Our First Met

2 0 0
                                    

Hanya hari-hari normal sebagai maba, masih masa perkenalan, tentu saja ada saja mahasiswa yang aktif di grup, tapi tidak tahu wujudnya seperti apa. Kebetulan saja aku memang sudah mempunyai 2 orang teman yang ku kenal di sini. Sebut saja Mirzha dan Hasbi, akan ku perkenalkan mereka satu-persatu.

Hasbi, aku sudah mengenalnya sejak masih masa taman kanak-kanak. Pada umumnya orang akan memiliki teman masa kecil yang selalu berdua bukan? Anggaplah begitu, orang tua kami masih akrab walau sejak SD hingga SMA kami tidak bermain lagi karena berbeda sekolah.

Mirzha, ah, anak ini, aku mengenalnya sejak SMP, tapi hanya sekedar tau nama saja, di SMA kami juga satu sekolah, namun berbeda kelas. Aku memiliki sahabat yang satu kelas dengannya, nama sahabatku itu Vira, anggap saja dia pernah dekat dengan sahabatku ini, walau mengghosting, dasar semua cowok sama saja! Eh, maaf kelepasan.

Oke lanjut, hari itu Tama bertanya padaku apakah aku akan ikut berkumpul di cafe yang mereka sebutkan saat masih di kampus, aku pun mengatakan bahwa aku memang ikut. Ya, sekalian berusaha untuk mengenal satu sama lain karena selama ini aku hanya mengetahui mereka secara online di grup, tidak tahu yang mana orangnya.

Aku pun datang ke sana bersamaan dengan Hasbi, terlihat sudah ada beberapa orang seperti Mirzha, 1 orang cowo bernama Hakim dan satu orang cewek yang baru kukenal bernama Evelyn. Aku duduk berhadapan dengan Mirzha, bersebelahan dengan Hasbi, di sebelah Hasbi ada Hakim, dan disebelah Mirzha ada Evelyn, dan entah siapa satu orang lagi di sebelah Evelyn.

Kami mengerjakan tugas di sana, ya, seperti biasa, tentu akan ada percakapan selama berkumpul. Selama percakapan aku terpaku pada anak disamping Evelyn, memakai masker hitam, topi hitam, berkacamata, tinggi, ah, aku masih ingat sekali anak itu masih botak karena kami sedang ospek.

Ah, ini tidak boleh, bagaimana bisa aku langsung fokus padanya sepanjang kami berkumpul, bahkan aku tidak berani untuk mengobrol langsung. Padahal ia sudah pernah mengobrol denganku melalui whatsapp untuk menanyakan absen. Entah angin darimana aku mulai bertingkah seperti ini, hanya diam dan mengobrol sesekali. Jujur saja, aku langsung tertarik pada anak yang duduk di sebelah Evelyn, namanya Abian. Tapi rasanya tidak mungkin aku bisa dekat dengan orang seperti ini, "mustahil" pikirku, bisa saja dia sudah mempunyai pacar, bukan? Banyak sekali mahasiswa yang sudah mempunyai pacar sejak SMA. Aku bagaimana? jangan ditanya, tentu saja tidak punya.

Kegiatan kami berjalan normal, tidak ada yang spesial selain aku terus menatap anak itu secara diam-diam. Ya, awalnya aku berpikir ini hanya akan bersifat sementara, bahkan aku sering merespon orang yang ingin mendekatiku secara santai. Percintaan SMA entah kenapa membuatku menjadi seperti ini, namun tolong jangan hujat aku, kisah ini masih panjang, aku bahkan belum menceritakan bagaimana aku menyukainya untuk menutupi aku menyukai orang lain, namun ternyata aku tidak menyukai orang lain itu, aku menyukai dia yg sekarang ku tatap diam-diam, denial sekali bukan? Dasar aku!

***

Every Moment Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang