Mentari pagi menyoroti kulit para siswa yang sedang berbaris rapih di lapangan sekolah
Di barisan upacara paling belakang berdiri pria kucel dengan sepatu hitam yang tak sempat ia cuci di Minggu pagi kemarin, celana abu abu serta baju putih sekolah tanpa logo, juga tidak memakai dasi dan topi.Dia bernama Arya, Lelaki yang tidak peduli terhadap penampilan.
Bahkan saat ingin mendapatkan hati perempuan pun dia tetap teguh pendirian dengan gaya seperti biasanya yang digadang gadang belum mandi oleh teman sekelasnya;
Dia pintar tapi jauh dari kata teladan."Satu kelas sama mantan?" Tanya seorang perempuan yang bernama Siska dengan mengangkat halisnya;
"Mantan apaan?" Jawab Arya dengan nada penuh penekanan;
Siska "itu mantanmu di SMP, yang putus karena dia orang kaya"
"Banyak omong" jawab Arya sembari berjalan menuju kantin.
"Bu es teh satu" pesan Arya;
"Ko bisa ya gua sekelas sama dia?" Tanya Arya pada dirinya sendiri;Dia pergi ke kantin sendiri karena teman yang sangat dekat dengan dirinya hilang ketika bel istirahat berbunyi, sebenarnya dia malu untuk jajan sendiri karena belum kenal dengan orang banyak, wajar karena baru Minggu kedua dia masuk SMA; jadi belum banyak orang yang dia tau.
Arya memilih jurusan IPA karena ia bercita cita untuk menjadi seorang perawat, dia ingin menjadi perawat handal di kampung kecilnya; karena dulu ayahnya tergigit ular saat dikebun. Ketika memanggil pak mantri tidak ada yang berani mengobati atau menyuntiknya, mungkin mereka takut salah memberi obat dan malah memperparah keadaan, hingga ayah Arya tidak bernafas karena mungkin bisa ular tersebut sudah menyebar keseleruh bagian tubuhnya. Mulai detik itu Arya kecewa pada pak mantri dan bertekad untuk menjadi perawat yang ahli dan berani mengambil resiko; agar bisa berusaha untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Kenapa tidak memanggil dokter? Ini desa bukan kota, tidak ada dokter; hanya ada pak mantri. Bagaimana dengan rumah sakit? Rumah sakit memang ada; namun jaraknya yang jauh tidak memungkinkan untuk sampai kesana dalam waktu satu jam dan ayah Arya tidak bernafas hanya dalam waktu 15 menit setelah pak mantri datang.
Karena Arya kehausan akibat banyak omong untuk memperkenalkan diri pada beberapa guru yang baru masuk kelas, Arya nekat nekat pergi kekantin sendiri;
"Kalo ga haus banget gua gak bakal kesini sendirian" ucap Arya dalam hati;
"Aelah dikit amat airnya, udah abis tapi masih haus, Bu es teh satu lagi" pesan Arya untuk kedua kalinya;Terdengar diskusi dua orang perempuan yang baru melangkah masuk kantin;
"Beli bakso yu;"
"Ih masih kenyang;"Bergerak bola mata Arya untuk memastikan siapa yang sedang berbicara mengajak membeli bakso;
"Mati!" Ucap pelan Arya sembari memegang gelas es teh yang sudah habis;
"Bu gajadi es teh nya, ada urusan mendakak" lontar Arya yang bergegas pergi dari kantin;Gilaaa! Ada mereka. Arya sangat gugup saat bertemu Nadila sang mantan terindah sewaktu di SMP; satu perempuan yang mengajak membeli bakso kepada Nadila adalah Siska; yang sempat bertanya dengan meledek pada Arya tadi sebelum Arya pergi ke kantin; Siksa dan Nadila berteman erat sejak smp, mungkin bisa disebut sebagai sahabat.
Sial bagi Arya karena satu kelas dengan Nadila; selama atu Minggu kemarin Arya tidak bicara satu patah katapun kepada Nadila, karena malu yang sangat over dan grogi yang berlebihan, seperti masih ada rasa yang tersimpan di hati Arya dan memori yang tak terhapus di pikirannya, entah benar atau tidak tapi jika dilihat dari luar nampaknya memang seperti itu.
Sebaliknya, Nadila malah bersikap biasa dan tidak peduli seperti belum pernah ada hubungan di antara mereka berdua.
"Lu kenapa?" Tanya teman dekat Arya yang bernama Amin;
"Gapapa, cuma males belajar aja apalagi sekarang jadwal PKN" Arya tidak menjawab dengan jujur;
"Lu dari mana? Main ngilang ngilang aja lu"
"Perpus, pinjem buku" saut amin;
"Yaelah kayak yang suka baca aja lu min" ledek Arya;
"Gua itu gasepinter elo, yang dijelasin guru langsung paham. Jadi gua harus rajin belajar, biar bisa lolos Akper; kan kita mau jadi perawat haha; lu mah enak presentase lolosnya besar, lah gua? Harus mati matian belajar.
"Elu yang enak! Kalo ga lolos pake nilai tinggal konten orang dalem; kan bapak lu kaya" timpal Arya dengan senyum jahat;
"Enak aja, gua mau lolos jalur murni tanpa bayar ya;" saut Amin;
"Udah jangan dipikirin masih lama, baru juga kelas sepuluh" tutur Arya yang ngantuk;
"Eh inget ya! Gua liat YouTube Merry Riana; kita itu harus mempersiapkan sesuatu dari jauh jauh hari, biar terstruktur dan tercapai."
"Hilihh gua ga butuh ceramah dari elu" ucap Arya yang menyenderkan kepalanya kepada amin;
Bel masuk kelas berbunyi dan orang yang sudah jajan berhamburan untuk masuk kelas, tidak lama setelah bel bunyi; guru yang mengajar PKN pun datang.
"Gua ngantuk kalo PKN" ngeluh Arya pada amin;
"Bukan cuma PKN; disemua pelajaran lu mah ngantuk" ujar Amin dengan kesal;
"Eh ngga ya" gua semangat kalo pelajaran kimia, elu yang ngantuk kalo belajar kimia" timpal Arya pada Amin dengan bisik bisik;
"Iyadeh gua ngalah, serah Lo ajadeh" balas amin yang berbisik dengan nada pasrah;
Baik anak anak, bapak kali ini akan membagi kelompok; setiap kelompok terdiri empat orang, dua orang laki-laki dan dua orang perempuan.
Kalian harus mencari dan mengetik materi tentang sikap, cara, dan penerapan siswa terhadap cinta pada tanah air, nanti di print terus kumpulin Minggu depan, setelah bagi kelompok kita tidak belajar, bapak kasih waktu luang buat kalian, asal diminggu depan tugas ini harus selesai ya; ga ada yang protes kan?"Enggak pak" lontar jawaban serentak dari semua orang dikelas;
Mereka tidak berani protes karena belum tau karakter asli dari pak Deni dan hanya bisa menurutinya walau sebenarnya mereka tidak setuju;
Setelah beberapa kelompok sudah terisi empat orang, kini nama Amin disebut untuk menjadi ketua kelompok;
"Amin kamu ketua kelompok ya, anggotanya Siska, Arya, sama... Nadila belum masuk ke kelompok satu, dua, tiga ya?"
"Belum pak" jawab Nadila dengan suara lembut;
"Yasudah, kamu masuk kelompok empat ya;" timpal pak Deni;
"Iya pak" jawab Nadila dengan sudut mata melirik ke arah Arya;"Wahh gila" bisik Arya yang menghembuskan nafas sembari sedikit melirik pada Nadila;
Amin tersenyum lalu menggoda Arya dengan mengatakan
"Ekkmm; cinta sama tanah air apa cinta sama mantan ni?" Bisik amin dengan senyum mengejek;
"Berisik lu min" timpal Arya yang kebingungan;
Setelah selesai membagi kelompok, pak Deni pun keluar dari kelas dan seketika kelas menjadi ramai karena banyak yang mengobrol.
"Kemasukan setan apasi? Baru pertemuan ketiga udah disuruh buat ginian.." dumel Arya dengan kesal;
"Udah gapapa, dimana ada kumpulan, disitu bisa balikan" ujar Amin yang langsung melindungi mukanya dengan buku;
Arya sontak membalas "Gila lu;"
Kisah Arya belum selesai, kalo ada yang minat untuk membacanya nanti saya tulis kembali untuk lanjutannya.
"Terimakasih"
"Instagram:agipmaulana05"
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT BUMI
General Fictionseorang lelaki yang bernama Arya sempat mempunyai hubungan erat dengan seorang perempuan yang bernama Nadila sewaktu di SMP, mereka berpisah karena latar belakang keluarga dari keduanya sangat berbeda, seperti langit dan bumi. Akan tetapi ketika ma...