Kuliah, kata yang membosankan bukan? Aku bahkan sudah bosan mengetikkan kata itu di sini. Hari berjalan normal seperti biasanya, ke kampus, pulang, mengerjakan tugas, ke kampus lagi, begitu saja setiap hari. Urusan makan bagaimana? Ah, jangan ditanya, ada kantin fakultas, urusan waktu makan tentu saja berantakan, tidak mungkin teratur.
Seperti biasa, tentu saja akan ada yang namanya kerja kelompok, kebetulan kali ini kami yang menentukan anggota masing-masing. Aku seperti biasa akan bersama Hasbi, Mirzha, dan satu lagi Nanda teman kami. Tunggu dulu, bukankah dosen meminta anggotanya 5, siapa lagi satunya? Aku hanya pasrah sambil menunggu grup untuk kerja kelompok kami.
Aku membuka whatsapp, grup kelompok sudah jadi, aku fokus pada anggota grup, tertera nama Abian di sana. Senang sekali rasanya, bagaimana bisa ini terjadi, padahal mereka bahkan tidak tahu jika aku menyukai anak itu. Bukan Vara namanya jika tidak melakukan modus secara halus, kebetulan kami akan kerkom di rumah Hasbi, rumahnya jauh, jalannya rusak, sekarang musim hujan, aku mengajak Abian dan Mirzha untuk pergi bersama menggunakan Snowy. Mungkin kalian akan bertanya, "Snowy itu apa?", itu nama untuk mobilku, warnanya putih, itulah kenapa aku menyebutnya Snowy.
Selama kerkom aku selalu terfokus padanya, baik sekali kedua temanku ini suka menjadi mak comblang. Tak dapat dipungkiri aku memperhatikannya terus-terusan. Wait, bukankah harusnya kami berlima, kenapa hanya berempat? Sebenarnya hal itu tidak perlu ditanya, Nanda mempunyai strict parents.
Bukan kerkom namanya jika tidak ada kegiatan mengunyah makanan. Hasbi menawarkan kami untuk makan pempek, siapa yang mau menolak makanan seperti ini?
Aku berinisiatif untuk membantunya menggoreng, masakan ibu Hasbi tentu enak, jika orangtuaku keluar kota, biasanya aku akan diajak untuk ke rumahnya hanya untuk makan.
"Ra, kamu bisa goreng?" Abian bertanya saat aku mau ke dapur.
"Bisa," jawabku singkat.
"Oh, bisa lah" ucapnya. Aku tak berpikir bahwa ia akan bercanda seperti itu, Hasbi dan Mirzha sudah mereog dari tadi.
"Iya, bisa" Aku menjawab asal, karena aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Kami hanya tertawa, sedangkan dua orang yang menonton dari tadi entah sudah dimana jiwanya karena melihat interaksi kami. Jujur saja aku sedang salah tingkah saat menceritakan ini.
Suasana lenggang, kami melaksanakan kerkom seperti biasanya. Kegiatan berjalan normal, tak ada yang aneh selain pertanyaan mengenai goreng-menggoreng tadi.
***
Hujan, sore itu langitnya sesuai dengan perkiraan. Untung saja aku membawa Snowy, kami bertiga pulang karena sudah jam 5, menjelang maghrib. Aku dan Hasbi mengantar Mirzha pulang terlebih dahulu, sepanjang perjalanan tentu saja akan percakapan. Mereka berdua duduk di bangku belakang, aku merasa menjadi supir, agak aneh memang.
Aku bahkan sudah lupa kejadian detailnya, pada intinya kami membahas lirik lagu. Kalian tahu lagu Tak Ingin Usai dari Keisya bukan? Lagu itu sedang diputar saat kami di mobil.
Saat ku lemah saat ku lelah
"Lemah dulu apa lelah dulu ya?"
"Lemah dulu, baru lelah"
lenggang, aku yang bosan pun mengucap
"Lemah.. lelah..
Lemah letih lesu lunglai love u"Mirzha shock mendengarku berkata seperti itu kepada Abian. Ah, jangan tanya kenapa aku berani, karena aku menyukainya hanya sebatas tertarik, ya, untuk saat itu.
Kami sampai di depan kos Mirzha, Abian pindah ke bangku depan, siapa yang tidak salting jika duduk bersebelahan dengan crush? Hanya ada percakapan kecil di antara kami, sambil mendengarkan lagu yang terputar di mobil.
-Skip-
Hari yang melelahkan, namun juga menyenangkan, aku tak menyangka bisa mengobrol sebanyak itu dengan Abian, aku pikir dia sangat pendiam, ternyata tidak terlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Every Moment Of You
Teen Fiction"She fell first, but he's a gay" This story not about Abian, but how I met someone better than him.