rumah lebih awal." Di sahut oleh Riska.

Kami masuk kedalam dan pak Heru memasang wajah khawatir.

" Loh, non Metha sakit apa??, Yowes cepat masuk, biar langsung Istirahat. Siang ini juga bakal hujan.." pak Heru menutup gerbang dan menuntun kami ke dalam rumah.

...............................................................................................................

Sesampainya di kamar aku membuka sepatu dan memakai sandal jelly berwarna pink pastel itu.

" Riska emang bener-bener deh, kolo udah di rumahku jadi kayak anak alay. " Sambil membereskan buku-buku ke tempat rak buku semulanya.

Sementara Riska, dia foto dengan gaya layaknya 'rich girl anak kesayangan ayah', sudah hampir setahun dia sering kesini tanpa adanya attitude yang bisa dibilang 'cukup untuk yang satu ini' teman seperti ini exist di dunia ini.

"Metha!!, Turun kebawah yuk, mau makan masakan bi Sinta yang gurih endol pol!!. " Menunjukan jempol di depanku, dengan wajahnya yang sudah seperti puppy memohon minta makan.

" Ris....kayaknya bi Sinta lagi gak ada di rumah deh, atau gak aku kebawah dulu sebentar..." Menutup pintu menuju dapur di lantai 1, memang biasanya bibi Sinta siang ini selalu keluar karena urusan pribadi. Dan kadang dia ke rumah utama karena di panggil dan melaporkan apa saja yang kulakukan selama 1 bulan ini.

*Kiekk..kiekk...*

Suara lantai kayu ini memang sangat memorable, mengingatkan ku kepada ibu yang selalu naik ke atas  untuk membangunkan ku untuk sarapan pagi. Atau biasanya jika aku terkadang susah di atur, dengan lembut dan hati-hati ibu membangunkan ku dengan wangi omelette di bangku depan tempat tidurku.

" Bi!?....Bi Sinta!!.." memanggil untuk memastikan jika dugaanku benar atau tidak.

*Krieett...!!*
Pintu depan terbuka, dan bi Sinta baru saja pulang dengan terengah-engah.

" NON!?...Non Metha sakit apa!?..." Bi Sinta memasang muka panik dan khawatir, Bi Sinta sangat peduli padaku, semoga di masa depan bi Sinta menemukan orang yang mencintainya dengan tulus dan baik karakternya.

"Bi... Bi!, Tarik nafas..buang...tarik nafas...buang lagi Bi."
Aku mengusap pundaknya agar ia bisa mengambil nafas dengan baik.

"Hosh...Hosh.... Bi, Bibi dapet kabar dari sekolah kamu pingsan dan sedang di rawat di UKS, setelah mendapat kabar ini bibi langsung ngebut naik motornya. Terus di telepon wali kelas kamu kalau Metha akan pulang karena penyakit kambuh.."
Bi Sinta sangat panik, dan penyakit kambuh...pasti ulah Riska lagi.

" Udah, udah...gak apa-apa aku sekarang kok bi, itu tadi si Riska yang bilang penyakit kambuh. Biar dia bisa bolos dengan alasan mengantarkanku ke rumah agar dia bisa main, Bi." Ujar ku.

*Krieekk..krieekk..*

Dengan cepat, Riska kebawah dan...

" BI SINTAA!!!!.." membuka lebar tangannya rasa ingin memeluk Bi Sinta karena kangen.

*Grab..*

" Ehh, ada neng Riska!.. Kabarnya gimana neng, sehat-sehat kan neng??.. " mereka berpelukan layaknya para Teletubbies.

Suasana ini memang sangatlah tidak aneh bagiku lagi, karena hampir berbulan-bulan mereka bisa seperti ini saat di rumahku. Akan ku beri judul 'Reuni bestie : emak & emak' untuk mereka berdua.

*Kruyuk...kruyuk...*

" Yak...pelukannya stop dulu, katanya si Riska laper Bi jadi dia kesini mau makan masakan Bibi.." terus terang saja agar bi Sinta memulai masak, karena perutku juga mendukung perut Riska yang keroncongan itu.

" Wisshhh, anak-anak cantik bibi laper toh, yowes bibi masakin dulu ya dan tunggu di ruang makan dulu ya, sebentar.. " Bi Sinta bergegas memakai celemek dan menyiapkan bahan-bahan di kulkas, dan Riska kegirangan karena Bi Sinta akan masak makanan dengan cepat.

" Aku mau deh jadi kayak bi Sinta, bisa masak dan makan enak disini.." ujar Riska.

" Hm?..bukannya kamu pengen jadi professor ya?.." sahut ku.

" Itu kan kalau aku sedang memainkan peran baik ku di luar rumah, kalau disini mah aku beda lagi, hehehe!.. "

" RIS..selagi kamu pintar dan bisa meraih apa saja, jangan sia-sia kan itu semua dari hidupmu, siapa tahu kamu lebih baik dari angan-angan dan cita-cita mu. Karena kita tidak ada yang tahu masa depan apa yang kita ambil dan tentukan di hidup jalani ini..."

Riska merenungkan itu, aku selalu tau masalah apa yang di hadapi Riska dalam keluarganya, salah satunya adalah ibunya yang mempunyai pendidikan tinggi dan usaha yang bagus. Tapi sia-sia saja, ibu Riska salah melihat pria yang ia yakini kaya dan berpendidikan tinggi, kandas karena pria itu berselingkuh. Yakni perselingkuhan dan menerima Talak tiga, perdebatan dan adu mulut yang tiada habis-habisnya.

" Metha, kamu tau kan ibuku kayak apa. Dia sekarang sering pergi keluar Dengan macam-macam pria, dan uang yang ibuku terima tidak halal dan berkah. Terkadang aku harus menunggu sampai 2 hari karena ibu ku bekerja sebagai-". Aku menutup mulutnya dengan pelan.

" Sudah, Jangan dilanjutkan, dirumah ini hanya aaku dan kamu saja yang tahu, jangan sampai terdengar Bi Sinta.." aku kasihan padanya, andai dia tidak terlalu kepo bertanya apa pekerjaan ibunya.

*Hiks...*

Riska menangis terdiam, merenungkan semua masalah nya. Semua orang memang punya masalah hidup yang berbeda-beda, dan semua itu akan selesai pada akhirnya.

" Loh, Neng Riska kenapa nangis!?, Ini tisunya neng.." memberikan tisu ke Riska, Bi Sinta heran dengan Riska yang tiba-tiba menangis tanpa sebab.

--------------------------------------------------------------------------

"Thank you for reading, i hope you like it and follow me for more chapters🥰"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"Metha for Love"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang