Empat tahun lalu | 14 Oktober 1385
Jin tidak ingin membenci siapa pun, tapi Baekhyun mengeluarkan semua pikiran negatif yang ada di dalam hatinya hanya dengan satu komentar kejam atau jahat.
Mereka sedang duduk di meja panjang, atas permintaan si sulung, di salah satu gazebo terbesar di kota dengan segala suguhannya. Saudara-saudara yang juga hadir duduk mengelilingi meja berdekorasi mewah yang dipenuhi dengan hidangan mewah, menunjukkan siapa mereka didalam masyarakat.
Baekhyun duduk di satu sisi, sementara Jin di sisi lain, tidak ketinggalan juga saudara lainnya. Di sebelahnya duduk Jiyeon, tampak canggung seperti semua saudaranya, melihat ke piringnya seolah itu adalah hal paling menarik di dunia.
"Jungkook-hyung tidak datang?"
Senyum jahat muncul di bibir tipis Baekhyun, menatap Jisung dengan remeh.
"Jungkook sedang sibuk, dia pergi dengan teman-temannya yang tak selevel ke rumah Gisaeng. Kau tahu apa itu, Jisung?"
Bocah itu menggelengkan kepalanya dan sebelum Baekhyun bisa menjawab, Jin memotongnya terlebih dahulu.
"Aku pikir itu bukan percakapan yang pantas diucapkan dihadapan wanita dan anak-anak yang hadir, Baekhyun."
"Itu saudaramu yang berperilaku seperti orang biasa, Seokjin. Kamu harus mengajarinya untuk berperilaku seperti bangsawan dan tidak berada di tengah rakyat jelata di siang hari, berkubang dengan wanita-wanita jalang."
"Berperilaku seperti bangsawan dan jangan bersikap seperti jelata di depan saudara perempuan kita."
Yang disebutkan di atas semakin kesal, melihat rona merah pada saudara perempuannya, menatap piring mereka dengan canggung.
"Kamu begitu sensitif jika menyangkut Jungkook. Kamu memperlakukannya seperti anak kecil, tetapi dia lebih berbahaya daripada pembunuh bayaran."
Jin tersenyum dingin, menyesap perlahan gelas anggurnya.
"Aku pikir kamu adalah orang yang terlalu ikut campur. Tunggu saja dia, adakah alasan mengapa kehidupan saudara kita lebih menarik bagimu?"
"Aku hanya khawatir tentang dia."
"Kamu sebaiknya khawatir tentang dirimu sendiri, ujian kementrian dalam beberapa minggu lagi dan kamu masih belum mempelajari semua kitab besar Konfusius. Itu akan membuat kamu tersingkir pada babak pertama, tindakan yang akan mempermalukan keluarga kita."
Pria berambut hitam itu tersenyum lembut, melihat betapa jengkelnya Baekhyun saat itu. Dia pantas mendapatkannya, dia sangat tidak menyenangkan bagi semua orang dan dia tidak percaya bahwa dia telah memaksa dirinya dan saudara-saudaranya untuk berada di situasi tak mengenakan pada makan siang yang malang itu.
"Kamu harus berhenti makan, Heejin. Atau kamu akan menjadi sangat gemuk hingga tidak ada seorangpun di kerajaan ini yang mau menikah denganmu."
Gadis itu segera meletakkan potongan ayam yang akan dia makan dan meskipun saudara perempuannya selalu bersikap kasar, dia memiliki postur tubuh yang sedikit bungkuk dan matanya berbinar cerah, betapa kata-kata Baekhyun telah menyakitinya. 'Aku sangat membenci pria itu.'
"Praktikkan saranmu, Baekhyun. Pantatmu juga begitu besar sehingga tak muat lagi di kursi." Kata Jungkook, yang berjalan ke gazebo, dengan pakaian olahraganya, terlihat agak berkeringat dengan rambutnya yang sedikit berantakan diikat menjadi ekor kuda dan membiarkan beberapa helai menutupi wajahnya. Dia pergi ke belakang pria yang lebih tua dan mengambil salah satu apel yang ada di atas meja. Dia kemudian mendorong kursi Heejin, yang duduk di sebelah kiri Baekhyun, mengangkat gadis itu ke udara mengambil tempatnya dan kemudian mendudukkannya di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King (KookJin-Terjemahan)
FanfictionStory by @BEAPANDA_KOOKIE Translator Annie Zuhri ⚠️ Boyslove/BxB