37. Tetanggaku Suamiku

13.8K 939 130
                                    

Chapter ini hampir 2000 kata. Cari posisi kane dulu sebelum baca❤️
.
.
.

Jumat ini sampai hari Minggu, aku dan keluarga besarku liburan di puncak, kita nyewa satu villa besar yang dilengkapi kolam renang. Gak ada perayaan tertentu yang jadi alasan kita berlibur gini, kita cuma liburan bareng aja karena udah lama banget gak liburan keluarga besar. Mas Jefran dan aku lagi masukin barang-barang ke kamar, begitupun dengan yang lain. Sementara Saka dijaga Jina. “Aku sama kamu cuma bawa baju empat. Tapi Saka lebih dari sepuluh kayaknya.” Aku nata baju Saka di lemari, biar gampang kalau mau pakai.

“Ya begitulah.”

“Gimana kalau punya dua anak? Pasti sekoper gede.”

Mas Jefran lihat aku. “Satu aja.”

“Gak mau kasih Saka adek?”

Mas Jefran gelengin kepala.

“Kenapa? Saka kesepian nanti.”

“Saya gak mau liat kamu masuk ruang bersalin lagi.”

“Yaudah, nanti lahiran di rumah.”

Mas Jefran narik napas dan buang agak kasar. “Bukan gitu maksud saya. Waktu lahirin Saka, saya liat betul gimana perjuangan kamu, gimana tiap sakit yang kamu lewatin, saya gak mau kamu kesakitan lagi kayak waktu itu.” Mas Jefran natap aku dalam. “Jujur, saya agak trauma setelah hari itu. Saya tau, kalaupun kamu hamil dan melahirkan lagi dengan metode normal, sesar, atau apapun itu, kamu bisa. Tapi saya gak bisa liatnya, saya gak mau kehilangan kamu, Disha.”

Aku terdiam. Aku gak tau kalau Mas Jefran punya ketakutan setelah kelahiran Saka. Selama ini dia gak nunjukkin hal tersebut ke aku, atau mungkin aku yang gak terlalu peka dan Mas Jefran yang terlalu pinter nyembunyiin perasaannya, itukan keahlian dia. Aku peluk Mas Jefran sambil usap punggungnya. “Maaf ya Mas.”

“Bukan salah kamu.”

“Jadi cukup Saka?”

“Iya, dia lebih dari cukup.”

Aku ngangguk paham. Aku gak mau memaksa Mas Jefran buat punya anak kedua kalau dia gak siap. Berapapun anak yang aku dan Mas Jefran punya sebetulnya aku gak mempermasalahkan, yang terpenting sekarang gimana cara aku dan Mas Jefran membesarkan dan menjaga Saka.

“Mbak.” Aku denger suara Jina dibarengi ketukan pintu kamar. Aku dan Mas Jefran reflek lepas pelukan.

“Kenapa?” Mas Jefran nyahut.

“Baju Saka basah, anakmu kecebur ke kolam ikan Mas.”

Mas Jefran lihat aku, kita berdua ketawa kecil gara-gara denger Jina. “Kan, belum setengah jam kita sampai sini dia udah harus ganti baju,” kataku.

“Sana susulin, biar saya yang rapihin barang-barang.”

Aku kecup bibir Mas Jefran sebelum nyusulin Saka buat digantiin bajunya. Ada aja kelakuan anak bapak Jefran ini. Aku lihat Saka di deket kolam ikan yang bajunya lagi dilepasin sama Papi. “Hih bocil, ada aja lho tingkahnya.” Aku geleng-geleng kepala.

“Ah, kamu juga dulu banyak tingkahnya.” Papi nyahut. Saka kalau udah sama kakek neneknya, pasti bakal dibela deh. Secara buat saat ini, Saka anggota terkecil keluarga, dan cucu pertama. Gak heran dia disayang banget sama semua orang.

“Kenapa ini cucu Papa?” Papa nyamperin kita sambil bawa dua cangkir kopi. Satunya pasti buat Papi.

“Kecebur kolam ikan.” Jina nyahut.

“Lho kok iso?” tanya Papa heran. “Kenapa Saka bisa kecebur?” Papa nanya langsung ke Saka.

“Kejay itan,” sahut Saka.

Tetanggaku Suamiku [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang