Kami adalah segerombolan Anak-anak sejuta mimpi, yang tidak berdaya karena harta. Kami berempat terlahir dari keluarga yang beranekaragam bersama luka yang berbeda-beda. Kami menyusuri dunia, dari setiap jengkal yang tersisa. Kami bertemu di Panti Asuhan, terpisah oleh keluarga baru lalu terbuang dan dipertemukan kembali karena tali persahabatan.
Berkendara mengejar cita-cita, mencari jati diri yang sebenarnya, menghabiskan waktu masa muda, memperbanyak kesalahan, dan menaklukan semesta. Saya Bentala seorang seniman jalanan, yang suka melukis di dinding menjulang, dan Dinding Kolong Jembatan.
Terkadang kita merasakan kehampaan dalam keramaian, membutuhkan kebisingan untuk ketenangan. Menjauhkan diri dari tekanan maupun ancaman kehidupan, bersama Teman-teman melakukan apa saja tanpa larangan untuk kepuasaan jiwa.
Kami menjelajahi perbukitan, berlari di bibir Pantai, mendirikan Tenda, menghidupi Api Unggun, bernyanyi, dan saling bercerita, tertawa sepuasnya sampai fajar tiba. Melupakan patah hati, dan kerasnya dunia pekerjaan.
Kita mengadakan pesta sepanjang malam, menonton film bersama, bermain game, merokok, minum-minum dan bermain kartu.
“Saya ingin bebas! Dari Ekspektasi sialan ini!” saya berteriak dibawah pengaruh minuman beralkohol.
“Haha…” mereka tertawa mendengarnya.
“Saya ingin jadi diri saya sendiri! Kenapa begitu sulit Tuhan?” sambung Bara.Kami berempat mengelilingi kota, mengunakan Mobil yang bagian Atapnya terbuka, sambil memutarkan lagu bergenre Rock dengan volume yang keras, dan tentu saja dikejar Polisi. Kami berakhir di Kantor Polisi, menceritakan semua luka-luka kami, diberikan teguran dan hukuman fisik, lalu dipulangkan.
Tidak hanya sampai disitu, kami melarikan diri ke tempat yang sudah kami bangun sejak lama. Menghabiskan malam dengan khayalan-khayalan gila, dan tertawa.
“Apakah bahagia harus kaya?” tanya Bara.
“Tidak juga! Kita hanya butuh banyak uang, haha…” jawab Salman.Masa muda dan candu, Salman tidak bisa berhenti mengosumsi benda haram itu. Dia berkata Kepalanya akan sakit jika tidak mengosumsinya, Kami hanya saling menatap satu sama lain saat mendengar penjelasannya.
“Kenapa saya selalu disia-siakan Tuhan? Apakah karena saya bukan badboy?” keluh Ihsan.
“Gayamu badboy Ihsan, pasti bukan karena itu!” saya menjawab pertanyaanya.
“Apakah saya tidak berhak untuk mencintai ciptaanmu?”tanya Ihsan.
“Kau hanya salah orang Ihsan, kamu berharga di orang yang tepat,” jelas saya.Apa yang kita cari? Apa yang kita mau? Dari dunia yang fana ini. Setidaknya kami bisa melakukan apa yang kami mau, tidak ada yang mengusik. Maupun melarangnya. Kita hidup di dunia yang dimana orang-orang hanya bisa menilai dari penampilannya, bukan dari sikap maupun hatinya. Apakah kita yang salah tmpat?
"Apa yang salah dari gondrong? Gondrong bukan berarti bejat!” teriak Bara dengan emosinya yang membara.
“Suka Musik Metal, Baju selalu Hitam, bukan berarti Penjahat!” sambung Bara.Apa salahnya tidak menyamakan pendapat, dan selera dengan orang-orang di luar sana? Apakah kita tidak termasuk kaum mereka? Kenapa mereka tidak menerima kita apa adanya? Sedangkan mereka memaksa kita untuk menerima, bahkan memahami keegoisan mereka.
“Ayo kita buat sayembara!” usulku tanpa berpikir panjang.
“Sayembara apa? Mencari jodoh?” ketus Ihsan.
“Sayembara untuk jadi diri sendiri, jadi kita mengajak Teman-teman lainnya untuk berani jadi diri sendiri lewat sosial media maupun Mimbar,” jelas saya panjang lebar.
“Boleh juga,” jawab mereka dilanjutkan dengan mengangguk.Kami menyediakan wadah untuk Teman-teman, untuk lebih berani mengapresikan dirinya sendiri. dengan berkarya, belajar, mendalami hobby, dan kata-kata motivasi untuk jangan insecure apalagi overthinking secara berlebihan. Jadikan itu hal positif, untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Mengubah stigma masyarakat, bahwa penampilan bukan tolak ukur dalam bersikap, maupun gambaran dari isi hati.
Salman pun akhirnya menyadari kesalahannya, dan menjalani rehabilitasi selama Enam bulan. Lalu kami bertiga aktif dalam kegiatan komunitas menjadi relawan mengajar di daerah terpencil, tetap berkarya, dan tidak lupa liburan.
Ihsan yang sebelumnya ditinggal nikah kekasihnya, akhirnya menemukan belahan jiwa, dia berhasil menikahi kembang desa di daerah itu. Melihat senyumnya, kami turut bahagia.
Bara dengan musik Metalnya, menjadi Musisi terkenal, membuktikan kepada orang-orang bahwa dia seorang Musisi. Bukan seorang Penjahat melainkan Pencuri Hati.
Saya menjalani hari tanpa ekspektasi, mengikuti kata hati, jadi diri sendiri, berjalan ke depan, melakukan apapun yang saya mau, bersama orang-orang yang saya inginkan. Apakah sekarang saya bahagia? Iya karena saya merasakan kebebasan, untuk menjadi Manusia seutuhnya.
-Selesai-
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen "Tumbuh Dan Mekar"
AdventureKumpulan Cerita luka dan penyembuhnya